Sabtu, 02 November 2013

5 Kisah nestapa TKI di negeri Jiran

Mengadu nasib di negeri orang tidak selalu menguntungkan. Banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja di luar negeri, tetapi ketika pulang membawa nestapa. Jelas kondisi ini sangat memprihatinkan.

Mungkin sudah tak terhitung berapa banyak TKI di Malaysia dan Saudi yang menjadi korban kekerasan sang majikan. Ironisnya, ada beberapa harus menanggung malu karena menderita cacat seumur hidup.

Kondisi seperti itu jelas merugikan. Pemerintah pun seperti tak berdaya mengatasi kejadian seperti ini. Padahal, jika di dalam negeri ada lapangan kerja memadai para TKI pasti tak akan jauh-jauh mengais rupiah.

Baru-baru ini kembali TKI menjadi korban di Negeri Jiran. Tak hanya sendiri, bayi yang baru dilahirkan pun diusir dari Malaysia. Padahal, TKI mempunyai keturunan karena dipaksa berhubungan badan.

Berikut lima kisah sedih TKI di Malaysia:

1. TKI disiksa oleh majikan
Seorang TKI Marsini dianiaya oleh majikan hingga mengalami cidera parah. Penganiayaan dilakukan hanya gara-gara korban yang berusia 22 tahun tidak pandai memasak.

Marsini menderita luka parah akibat dianiaya menggunakan pisau, pemukul golf, gantungan baju, ikat pinggang, air panas, minyak panas dan sendok panas di rumah terdakwa di Taman D'Utama, Perling, Johor Bahru.

Beruntung hukum masih memberikan keadilan. Pasangan suami istri keji itu dihukum penjara 15 tahun oleh Mahkamah Sesyen Johor Bahru, Johor. Mereka terbukti bersalah menganiaya Marsini.

Sebagai jaminan bagi setiap tertuduh dinaikkan dari 20 ribu menjadi 25 ribu ringgit. Pasangan tersebut membayar uang jaminan itu. Pasangan tersebut juga didakwa memperdagangkan Marsini dengan memaksa korban bekerja sebagai pembantu rumah di alamat tersebut pada 23 September 2012.

2. TKI dan bayinya diusir
Sebanyak tujuh bayi yang dideportasi dari Malaysia bersama tujuh tenaga kerja Indonesia melalui Batam sejak Jumat (1/11) sore hingga Sabtu masih menghuni rumah singgah sementara Dinas Sosial Batam.

"Tujuh bayi yang rata-rata masih berusia satu bulan itu dideportasi bersama ibu mereka, dan seorang ibu di antaranya mempunyai anak kembar," kata Kepala Bidang Jaminan Bantuan Sosial Dinsos Kota Batam Nur Arifin di Batam, Sabtu (2/11).

Ia mengatakan bahwa seluruh bayi tersebut terlahir dari ibu yang tidak memiliki hubungan pernikahan.

"Semua ibunya dipaksa majikan untuk berhubungan badan dengan ancaman. Ada juga yang disuruh melayani laki-laki lain," kata dia dikutip antara.

Seluruh TKI tersebut, kata dia, tidak memiliki dokumen lengkap sehingga tidak bisa berbuat banyak saat diancam majikan.

Ketika melahirkan, akhirnya pihak rumah sakit melaporkan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru sehingga mereka akhirnya ditampung hingga dipulangkan melalui Batam.

"Rata-rata sekitar satu bulan ditampung dan dipulangkan melalui Batam," kata Nur.

Seluruh TKI yang terdiri atas tujuh bayi, enam wanita dewasa dan seorang lelaki dewasa tersebut hingga saat ini masih menghuni Rumah Singgah Dinsos Batam menunggu pemulangan.

"Mereka rata-rata berasal dari NTB, Jawa Timur, Jawa Barat. Nantinya akan dipulangkan melalui Jakarta," kata Nur.

3. Tak digaji malah dipaksa layani birahi
Seorang TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia sudah lebih dari satu tahun dan tidak pernah mendapat bayaran dari majikannya.

"Sampai saat ini saya belum terima gaji. Malah saya dipaksa melayani laki-laki hingga melahirkan anak kembar," kata wanita yang melahirkan anak kembar itu.

TKI lain yang membawa bayi mengatakan bahwa kehamilan terjadi karena dia dipaksa untuk melayani nafsu majikannya.

"Kalau saya menolak majikan akan memperlakukan saya dengan kasar. Dia main pukul," kata dia.

4. Diperkosa polisi Malaysia
Kekerasan dan kasus pemerkosaan kerap kali dialami oleh tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia di Malaysia. Kasus terakhir, seorang TKW asal Jawa Tengah diperkosa tiga polisi Malaysia.

Atas kejadian itu, migrant care meminta kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia untuk segera turun tangan. Tidak hanya itu, pemerintah Indonesia juga diminta agar segera mengambil tindakan keras atas kasus itu.

"Pemerintah harus protes keras atas kasus itu, sikap ini perlu dilakukan karena kalau menurut data yang diperoleh migrant care, pada 2012 ini kelakuan polisi Malaysia terhadap TKI termasuk brutal. Ada 16 TKI yang ditembak tanpa prosedur," kata analis kebijakan Migrant Care Wahyu Susilo kepada merdeka.com, Minggu (11/11).

Selain kasus yang dilakukan polisi, pemerkosaan juga pernah dialami TKW lainnya oleh Ikatan Relawan Rakyat Malaysia (Rela). Kejadian itu pernah terjadi saat relawan bersama aparat melakukan aksi razia pada 2010 lalu.

"Sudah banyak (kasus pemerkosaan), selain polisi Malaysia, banyak juga oleh Rela, semacam Pam Swakarsa di sana. Bahkan, pernah tahun 2010 itu membuka ada seorang PRT diperkosa di Malaysia tapi mereka membantah," ungkap Wahyu.

Sayangnya, menghadapi kasus-kasus kekerasan atau pelecehan seksual yang dilakukan aparat Malaysia jarang memasuki ranah pidana umum. Hampir sama dengan Indonesia, pelaku hanya dikenai sanksi administratif dengan cara penurunan pangkat, profesi hingga skorsing.

"Untuk kasus ini, polisi Malaysia sudah bertindak cepat dan menyatakan tiga polisi itu dibebastugaskan. Tapi itu tidak cukup, para pelakunya harus diproses melalui pengadilan umum," tegasnya.

5. Dipukuli dan dimaki-maki
Seorang pembantu rumah tangga asal Jakarta, Suryani Abdullah (21) dipukuli oleh majikannya di Kedah, Malaysia gara-gara persoalan sepele karena dia terlambat bangun pagi. Suryani mengaku, kekejaman majikannya sudah berlangsung sejak ia mulai bekerja enam bulan lalu.

Tidak tahan terus dipukuli dan sering dimaki-maki, bahkan diancam dipulangkan, akhirnya dia memutuskan untuk lari dari rumah majikannya, demikian dilaporkan sejumlah media massa terbitan Kuala Lumpur.

Suryani menceritakan bahwa sejak enam bulan bekerja di tempat majikannya itu, dia terpaksa menanggung pekerjaan yang berat karena harus melakukan berbagai pekerjaan sejak pukul 05.00 hingga malam. Dia mengaku sering diancam dipulangkan ke Indonesia jika enggan menuruti perintah majikan.

"Majikan saya selalu minta saya mengerjakan banyak pekerjaan. Pada Jumat lalu (23/11) saya bekerja hingga malam. Karena terlalu letih, keesokan harinya, saya terlambat bangun sekitar pukul 07.00 pagi. Majikan pun marah dan tidak senang dengan alasan terlambat bangun itu," ujar Suryani seperti dikutip dari Antara, Selasa (27/11).

Selanjutnya, kata Suryani, majikannya bertindak kasar dengan memukul tangan, badan dan wajahnya dengan benda tumpul hingga bengkak dan sakit. Suryani menambahkan sebelumnya dirinya juga sering mendapatkan perlakukan kasar dari majikannya tersebut.

Tidak mampu menahan derita ini lagi, akhirnya dia putuskan untuk melarikan diri dari rumah majikannya di Taman Sejahtera, Sungai Petani, Kedah. Dia kemudian diselamatkan oleh tetangga majikannya dan segera memberikan pertolongan mengingat kondisi tubuhnya yang sangat lemah.

Sumber : Merdeka

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon