Selasa, 26 Februari 2013

VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)


Menurut pandangan Islam

Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
 
Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine.

Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

SEJARAH VALENTINE:
Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
 
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM 
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?

Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:
Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.

Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam  masalah 'Valentine Day'.

1.      PRINSIP / DASAR
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama  Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.

2.      SUMBER ASASI
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. 

Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan  mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
3.      TUJUAN
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan      yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
 
4.      OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan    syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)

Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan    semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat    mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati    mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.

Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.

Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
 
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.  

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
 
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t.:
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.

Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!!  Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..

Shafar dan rebo bontong


Segala puji bagi Allah Sang Pencipta alam semesta. Shalawat dan salam terhaturkan atas Baginda Nabi Muhammad SAW keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya sampai hari kiamat nanti.

Sekarang ini Kita berada di penghujung bulan Shafar. Shafar adalah salah satu nama dari bulan islam, tepatnya bulan yang kedua dari bulan islam. Masyarakat pada umumnya sering mengidentikkan bulan muharram dan bulan shafar sebagai bulan keras, terlebih terhadap bulan shafar. Kita akan mencoba menelusuri dan mencoba mengulas ada apa dengan bulan shafar dalam literatur-literatur islam.
Dalam hadits Rasulullah ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang shafar, diantaranya diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA :
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ صَفَرَ وَلاَ هَامَةَ» فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَا بَالُ إِبِلِي، تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ، فَيَأْتِي البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ بَيْنَهَا فَيُجْرِبُهَا؟ فَقَالَ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟»
Artinya : Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : tiada yang menular dan tiada shafar dan tiada burung hantu, maka berkata seorang arab badui: Wahai Rasulallah SAW maka apa yang menimpa ontaku yang ada di padang pasir yang seolah-olah kumpulan rusa maka datang onta yang berkudis yang masuk diantaranya kemudian membuatnya berkudis. Maka Brliau bersabda : Maka siapa yang menulari yang pertama ?(HR Bukkhari juz 7 hal 128 no 5717)

Untuk memahami Hadits ini dan menambah pengetahuan kita tentang shafar mari kita lihat sebuah penjelasan dari seorang ulama yang bernama Imam Ibnu Rajab Al Hambaly dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif, beliau berbicara lebar tentang amalan-amalan di bulan shafar. Beliau berkata “ “Adapun “adwa” adalah penyakit menular yang menimpa orang sehat oleh karena itu pula orang arab badui meyakini bahwa onta yang sehat bercampur dengan onta yang kudisan maka menjadi kudisan pula. Maka Rasulullah SAW bersabda “Maka siapa yang menulari yang pertama”. Maksudnya adalah bahwasanya yang pertama tidak kudisan dengan ditulari tapi dengan qadha (ketetapan) dan qodar (ketentuan) dari Allah SWT maka demikian juga yang kedua dan setelahnya.

Dalam hadits lain diriwayatkan oleh Abu Hurairah juga Rasulullah SAW bersabda
«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»
Artinya : tiada yang menular dan tiada kesialan dan tiada burung hantu dan tiada shafar dan larilah kamu dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari singa (HR Bukhari hal 126 juz 7 no 5707).
Sepintas isi hadits ini terdapat kontradiksi karena Nabi SAW besabda tiada yang menular tapi kemudian Beliau bersabda “larilah kamu dari penderita lepra”, Imam Ibnu Rajab Al hanbali mengomentari hal ini, Beliau berkata : “bahwasanya hadits ini menapikan apa yang dipercayai oleh orang jahiliyaah bahwasanya penyakit itu menular dengan sendirinya (alamiah) tanpa mempercayai taqdir Allah SWT “.

Adapun makna dari “tiada burung hantu” dalam hadits di atas adalah meniadakan apa yang orang jahiliyah percayai bahwa ruh dan tulang mayit burung hantu serupa dengan kepercayaan rengkarnasi yaitu bahwasanya ruh orang mati berpindah ke jasad hewan dengan tanpa dibangkitkan dan dikumpulkan dan semua kepercayaan ini dibatalkan oleh islam dan didustakan.

Adapun makna “tiada shafar”, para ulama berbeda pendapat dalam menafsirinya, sebagaian Ulama terdahulu berpendapat bahwa Shafar itu penyakit di perut berupa ulat sebesar ular yang menyakitkan lalu Nabi SAW meniadakan hal ini. Pernyataan ini adalah pendapat Imam Ibnu Uyainah dan Imam Ahmad. Sekelompok ulama lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shafar itu adalah “bulan shafar” yaitu nama bulan di tahun Hijriah kemudian mereka berbeda pendapat tentang tafsirnya, pertama hadits ini meniadakan perbuatan orang jahiliyyah berupa Nasi’(penambahan) yaitu mereka menghalalkan bulan muharram dan mengharamkan bulan shafar sebagai penggantinya (menurut pendapat Imam Malik), pendapat kedua bahwa orang jahiliyah beranggapan sial dengan shafar maka Nabi SAW membatalkan pendapat itu (menurut pendapat Imam Abu Daud dari Imam Muhammad bin Rosyid Almakhuly), pendapat kedua ini serupa dengan pendapat kebanyakan orang yang percaya kesialan di bulan shafar sehingg mereka melarang anak-anak dan keluarga mereka bepergian.

Demikian pula dengan Hari Rabu, banyak diantara kita beranggapan kesialan di hari itu. Dalam beberapa hadits yang berbicara tentang hari rabu yang bagus ataupun yang jelek. Salah satunya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh abu hurairoh. Rasulullah SAW bersabda :
وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
Artinya : Dan Alla SWT menciptakan cahaya pada hari rabu.(HR Muslim hal 2149 juz 4 no 2789)

Sedangkan Hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang keburukan hari Rabu kebanyakan lemah dan ada juga yang menhukumnya palsu. Salah satu hadits yang dikatagorikan Sohih namun ada juga sebagian yang menghukumnya hadits hasan yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar
وَاجْتَنِبُوا الْحِجَامَةَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِي أُصِيبَ فِيهِ أَيُّوبُ بِالْبَلَاءِ، وَمَا
يَبْدُو جُذَامٌ، وَلَا بَرَصٌ إِلَّا فِي يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ، أَوْ لَيْلَةِ الْأَرْبِعَاءِ
Artinya : Jauhila oleh kalian berbekam hari rabu maka sesungguhnya hari itu hari diman ditimpa padanya Nabi Ayub AS bala’ dan tiada datang penyakit lepra dan penyakit belang kecuali pada hari rabu atau malam rabu (HR Ibnu Majah hal 1153 juz 2 no 3488)
Misal dari hadits hadits yang lemah disebutkan dalam kitab Kasyful Khafa karangan Imam Al Ajluniy :
آخر أربعاء في الشهر يوم نحس مستمر
Artinya : Akhir rabu dalam bulan adalah hari celaka yang terus menerus.

يوم الأربعاء يوم نحس مستمر
Artinya : Hari rabu adalah hari sial yang terus menerus. (lihat Kasyful Khafa hal 18 juz 2)
Setelah beliau menyebutkan Hadits-hadits ini beliau berpendapat sebagaimana dinukil dari kitab Siroh Halabiyyah bahwa Hadits yang memuji hari Rabu itu ditujukan pada selain Rabu yang terakhir dari bulan dan hadits yang menyebutkan keburukan hari Rabu itu ditujukan pada Rabu terakhir dari bulan.

Dari literatur yang ada dapat kita lihat bahwa kepercayaan tentang shafar dan rabu khususnya akhir rabu yang mendatangkan celaka memang sudah ada dari dulu akan tetapi Rasulallah sudah memberikan kita petunjuk untuk menyikapinya bahwa segala sesuatu itu Terjadi dengan Qodlo’ dan qodar dari Allah SWT dan kita diperintahkan untuk berikhtiyar. Oleh karena itu menyikapi hal ini para ulama khususnya pada bulan sahafar terlebih pada akhir rabu shafar yang dikenal masyarakat sebagai “REBO BONTONG” untuk menghilangkan takhayyul dan ketakutan ini mereka mengajak masyarakat untuk keluar rumah melaksanakan aktifitas sehari-hari bahkan menganjurkan mereka untuk pergi rihlah (jalan-jalan).

Sebagian Para Ulama lebih cenderung melakukan ritual ibadah berupa dzikir dan doa ataupun ziarah ke maqom para Auliya dan Sholihin dan munajat untuk menolak bala berdoa Kepada Allah SWT untuk mengangkat bala dan mecurahkan keselamatan bagi ummat. Imam Ibnu Rajab berkata : “Demikian juga menganggap sial dengan hari-hari seperti hari rabu dan sungguh telah diriwayakan bahwasanya hari rabu itu hari celaka yang terus menerus di dalam hadits yang tidak sahih tetapi sebaliknya diriwayatkan dalam Al Musnad dari Jabir RA bahwasanya Nabi SAW berdoa atas orang-orang ahzab pada hari senin dan selasa dan rabu maka Beliau diijabahi pada hari rabu dintara zuhur dan asar.

Berkata Jabir RA : Maka tiada menimpa dengan diriku suatu perkara yang penting dan susah kecuali aku bermaksud pada waktu itu untuk berdoa kepada Allah SWT maka aku tahu Allah SWT mengijabahinya. Adapun pengkhususan kesialan pada suatu zaman tidak dengan zaman yang lain seperti bulan shafar atau selainnya maka tidak benar dan sesungguhnya zaman itu semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan padanya terjadi semua perbuatan manusia maka setiap zaman yang digunakan oleh seorang mukmin untuk berbuat taat kepada Allah maka itu adalah zaman yang diberkahi dan setiap zaman yang digunakan oleh seorang hamba untuk bermaksiat kepada Allah maka itulah zaman yang sial dan kesialan itu hakikatnya adalah maksiat kepada Allah SWT.

Jadi, tradisi Rebo bontong bertujuan untuk menghilangkan anggapan sial dan tahayul sebagaimana dipercayai oleh orang-orang jahiliyah dan sudah sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Agar senantiasa kembali kepada Allah SWT dan bertawakkal kepada-Nya. Adapun perbuatan maksiat yang dilakukan oleh sebagian orang dengan mengatasnamakan Rebo bontong bukan berarti menjadikan Rebo bontong itu dikategorikan perbuatan maksiat atau Bid’ah Dholalah akan tetapi perbuatan maksiat itulah yang salah dan sesat, ada juga sebagian para Ulama dan orang-orang muslim dalam mengisi Rebo bontong mereka berdo’a berdzikir dan berziarah ke kuburan para Auliya’ dan Solihin serta munajat kepada Allah SWT. Untuk keselamatan ummat sebagai mana kita lihat dinegeri kita ini bahkan di negeri Hadra maut Yaman (asal keislam Indonesia) kita dapat menemukan kegiatan semacam ini.

Pengkhususan suatu ibadah seperti ziarah dan dzikir pada waktu tertentu boleh hukumnya, pendapat ini dikemukakan oleh Imam nawawi dalam syarah Al-Muslim demikian pula Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani didalam Fathulbarri ketika menjelaskan Hadits ziarahnya Rosulullah SAW ke kuba setiap hari Sabtu. Imam Ibnu Akil dalam Al-Funun berkata :”Aku melihat orang-orang memperbanyak do’a dan ziarah kubur pada hari Rabu dan aku tidak mengetahui apakah mereka memiliki landasan pada sesuatu, maka aku temukan didalam riwayat Al-qodi Abu Toyyib dari Al-Gitrifi dengan sanadnya dari Jabir Bin abdillah. Hadits ini adalah Hadits tentang do’anya rasulullah SAW pada waktu perang Ahzab yang diijabahi pada hari rabu sebagaimana telah disebutkan.

Untuk menutup pembahasan ini adbaiknya kita menelaah perkataan imam Assuhaili yang di nukil oleh imam Al-Manawi sebagimana disebutkan oleh Al-Ajluni dalam Kasful khofa ketika menjelaskan Hadits tentang anggapan hari rabu adalah hari yang celaka : “Kecelakaannya itu bagi orang-orang yang beranggapan sial dan bertahayul yaitu orang-orang yang kebiasaannya tahayul dan meninggalkan mengikuti Rasulullah SAW dalam meninggalkan kepercayaannya dan ini sifat orang yang sedikit tawakkalnya oleh karena itulah yang memudharatkan dalam setiap aktifitasnya”.

Kemudian Imam almanawi berkata : “Kesimpulannya bahwasanya orang yang menjaga hari rabu atas jalan bertahayul dan mempercayai peramal dan ahli perbintangan itu hukumnya haram karena semua hari itu milik Allah SWT yang tiada memberi mudharat dan tida pula manfaat dengan dirinya dan orang yang melakukan itu tanpa mempercayai hal tersebut tidak mengapa dan barang siapa yang bertahayul diliputi dengan kecelakaan dan orang yang yakin tiada yang memberi mudarat dan manfaat kecuali Allah tidak akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Rasulullah SAW mengajarakan kita Do’a dalam kondisi ini
اللهم لا خير الا خيرك ولا طير الا طيرك ولا اله غيرك
Artinya :”Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikanmu dan tiada kesialan kecuali kesialanmu dan tiada Tuhan selain engkau. Wallohua’lam,_

Rebo Bontong



Pantai Tanjung Menangis, Ketapang Pringgabaya, Lombok Timur menjadi pusat ritual adat "Rebo Buntung/Bontong dan Tetulaq Tamperan" (Rabu Buntung), Rabu (9/1/2013).

Ritual Rebo Buntung, adalah hari Rabu terakhir dalam bulan Shafar (penanggalan Islam). Pada hari ini, masyarakat setempat merayakannya dengan menyerahkan sesajian berupa hasil alam dan kepala kerbau untuk dilarungkan ke laut lepas,

Melarutkan sebagian dari hasil bumi dan kepala kerbau itu dilakukan sebagai bentuk kesyukuran masyarakat atas hasil yang diperoleh kepada sang pencipta. 

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Lombok Timur, Gufranuddin mengatakan Rebo Buntung menurut keyakinan masyarakat setempat adalah hari Rabu yang akan memberikan keberuntungan dengan menggelar ritual keluar rumah sehari penuh. 

Ia menambahkan, ritual ini digelar dengan beberapa tujuan diantaranya guna melestarikan budaya tradisional sebagai bentuk kekayaan budaya nasional yang kian tergerus globalisasi sebagai akibat semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini.

Menurutnya kegiatan ritual semacam ini juga adalah produk wisaya Lombok Timur. "Kegiatan ini dihajatkan juga sebagai hiburan bagi masyarakat." ujarnya disela-sela perayaan.

Ritual ini juga menjadi salah satu agenda pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) dan menjadi even pertama yang digelar ditahun 2013 ini.  Gufran menambahkan, acara ini dibagi menjadi dua bagian yakni satu minggu sebelum acara inti digelar beberapa kegiatan yaitu lomba tari tradisional, pemilihan terune dedare, lomba nyanyi dangdut dan pacuan kuda.

Sementara itu Bupati Lombok Timur, Sukiman Azmy mengatakan selain ritual adat Rebo Buntung di Lombok Timur ini masih banyak kegiatan dan tempat-tempat bersejarah yang juga harus dijaga kelestariannya seperti Masjid Tua Songa', Kubur Selaparang dan lain sebagainya. 

"Adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah." papar Sukiman. (bud)