Segala
puji bagi Allah Sang Pencipta alam semesta. Shalawat dan salam terhaturkan atas
Baginda Nabi Muhammad SAW keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya
sampai hari kiamat nanti.
Sekarang
ini Kita berada di penghujung bulan Shafar. Shafar adalah salah satu nama dari
bulan islam, tepatnya bulan yang kedua dari bulan islam. Masyarakat pada
umumnya sering mengidentikkan bulan muharram dan bulan shafar sebagai bulan
keras, terlebih terhadap bulan shafar. Kita akan mencoba menelusuri dan mencoba
mengulas ada apa dengan bulan shafar dalam literatur-literatur islam.
Dalam
hadits Rasulullah ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang shafar,
diantaranya diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA :
إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ صَفَرَ
وَلاَ هَامَةَ» فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَا بَالُ إِبِلِي، تَكُونُ
فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ، فَيَأْتِي البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ بَيْنَهَا
فَيُجْرِبُهَا؟ فَقَالَ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟»
Artinya
: Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : tiada yang menular dan tiada
shafar dan tiada burung hantu, maka berkata seorang arab badui: Wahai
Rasulallah SAW maka apa yang menimpa ontaku yang ada di padang pasir yang
seolah-olah kumpulan rusa maka datang onta yang berkudis yang masuk diantaranya
kemudian membuatnya berkudis. Maka Brliau bersabda : Maka siapa yang menulari
yang pertama ?(HR Bukkhari juz 7 hal 128 no 5717)
Untuk
memahami Hadits ini dan menambah pengetahuan kita tentang shafar mari kita
lihat sebuah penjelasan dari seorang ulama yang bernama Imam Ibnu Rajab Al
Hambaly dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif, beliau berbicara lebar tentang
amalan-amalan di bulan shafar. Beliau berkata “ “Adapun “adwa” adalah penyakit
menular yang menimpa orang sehat oleh karena itu pula
orang arab badui meyakini bahwa onta yang sehat bercampur dengan onta yang
kudisan maka menjadi kudisan pula. Maka Rasulullah SAW bersabda “Maka siapa
yang menulari yang pertama”. Maksudnya adalah bahwasanya yang pertama tidak
kudisan dengan ditulari tapi dengan qadha (ketetapan) dan qodar (ketentuan)
dari Allah SWT maka demikian juga yang kedua dan setelahnya.
Dalam
hadits lain diriwayatkan oleh Abu Hurairah juga Rasulullah SAW bersabda
«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»
Artinya : tiada yang menular dan tiada kesialan dan tiada burung hantu dan tiada shafar dan larilah kamu dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari singa (HR Bukhari hal 126 juz 7 no 5707).
«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»
Artinya : tiada yang menular dan tiada kesialan dan tiada burung hantu dan tiada shafar dan larilah kamu dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari singa (HR Bukhari hal 126 juz 7 no 5707).
Sepintas
isi hadits ini terdapat kontradiksi karena Nabi SAW besabda tiada yang menular
tapi kemudian Beliau bersabda “larilah kamu dari penderita lepra”, Imam Ibnu
Rajab Al hanbali mengomentari hal ini, Beliau berkata : “bahwasanya hadits ini
menapikan apa yang dipercayai oleh orang jahiliyaah bahwasanya penyakit itu
menular dengan sendirinya (alamiah) tanpa mempercayai taqdir Allah SWT “.
Adapun
makna dari “tiada burung hantu” dalam hadits di atas adalah meniadakan apa yang
orang jahiliyah percayai bahwa ruh dan tulang mayit burung hantu serupa dengan
kepercayaan rengkarnasi yaitu bahwasanya ruh orang mati berpindah ke jasad
hewan dengan tanpa dibangkitkan dan dikumpulkan dan semua kepercayaan ini
dibatalkan oleh islam dan didustakan.
Adapun
makna “tiada shafar”, para ulama berbeda pendapat dalam menafsirinya, sebagaian
Ulama terdahulu berpendapat bahwa Shafar itu penyakit di perut berupa ulat
sebesar ular yang menyakitkan lalu Nabi SAW meniadakan hal ini. Pernyataan ini
adalah pendapat Imam Ibnu Uyainah dan Imam Ahmad. Sekelompok ulama lain
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shafar itu adalah “bulan shafar” yaitu
nama bulan di tahun Hijriah kemudian mereka berbeda pendapat tentang tafsirnya,
pertama hadits ini meniadakan perbuatan orang jahiliyyah berupa
Nasi’(penambahan) yaitu mereka menghalalkan bulan muharram dan mengharamkan
bulan shafar sebagai penggantinya (menurut pendapat Imam Malik), pendapat kedua
bahwa orang jahiliyah beranggapan sial dengan shafar maka Nabi SAW membatalkan
pendapat itu (menurut pendapat Imam Abu Daud dari Imam Muhammad bin Rosyid
Almakhuly), pendapat kedua ini serupa dengan pendapat kebanyakan orang yang
percaya kesialan di bulan shafar sehingg mereka melarang anak-anak dan keluarga
mereka bepergian.
Demikian
pula dengan Hari Rabu, banyak diantara kita beranggapan kesialan di hari itu.
Dalam beberapa hadits yang berbicara tentang hari rabu yang bagus ataupun yang
jelek. Salah satunya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh abu hurairoh.
Rasulullah SAW bersabda :
وَخَلَقَ
النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
Artinya
: Dan Alla SWT menciptakan cahaya pada hari rabu.(HR Muslim hal 2149 juz 4 no
2789)
Sedangkan
Hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang keburukan hari Rabu kebanyakan
lemah dan ada juga yang menhukumnya palsu. Salah satu hadits yang dikatagorikan
Sohih namun ada juga sebagian yang menghukumnya hadits hasan yaitu hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar
وَاجْتَنِبُوا
الْحِجَامَةَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِي أُصِيبَ فِيهِ أَيُّوبُ
بِالْبَلَاءِ، وَمَا
يَبْدُو جُذَامٌ، وَلَا بَرَصٌ إِلَّا فِي يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ، أَوْ لَيْلَةِ الْأَرْبِعَاءِ
يَبْدُو جُذَامٌ، وَلَا بَرَصٌ إِلَّا فِي يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ، أَوْ لَيْلَةِ الْأَرْبِعَاءِ
Artinya
: Jauhila oleh kalian berbekam hari rabu maka sesungguhnya hari itu hari diman
ditimpa padanya Nabi Ayub AS bala’ dan tiada datang penyakit lepra dan penyakit
belang kecuali pada hari rabu atau malam rabu (HR Ibnu Majah hal 1153 juz 2 no
3488)
Misal dari hadits hadits yang lemah disebutkan dalam kitab Kasyful Khafa karangan Imam Al Ajluniy :
Misal dari hadits hadits yang lemah disebutkan dalam kitab Kasyful Khafa karangan Imam Al Ajluniy :
آخر
أربعاء في الشهر يوم نحس مستمر
Artinya
: Akhir rabu dalam bulan adalah hari celaka yang terus menerus.
يوم
الأربعاء يوم نحس مستمر
Artinya
: Hari rabu adalah hari sial yang terus menerus. (lihat Kasyful Khafa hal 18
juz 2)
Setelah beliau menyebutkan Hadits-hadits ini beliau berpendapat sebagaimana dinukil dari kitab Siroh Halabiyyah bahwa Hadits yang memuji hari Rabu itu ditujukan pada selain Rabu yang terakhir dari bulan dan hadits yang menyebutkan keburukan hari Rabu itu ditujukan pada Rabu terakhir dari bulan.
Setelah beliau menyebutkan Hadits-hadits ini beliau berpendapat sebagaimana dinukil dari kitab Siroh Halabiyyah bahwa Hadits yang memuji hari Rabu itu ditujukan pada selain Rabu yang terakhir dari bulan dan hadits yang menyebutkan keburukan hari Rabu itu ditujukan pada Rabu terakhir dari bulan.
Dari
literatur yang ada dapat kita lihat bahwa kepercayaan tentang shafar dan rabu
khususnya akhir rabu yang mendatangkan celaka memang sudah ada dari dulu akan
tetapi Rasulallah sudah memberikan kita petunjuk untuk menyikapinya bahwa
segala sesuatu itu Terjadi dengan Qodlo’ dan qodar dari Allah SWT dan kita
diperintahkan untuk berikhtiyar. Oleh karena itu menyikapi hal ini para ulama
khususnya pada bulan sahafar terlebih pada akhir rabu shafar yang dikenal
masyarakat sebagai “REBO BONTONG” untuk menghilangkan takhayyul dan ketakutan
ini mereka mengajak masyarakat untuk keluar rumah melaksanakan aktifitas
sehari-hari bahkan menganjurkan mereka untuk pergi rihlah (jalan-jalan).
Sebagian
Para Ulama lebih cenderung melakukan ritual ibadah berupa dzikir dan doa
ataupun ziarah ke maqom para Auliya dan Sholihin dan munajat untuk menolak bala
berdoa Kepada Allah SWT untuk mengangkat bala dan mecurahkan keselamatan bagi
ummat. Imam Ibnu Rajab berkata : “Demikian juga menganggap sial dengan
hari-hari seperti hari rabu dan sungguh telah diriwayakan bahwasanya hari rabu
itu hari celaka yang terus menerus di dalam hadits yang tidak sahih tetapi
sebaliknya diriwayatkan dalam Al Musnad dari Jabir RA bahwasanya Nabi SAW
berdoa atas orang-orang ahzab pada hari senin dan selasa dan rabu maka Beliau
diijabahi pada hari rabu dintara zuhur dan asar.
Berkata
Jabir RA : Maka tiada menimpa dengan diriku suatu perkara yang penting dan
susah kecuali aku bermaksud pada waktu itu untuk berdoa kepada Allah SWT maka
aku tahu Allah SWT mengijabahinya. Adapun pengkhususan kesialan pada suatu
zaman tidak dengan zaman yang lain seperti bulan shafar atau selainnya maka
tidak benar dan sesungguhnya zaman itu semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan
padanya terjadi semua perbuatan manusia maka setiap zaman yang digunakan oleh
seorang mukmin untuk berbuat taat kepada Allah maka itu adalah zaman yang
diberkahi dan setiap zaman yang digunakan oleh seorang hamba untuk bermaksiat
kepada Allah maka itulah zaman yang sial dan kesialan itu hakikatnya adalah
maksiat kepada Allah SWT.
Jadi,
tradisi Rebo bontong bertujuan untuk menghilangkan anggapan sial dan tahayul
sebagaimana dipercayai oleh orang-orang jahiliyah dan sudah sesuai dengan
syariat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Agar senantiasa kembali kepada
Allah SWT dan bertawakkal kepada-Nya. Adapun perbuatan maksiat yang dilakukan
oleh sebagian orang dengan mengatasnamakan Rebo bontong bukan berarti
menjadikan Rebo bontong itu dikategorikan perbuatan maksiat atau Bid’ah
Dholalah akan tetapi perbuatan maksiat itulah yang salah dan sesat, ada juga
sebagian para Ulama dan orang-orang muslim dalam mengisi Rebo bontong mereka
berdo’a berdzikir dan berziarah ke kuburan para Auliya’ dan Solihin serta
munajat kepada Allah SWT. Untuk keselamatan ummat sebagai mana kita lihat
dinegeri kita ini bahkan di negeri Hadra maut Yaman (asal keislam Indonesia)
kita dapat menemukan kegiatan semacam ini.
Pengkhususan
suatu ibadah seperti ziarah dan dzikir pada waktu tertentu boleh hukumnya,
pendapat ini dikemukakan oleh Imam nawawi dalam syarah Al-Muslim demikian pula
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani didalam Fathulbarri ketika menjelaskan Hadits
ziarahnya Rosulullah SAW ke kuba setiap hari Sabtu. Imam Ibnu Akil dalam
Al-Funun berkata :”Aku melihat orang-orang memperbanyak do’a dan ziarah kubur
pada hari Rabu dan aku tidak mengetahui apakah mereka memiliki landasan pada
sesuatu, maka aku temukan didalam riwayat Al-qodi Abu Toyyib dari Al-Gitrifi
dengan sanadnya dari Jabir Bin abdillah. Hadits ini adalah Hadits tentang
do’anya rasulullah SAW pada waktu perang Ahzab yang diijabahi pada hari rabu
sebagaimana telah disebutkan.
Untuk
menutup pembahasan ini adbaiknya kita menelaah perkataan imam Assuhaili yang di
nukil oleh imam Al-Manawi sebagimana disebutkan oleh Al-Ajluni dalam Kasful
khofa ketika menjelaskan Hadits tentang anggapan hari rabu adalah hari yang
celaka : “Kecelakaannya itu bagi orang-orang yang beranggapan sial dan
bertahayul yaitu orang-orang yang kebiasaannya tahayul dan meninggalkan
mengikuti Rasulullah SAW dalam meninggalkan kepercayaannya dan ini sifat orang
yang sedikit tawakkalnya oleh karena itulah yang memudharatkan dalam setiap
aktifitasnya”.
Kemudian
Imam almanawi berkata : “Kesimpulannya bahwasanya orang yang menjaga hari rabu
atas jalan bertahayul dan mempercayai peramal dan ahli perbintangan itu
hukumnya haram karena semua hari itu milik Allah SWT yang tiada memberi
mudharat dan tida pula manfaat dengan dirinya dan orang yang melakukan itu
tanpa mempercayai hal tersebut tidak mengapa dan barang siapa yang bertahayul
diliputi dengan kecelakaan dan orang yang yakin tiada yang memberi mudarat dan
manfaat kecuali Allah tidak akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Rasulullah
SAW mengajarakan kita Do’a dalam kondisi ini
اللهم
لا خير الا خيرك ولا طير الا طيرك ولا اله غيرك
Artinya
:”Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikanmu dan tiada kesialan kecuali
kesialanmu dan tiada Tuhan selain engkau. Wallohua’lam,_
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon