Wanita berjilbab itu histeris.
Menangis sejadi-jadinya. Didekapnya bingkai itu. Bingkai bergambar sang suami.
Air matanya seperti tidak kunjung surut. Sesekali dengan suara parau, ia
menyebut nama sang suami. Pipik Dian Irawati. Istri Ustad Jeffry Albuchori ini
sungguh terpukul dengan kepergian mendadak ayah dari keempat anaknya. Baru
kemarin bersenda gurau. Jumat pagi 26 April 2013 itu pulang tak bernyawa.
Ustad Jeffry Albuchori, yang
akrab disapa Uje itu, mengalami kecelakaan motor sepulang dari ceramah di
Kemang Jumat dini hari. Motor kawasaki E650 yang dikendarainya menabrak
pohon. Nahas itu terjadi di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Sekitar pukul
1 dini hari.
Helm half face yang
melindung kepala terlepas. Kepalanya membentur pohon. Motor terpental sejauh
3-4 meter. Motor dengan cc besar itu rusak parah di bagian kiri. Setang kirinya
naik ke atas sampai membentuk huruf L. Motor besar ini tampaknya agak babak
belur. Lampu depan dan belakang bagian kiri ikut hancur.
Pertolongan sesungguhnya sudah
diberikan. Melihat kondisi Uje yang kritis, sang pengawal, sekuriti perumahan
dan pemilik warung di dekat lokasi langsung melarikan sang ustad ke Rumah Sakit
Pondok Indah. Namun, nyawa Uje sudah tidak tertolong. "Saat ditemukan,
posisi beliau telungkup," ujar Kepala Subdit Pembinaan dan Pengakan Hukum
Ditlantas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Sudarmanto.
Kematian Uje tak hanya ditangisi
keluarga dan handai taulan. Ribuan orang turut mengantar jasadnya hingga liang
kubur. Tua, muda, rela berdesak-desakan mengiringi jenazah dari rumah
duka, Masjid Istiqlal, sampai Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak. Di situs
jejaring sosial, ucapan duka cita juga mengalir tiada henti.
Lahir 12 April 1973, sosok Uje
memang lekat mendalam dibenak masyarakat Indonesia. Sebagai ustad, ia kerap
wara-wiri di berbagai stasiun televisi memberi dakwah. Gayanya yang
ceplas-ceplos dan santai, membuat Uje lekas disukai. Dari masyarakat biasa,
selebritas, hingga orang dipucuk negeri ini.
Banyak kalangan memintanya berceramah.
Dari berbagai daerah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahkan pernah
meminta Uje untuk ceramah di Istana. Demi urusan ceramah itu, dia juga terbang
jauh ke Belitung Timur. Yang mengundangnya saat itu adalah Bupati Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat ini menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
“Saya suka banget khotbahnya, enak sekali didengar. Bagus sekali. Indonesia
kehilangan satu pemuda yang luar biasa," kenang Ahok soal sang ustad.
Uje adalah salah seorang ustad
yang karismatik. Tak sedikit juga yang menyebutnya sebagai ustad gaul karena
kerap menggunakan bahasa yang akrab dengan anak muda saat berdakwah. Tak ada
kesan menggurui. Setidaknya itulah pengakuan salah seorang pesinetron
sekaligus sahabat Uje, Ramzi.
Uje, kenang Ramzi, merupakan
sosok ustad yang ceramahnya sangat efektif dan mengena. Uje juga sangat
jujur mengenai perjalanan hidupnya yang tidak sempurna. "Cerita Uje bukan
hanya pepesan kosong. Karena saat menyampaikannya, ia juga pernah mengalaminya
dan merasakan dalam hidupnya," kata Ramzi.
Bangkit dari Masa Suram
Ya, sebelum menjadi
ustad, Uje muda memang pernah terjerumus dalam lembah hitam. Minuman keras
sempat mewarnai hidup pria kelahiran Jakarta itu. Meski mendapat
pendidikan agama yang kuat saat kecil, Uje remaja justru dikenal nakal.
Mengeyam pendidikan di sekolah Islam, tidak langsung membentuk Uje berperilaku
sesuai ajaran di sekolahnya. Kala itu, ia sering kabur dari pesantren dan
menonton film di bioskop. Berkali-kali bolos, Uje pun sempat dikeluarkan dari pesantren.
Kenakalan Uje semakin menjadi di
kala menjadi mahasiswa broadcasting. Dia sering dugem, bergaul dengan
pemakai narkoba. Bahkan Uje tidak bisa menyelesaikan kuliahnya. Kehidupannya
tak jelas. Sering nongkrong di klub. Bahkan Uje pernah menjadi dancer
di salah satu klub. Uje akhirnya menikah dengan Pipik Dian Irawati,
seorang model gadis sampul pada tahun 1999.
Semuanya mulai berubah sesudah
menikah itu. Gaya hidupnya berubah total saat Uje diajak umroh oleh ibu dan
kakaknya. Dia mendapat pencerahan dari tanah suci itu. Dia menyadari, kehidupan
yang dijalaninya selama ini adalah semu belaka. Uje pun bertobat.
Pada masa awal pertobatannya
itu, Uje mendapat amanah dari kakak tertuanya Ust. H. Abdullah Riyad, untuk
melanjutkan dakwah sang kakak di Jakarta. Namun, perjalanan Uje sebagai
pendakwah tak semudah membalikkan tangan. Saat menjadi imam, beberapa jamaah
justru pergi meninggalkannya.
“Begitu saya shalat, shaf
lumayan banyak karena salat maghrib biasanya sampai 3-5 shaf. Begitu selesai,
itu tinggal beberapa orang saja,” kisah Uje dalam acara Satu Jam Lebih Dekat di
stasiun televisi TVONE, beberapa waktu lalu.
Penolakan dari lingkungan tidak
membuat Uje mundur. Ia justru menilai, kejadian tersebut sebagai sebuah proses
pembalikkan. Adalah wajar, ujarnya, jika orang-orang tidak langsung
mempercayainya. “Nah akhirnya dari situ saya punya semangat bahwa
berubahnya saya bukan untuk mereka. Saya niat berubah untuk Allah dan untuk
kebaikan diri saya,” kata pria yang pernah membintangi sinetron Pendekar
Halilintar tersebut.
Tidak kenal menyerah itulah yang
membentuk Uje di kemudian hari. Dia dikenal sebagai ustad yang ceramahnya mudah
dicerna. Cerdas dan mengena dengan kehidupan para pendengar. Dia juga sangat
bersahabat dengan banyak orang. Kemampuan itulah yang membuatnya diundang
banyak orang berceramah.
Firasat Anak Sulung
Kematian Ustaz Jeffry Al Buchori
mengejutkan banyak orang termasuk keluarga. Namun, sebelum kepergiannya, anak
sulung Uje, Adiba Khanza Az-Zahra sempat mengalami peristiwa tak biasa dan
dirasa sedikit aneh. Remaja yang masih duduk di bangku SMP itu terakhir bertemu
dengan ayahnya, Minggu lalu. Saat itu, ia merasa sang ayah seperti berpamitan
padanya.
"Kan Abi
(panggilan untuk ayahnya) lagi sakit. Abi sebelumnya bilang sakitnya kliyengan
gitu, pusing. Tiba-tiba aku disuruh ke toilet, katanya ada temannya. Aku masuk
ke dalam, tapi nggak ada apa-apa," ceritanya saat ditemui di rumah duka.
Ia pun menyampaikan pada sang ayah, tidak menemui siapa pun, kecuali pantulan
cahaya. Namun, Uje tetap memaksanya masuk ke toilet lagi.
“Abi bilang, 'Kenalin, itu Om
yang suka jaga Abi'. Akhirnya aku kenalan saja, tapi nggak ada
siapa-siapa," lanjut Diba mengenang peristiwa dengan ayahnya sepekan
sebelum meninggal.
Di matanya, sang ayah merupakan
sosok yang sangat baik, perhatian, dan peduli. Uje katanya, sangat menyayangi
anak-anaknya. "Marah pernah, tapi nggak sering. Kalau salah saja
marahnya," katanya mengenang sang ayah.
Sumber :
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/408399-mengenang-ustad-jeffry-albuchori
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon