Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 November 2013

Farhat Abbas serang mental dan tekan psikologis Al dan El?

Banyak pihak menyarankan agar perseteruan Farhat Abbas dan keluarga Ahmad Dhani dihentikan. Salah satunya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang menyarankan tidak lagi memberitakan perseteruan tersebut.


Melihat hal tersebut kuasa hukum El, Ramdan Alamsyah menilai yang perlu dikecam adalah tindakan Farhat yang dianggap melakukan penekanan secara psikologis terhadap anak-anak di sosial media, twitter.

"Yang harus dikecam itu Farhat Abbas. Farhat udah menyerang mental anak-anak Dhani ini. Farhat udah lakukan penekanan psikologis. Tweet-tweet dia menekan psikologis Al dan El. Harusnya KPAI, KPI dan Komnas Anak menindak tweet-tweet Farhat," tegas Ramdan saat dihubungi, Jumat (29/11).


Dengan ulah Farhat yang selalu mengumbar celotehan yang dianggap mengarah pada penekanan terhadap psikis Al dan El, Ramdan meminta agar KPAI dan KPI melayangkan teguran terhadap Farhat.

"Al dan El merasa teraniaya secara psikis atas ucapannya. Saya minta ke bang Arist Merdeka Sirait dari Komnas Anak dan Ihsan dari KPAI untuk mengecam dan menegur Farhat secara tertulis dari tindakan dia memaki. Pihak KPI, KPAI ataupun Komnas Anak jangan mengecam Al dan El yang masih anak-anak, tapi yang tua itu yang harus dikecam secara tertulis," pungkas Ramdan. (Merdeka)

Sabtu, 02 November 2013

Dari bocah SMP hingga kakek jompo doyan ke salon esek-esek

Salon plus-plus bukanlah salon yang menawarkan jasa potong rambut mesti memiliki peralatan lengkap. Di tempat itu, justru layanan seks-lah yang ditawarkan.

Menurut pengakuan salah seorang kapster sekaligus pekerja seks komersil (PSK) di salah satu salon esek-esek Ria (bukan nama sebenarnya) pelanggan yang kerap main di tempat itu bervariasi. Menurut Ria, paling muda yang datang ke tempat dia adalah bocah SMP.

"Ada anak SMP juga yang pernah datang ke tempat ini," ujar Ria saat berbincang dengan merdeka.com, beberapa waktu lalu.

Ria mengaku miris bila melihat anak SMP datang dan mencari kepuasan. Pasalnya, namanya anak sekolahan uang yang mereka dapat masih dari orangtua.

"Kan kasihan itu. Aku sih ogah suruh layanin mereka. Kita biar makan duit setan ya jangan gitu juga," kata Ria sembari membakar rokoknya.

Selain bocah SMP, yang parahnya lanjut Ria, kakek jompo pun datang ke tempat itu. Hal itu membuat para wanita di situ menjadi tak habis pikir.

"Gila udah tua masih demen gituan. Kita geli juga lah," tukas Ria.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Ini kan penyakit masyarakat Jakarta, itu semua masih ada karena si peminatnya masih ada dan cenderung bertambah. Karena penikmat syahwat dari kalangan masyarakat bawah ya sanggupnya di situ. Sebenarnya ini bisa selesai jika ada perhatian khusus dari pemerintah," katanya, Minggu (3/11).

Sumber : Merdeka

4 Misteri mayat wanita dalam koper yang belum terungkap

Kasus pembunuhan kembali terjadi. Seorang wanita yang diperkirakan berusia 25 tahun ditemukan tewas.

Tragisnya, mayatnya ditaruh di dalam koper lalu dibuang ke Kali Cinyurug, Desa Cibadung, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Setelah berhari-hari mengambang di sungai, mayat wanita itu baru ditemukan.

Kondisi mayat sudah membusuk. Polisi masih menyelidiki identitas korban. 

Siapa sebenarnya wanita tersebut? Masih banyak misteri yang belum diungkap atas kasus pembunuhan ini. Berikut empat misteri yang belum terungkap:

1. Korban pembunuhan berencana?
Polisi masih menggali informasi tentang penemuan mayat di Kali Cinyurug, Desa Cibadung, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Polisi memastikan, wanita itu tewas karena dibunuh.

Namun, polisi masih belum mengetahui apakah wanita itu dibunuh secara berencana atau tidak. "Indikasi sementara ini korban pembunuhan," kata Kapolres Bogor, AKBP Asep Safrudin, kepada merdeka.com, Sabtu (2/11) kemarin.

Dihubungi terpisah, Kanit Reskrim Polsek Gunungsindur, AKP Budi Santoso menambahkan, mayat wanita berbusana ini ditemukan pertama kali oleh Sanin, warga Desa Cibadung, RT 01/03, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

"Saat ditemukan koper tersebut mengeluarkan bau busuk dan ketika didekati, koper tersebut sedikit terbuka dan terlihat paha manusia," kata Budi.

2. Ada 20 tusukan di tubuh korban
Mayat wanita yang dibuang ke sungai itu memang dibunuh secara keji. Indikasi itu terlihat dari adanya luka di tubuh korban.

Polisi menemukan ada 20 tusukan di tubuh korban. "Luka tusuk pada perut sebelah kiri 13, bahu kiri empat tusukan, leher kiri tiga," kata Kanit Reskrim Gunung Sindur, AKP Budi Santoso, kepada wartawan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (2/11) kemarin.

Saat ditemukan, tubuh wanita itu juga sudah membengkak. Dilihat dari kondisinya, diduga mayat itu telah dibunuh tiga hari lalu.

Wanita itu ditemukan dalam sebuah koper travelling berwarna cokelat ukuran 90x60cm, tebal 20cm.

3. Bukan korban perampokan?
Polisi menduga, wanita keturunan Tionghoa itu bukan korban perampokan. Sebab, perhiasan milik korban juga masih menempel.

"Antingnya masih ada. Tetapi, belum bisa kita perkiraanlah." kata Kanit Reskrim Polsek Gunung Sindur, AKP Budi Santoso saat dihubungi via telepon, Sabtu (2/11).

Budi menegaskan, dalam pemeriksaan tidak ditemukan tindak kekerasan seksual.

4. Buang ke kali, cara pelaku hilangkan jejak
Untuk menghilangkan jejak, pelaku membuang mayat wanita itu ke kali. Mayat itu dimasukkan ke koper berwana cokelat.

Agar tak ketahuan, koper itu dikunci dengan gembok berwarna emas. Ternyata rencana pelaku itu ketahuan setelah seorang warga menemukan mayat korban di sungai.

Seorang warga bernama Sanin yang menemukan koper itu kaget. Ia langsung melaporkan kepada ketua RT setempat, kemudian diteruskan ke petugas Polsek Gunung Sindur. "Koper tersebut langsung kita amankan dan sudah kita bawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta," terangnya.

Mayat wanita itu kini dilakukan autopsi. Untuk mengungkap identitas korban, polisi hari ini akan menyebar sketsa.

Sumber : Merdeka

Mencari kenikmatan di salon esek-esek

Penyedia jasa layanan esek-esek memang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dari yang terang-terangan mangkal, di tempat karaoke, pijat dan spa.

Layanan esek-esek yang sedikit aneh tentu adalah salon kecantikan. Aneh karena biasanya, salon kecantikan tidak menyediakan bilik-bilik rahasia. Namun, tetap saja ada yang memanfaatkan salon sebagai kedok prostitusi.

Tidak mudah menemukan salon esek-esek. Namun, ada salah satu pasar di bilangan Jakarta Selatan di mana banyak berjejer salon yang menyediakan layanan seks.

Salon-salon tersebut terdapat di lantai dua pasar itu. Begitu memasuki kawasan tersebut, sudah terlihat plang-plang salon rambut.

Di depan salon, sudah berjejer wanita-wanita yang merayu untuk memberikan jasa layanan seks. Dari luar, tempat tersebut sama dengan salon lain pada umumnya dan tidak ada yang membedakan.

"Sini bang mampir," ujar salah satu wanita penjaja seks, Ria (bukan nama sebenarnya), beberapa waktu lalu.

Senyuman dan godaan mereka lemparkan agar para tamu bersedia mampir ke tempat mereka. Mesti masih siang, di tempat itu sudah seperti hiburan malam yang ramai para pria hidung belang.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya pernah mendengar yang seperti itu (salon plus-plus), salon itu berfungsi ganda sebagai tempat pelacuran di mana menyediakan tempat khusus untuk bercumbu," katanya, Minggu (3/11).

Istilah salon mesum memang ada di Jakarta. Untuk mengungkap praktik semacam itu, kali ini merdeka.com akan mengulas seluk beluk salon esek-esek. 

Sumber : Merdeka

Main di salon mesum, pria hidung belang rogoh kocek Rp 100 ribu

Untuk mencicipi salon esek-esek di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan, para pria hidung belang tak perlu merogoh kocek banyak. Di tempat esek-esek kelas melati ini, tarif termurah yaitu Rp 100 ribu saja.

"Itu untuk permainan yang simpel saja," ujar salah satu penjaja seks di situ, Ria (bukan nama sebenarnya) saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Ria mengatakan, untuk menambah layanan lainnya, pria hidung belang harus merogoh kocek lagi. Ria sendiri mengaku tak mematok harga khusus bila si pria ingin minta layanan yang lebih.

"Semua tergantung nego aja. Biasanya sih minimal nambah Rp 50 ribu aja," kata wanita berambut panjang dan berwajah ayu itu sembari menghisap rokok.

Di tempat itu, Ria mengaku hanyalah karyawati bukan si pemilik dan tak digaji. Jadi, sistem yang diterapkan yaitu bagi hasil dengan sang pemilik.

"Yang dibagi 50:50 dari uang Rp 100 ribu. Kalau yang tambahan masuk ke kantong sendiri," ujar wanita yang masih berusia 24 tahun itu.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut ke berbagai tempat di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan ini tidak segera dihentikan maka masalah sosial ini dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya pernah mendengar yang seperti itu (salon plus-plus), salon itu berfungsi ganda sebagai tempat pelacuran di mana menyediakan tempat khusus untuk bercumbu," katanya, Minggu (3/11).

Sumber : Merdeka

Kapster salon plus: Tak bisa potong rambut, asal puaskan lelaki

Biasanya di salon, seorang kapster harus pandai memangkas rambut konsumennya. Namun, di salon yang menjadi kedok prostitusi, mesti memiliki peralatan lengkap, para kapster malah tak bisa memangkas rambut.

"Pangkas rambut ngga bisa, yang penting di sini bisa puaskan lelaki," ujar Ria (bukan nama sebenarnya) seorang kapster dan pekerja seks komersil di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Ria mengaku menjadi pekerja di salon tersebut baru beberapa bulan saja. Dia nekat terjun ke dunia kelam tersebut lantaran terjepit masalah ekonomi.

"Aku punya anak kembar masih kecil-kecil. Suami sudah pergi kita bercerai," cerita wanita yang memiliki tinggi sekitar 160 cm itu.

Dia juga tak menampik kalau pekerjaan yang dia lakoni bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dia tidak digaji dan hanya mengandalkan tip.

"Kalau lagi sepi yah begini cuma duduk-duduk doang," katanya.

Namun, jika lagi ramai dia mampu meraup uang banyak. "Bisa Rp 500 ribu sehari," akunya.

Sumber : Merdeka

Mengintip bagian dalam salon esek-esek

Modus esek-esek berkedok salon bukanlah hal yang baru di Jakarta. Banyak pria hidung belang yang sudah mengenali tempat-tempat kedok prostitusi ini. Di tempat itu, salon yang biasanya digunakan untuk merawat badan dan mempercantik diri diubah menjadi wadah mesum.

Prostitusi berkedok salon bisa ditemui di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan. Puluhan salon yang disulap menjadi tempat mesum berjejer beserta para wanita pekerja seks komersil (PSK).

Dari tampak luar, salon tersebut tak jauh beda dengan yang umumnya. Terdapat logo seperti 'Kartika Salon untuk pria dan wanita', namun hal itu hanyalah kedok saja.

Di bagian dalam, terdapat kursi yang biasa terdapat di salon umumnya. Tak ketinggalan, di depan kursi ada cermin dan terdapat pula beberapa foto-foto model rambut.

Selain itu, terdapat keramas dan vitamin rambut. Tak lupa, berbagai alat potong rambut seperti gunting, hair dryer, dan sebagainya.

Namun, yang berbeda dari tempat itu, terdapat sebuah bilik kecil yang ditutup gorden. Di dalam bilik tersebut, terdapat satu tempat tidur berukuran 30 cm x 2 meter yang digunakan untuk bercinta.

Apabila pria hidung belang dan si wanita masuk ke dalam bilik, tirai salon dan gorden bilik langsung ditutup dan dikait dengan penjepit rambut. Di tempat sempit itulah terjadi praktik prostitusi dan kalau sudah selesai semua dirapikan kembali.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya rasa ini tidak sulit, penegak hukum hanya perlu mengirim mata-mata atau intel untuk mengamati kegiatan salon tersebut," katanya, Minggu (3/11).

Sumber : Merdeka