Beliau diharus berpuasa selama 40 hari terlebih
dahulu sebelumnya. Bisakah beliau melihat Dzat Allah SWT
Kisahnya.
Pada waktu Nabi Musa as memohon kepada Allah SWT
agar diberi pedoman untuk membawa kaumnya ke jalan yang diridhai Allah SWT,
maka ia pun diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari dan berdiam diri di
bukit Thursina.
Setelah berpuasa selama 30 hari, kemudian Nabi
Musa as diperintahkan lagi untuk menambah puasa selama 10 hari sehingga genap
menjadi 40 hari. Kemudian Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Musa as.
Namun dalam kesempatan itu, Nabi Musa as memohon
agar diperkenankan untuk melihat Dzat Allah SWT. Jika bukit itu masih berdiri
tegak, berarti Nabi Musa as dapat melihat Dzat Allah SWT. Namun jika bukit itu
hancur, berarti dia tak dapat melihat Dzat Allah SWT.
Dan ternyata bukit itu hancur dan Nabi Musa as sendiri jatuh pingsan.
Setelah sadar kembali, Nabi Musa as bertasbih dan bertahmid serta memohon ampun kepada Allah SWT.
Dan ternyata bukit itu hancur dan Nabi Musa as sendiri jatuh pingsan.
Setelah sadar kembali, Nabi Musa as bertasbih dan bertahmid serta memohon ampun kepada Allah SWT.
Kemudian Allah SWT memberikan kitab Taurat
sebagai kitab suci yang di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun untuk
beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT tidak dapat dilihat dengan mata manusia
yang lemah, bahkan gunung oun tidak kuat menerima cahaya Dzat Allah SWT.
Hal ini membuktikan pada kita semua bahwa Allah
SWT itu adalah Dzat Yang Maha Gaib, yang tidak dapat dilihat kecuali dengan
mata hati yang bersih.