Selasa, 26 Februari 2013

SENI PERESEAN

Presean yang merupakan bagian dari upacara adat Lombok ini adalah simbol dari kejantanan pemuda suku Sasak. Konon, acara ini dilaksanakan pada musim kemarau untuk meminta hujan, tetapi seiring perkembangan zaman, Presean Tarung akrab diadakan pada acara perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Presean adalah pertarungan yang dilakukan oleh dua orang lelaki Sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan memakai perisai sebagai pelindung, terbuat dari kulit kerbau tebal yang biasa disebut dengan ende. Petarungnya disebut Pepadu. Wasit yang berada di pinggir disebut Pakembar Sedi, sedangkan yang berada di tengah disebut Pakembar Tengaq. Selama upacara berlangsung, para petarung (Pepadu) menyerang satu sama lain (saling empok kadu penjalin) dan menangkis sabetan lawannya dengan perisai. 

Seni Presean ini pun bertujuan untuk menguji keberanian, ketangkasan, dan ketangguhan seorang pepadu dalam pertandingan. Keunikan dari pertarungan ala Peresean ini adalah pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya karena para petarung diambil dari penonton sendiri ketika acara pertarungan dimulai. Ada dua cara untuk mendapatkan Pepadu, yaitu: pertama, Pekembar Tengaq menunjuk langsung calon Pepadu dari para penonton yang hadir. Kedua, Pepadu yang telah memasuki arena pertarungan menantang salah satu penonton untuk melawannya.
 
Pertarungan diadakan dengan sistem ronde, yaitu terdiri dari lima ronde. Pemenang dalam Peresean ditentukan dengan dua cara yaitu: Pertama, ketika kepala atau anggota badan salah satu Pepadu mengeluarkan darah, maka pertarungan dianggap selesai dengan kemenangan di pihak Pepadu yang tidak mengeluarkan darah. Kedua, jika kedua Pepadu sama-sama mampu bertahan selama lima ronde, maka pemenangnya ditentukan dengan skor tertinggi. Skor didasarkan kepada pengamatan Pekembar Sedi terhadap jalannya pertarungan. Aturan mainnya, petarung tidak boleh memukul bagian bawah perut. Jika pukulan sempat mengenai kepala dan mengalami luka-luka, maka pertandingan tidak bisa dilanjutkan. 

Untuk melepas ketegangan selama pertandingan, apabila diperdengarkan musik di tengah pertandingan, maka dua pepadu dan para wasitnya harus menari-nari dan menghentikan pertarungan. Walaupun pertarungan ini terlihat menyeramkan, setiap akhir pertandingan, para petarung harus berpelukan dan tidak menyimpan dendam. Petarung yang terluka pun akan segera diobati oleh dukun dengan obat sejenis minyak dan ramuan tertentu.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon