Nardi
T. Nirwanto atau lebih
dikenal dengan panggilan Shihan
Nardi (lahir di Karangploso,
Malang, 7 September 1939 – meninggal 22 September 2009 pada umur 70 tahun) adalah seorang
tokoh seni bela diri karate Indonesia yang membawa aliran Kyokushin ke Indonesia. Pada tanggal 7 Mei 1967, Nardi mendirikan sebuah
perguruan Kykokushin yang diberi nama Go No Sen (kemudian diubah menjadi
"Pembinaan Mental Karate (PMK) Kyokushinkai"). Salah seorang
muridnya, JB Sujoto, juga mendirikan perguruan Kyokushin lainnya,
"Kyokushin Indonesia".
Nama
Nardi T. Nirwanto saat ini diabadikan dalam sebuah turnamen full-contact karate berskala nasional, Nardi T. Nirwanto
Cup yang diadakan sejak tahun 2008 dan direncanakan dijadikan agenda
tahunan perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Indonesia.
Nardi
lahir di sebuah keluarga ekonomi-lemah di Karangploso, Malang. Ayahnya adalah
seorang penggemar olahraga. Kegemaran ayahnya tersebut turut memengaruhi minat
Nardi pada olahraga. Ia hobi berenang, sepak bola, bulu tangkis, serta body
building. Dalam perang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda, desa
Karangploso, tempat tinggal Nardi, dibumihanguskan oleh pejuang Indonesia.
Nardi dan seluruh penduduk Karangploso pun dipindahkan ke tempat baru di daerah
Batu, Malang.
Pada tahun 1953, Masutatsu Oyama, pencipta karate aliran keras Kyokushin
kaikan, membuka dojo pertama di Jepang. Nardi tertarik untuk mempelajari aliran
ini lebih jauh setelah membaca riwayat Oyama di sebuah majalah pada tahun 1957.
Hanya saja, akibat kondisi ekonomi keluarganya ketika itu, ia tak mampu pergi
ke Jepang untuk mempelajari aliran ini langsung dari Oyama. Nardi mempelajari
aliran ini dengan membaca buku-buku Oyama seperti What is Karate, This
is Karate, dan Advanced Karate pemberian sahabatnya Mas
Agung, yang merupakan pendiri Toko Buku Gunung Agung. Pada tahun 1959,
Mas Agung berhasil membantu Nardi melakukan korespondensi melalui surat dengan
Masutatsu Oyama. Mas Agung juga membantu mencarikan alamat lengkap Masutatsu
Oyama di Ikebukuro, Tokyo. Pada tahun 1959 pula, Nardi bertemu
dengan A. Yoshida, yang mengajarinya karate Kyokushin di kemudian hari.
Pada tahun 1964, Masutatsu Oyama secara resmi memperkenalkan aliran
Kyokushinkai dan menjadikan dojo di Ikebukuro sebagai honbu (markas). Pada
tahun 1967, Nardi berhasil menyandang tingkatan DAN I, hasil penilaian dan
kelayakan dari Yoshida. Pada tahun yang sama (tepatnya 7 Mei 1967),
Nardi mulai mengajari Pdt. Em. Wahyudi Wijaya, S. Th (pendeta Gereja Kristen
Muria Indonesia sekaligus pengajar Kyokushinkai di Kabupaten Semarang), Hendro
Wibowo, Dwianto Setyawan, dan St. Suprijadi. Tanggal 7 Mei 1967 ini kemudian
dijadikan hari kelahiran perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokushin. Setelah 2
bulan berlatih, Nardi mulai membuka pendaftaran untuk umum dan memberi nama Go
No Sen untuk perguruan baru ini. Pada akhir tahun 1967, ia telah memiliki
sekitar 150 orang murid.
Berangkat ke Jepang
Pada tahun 1970, Nardi mendapat kesempatan untuk pergi ke Jepang.
Rencananya, ia akan menetap sementara waktu di Singapura, sambil menunggu
dukungan dana dari kerabat dan teman-temannya di Indonesia. Setelah itu, ia
akan melanjutkan perjalanan ke Jepang untuk mengikuti Special Black
Belt Course for Instructors. Di Singapura, ia berlatih bersama perwakilan
Kyokushin untuk Asia Tenggara, Peter Chong.
Dua bulan kemudian, kerabat dan teman-temannya di Indonesia mengirimkan
sejumlah dana untuk membiayai perjalanan Nardi ke Jepang. Namun ternyata dana
itu hanya cukup untuk membeli tiket satu-arah (one way ticket).
Pemerintah Jepang ketika itu mewajibkan penggunaan tiket retour (bolak-balik)
bagi mereka yang ingin belajar di Jepang. Akibatnya, Nardi tak bisa berangkat.
Menyadari bahwa sangat kecil kemungkinan ia akan mendapatkan kiriman dana
lagi dari Indonesia, Nardi mencoba cara lain. Ia mendatangi Kantor Imigrasi di
Kedutaan Besar Jepang, Singapura. Ia mencoba bertemu dengan Mr. Wong, pemimpin
Kantor Imigrasi tersebut. Setelah beberapa kali gagal, Nardi berhasil menemuinya.
Setelah bertemu dan menyampaikan maksudnya, Nardi akhirnya berhasil mendapatkan
izin untuk pergi dan menetap selama 6 bulan di Jepang, meskipun hanya
menggunakan tiket satu arah.
Sesampainya di Jepang, ia disambut tiga orang kawannya: Yan Okuyama, Atshushi
Kanamor, dan Yoshio Kanamori. Di sana ia menetap di sebuah apartemen kecil di
belakang Tokyo Honbu. Ia mendapatkan latihan 3 kali sehari, masing-masing
selama 2,5 jam, yaitu pukul 10.00 – 12.30, 15.00 – 17.30, dan pukul 19.00 –
21.30, dengan jiyu kumite yang setiap minggunya tidak kurang
dari 6 – 8 kali,
Kembali ke Indonesia
Nardi pulang
ke Indonesia pada akhir tahun 1970. Sekembalinya dari Jepang, Nardi mengadakan
sebuah latihan khusus bagi anggota-anggota senior Go No Sen yang bersedia
menjadi pelatih dan membantu Perguruan. Nama perguruan Go No Sen pun di ubah
menjadi Pembinaan Mental Karate (PMK) Kyokushinkai Karate Do Indonesia.
Perguruan ini menjadi perguruan pertama yang menggunakan nama dan mengajarkan
aliran Kyokushinkai di Indonesia. Nardi memperoleh tingkatan DAN II pada tahun
1972 dan mendapatkan kenaikan tingkat menjadi DAN III setahun kemudian di Tokyo
Honbu, Jepang.
Wafat
Nardi
meninggal dunia pada hari selasa, 22 September 2009 pukul 20.00 WIB di Rumah
Sakit Saiful Anwar, Malang, Indonesia.
Sumber
: http://id.wikipedia.org/wiki/Nardi_Tjahjo_Nirwanto