Selama beberapa minggu, para ilmuwan memberikan
kokain kepada sekelompok tikus. Kokain adalah senyawa yang berasal dari tanaman
koka yang secara luas digunakan sebagai obat terlarang. Tikus-tikus itu dengan
cepat menjadi kecanduan. Kemudian, selama empat hari, setiap kali tikus-tikus
itu mendorong pengungkit untuk mendapatkan kokain, mereka mendapat sengatan listrik
yang ringan dan tidak menyenangkan di kaki mereka.
Antonello Bonci, direktur ilmiah di National
Institute on Drug Abuse, dan ikut serta dalam penelitian ini, mengatakan,
setelah mendapat sengatan itu, 70 persen tikus berhenti mencari kokain. Namun,
30 persen sisanya terus menampilkan perilaku kecanduan kokain, terlepas dari
sengatan listrik pada kaki mereka.
Para ilmuwan membandingkan pola aktivitas sel saraf
pada dua kelompok tikus dengan memeriksa sel-sel bagian otak yang disebut
korteks prefrontal. Bagian otak ini terlibat dalam fungsi yang lebih tinggi,
termasuk pengambilan keputusan, kontrol impuls dan perilaku yang kaku.
Para peneliti menemukan bahwa tikus yang kecanduan
itu mengurangi aktivitas bagian korteks otak yang disebut daerah prelimbic,
mengindikasikan kelemahan dalam mekanisme pengendalian diri yang diperlukan
untuk menolak obat tersebut. Jadi, para peneliti menyusun rencana untuk
memperkuat pengendalian diri tikus. Langkah pertama adalah menyuntik bagian
otak tadi dengan virus tidak berbahaya yang membawa protein yang sensitif
terhadap cahaya.
Setelah beberapa minggu, para peneliti menyisipkan
perangkat serat optik kecil ke dalam korteks prefrontal, dan mentransmisikan
gelombang cahaya untuk merangsang bagian otak yang lesu.
Hasilnya, menurut Bonci, sangat menakjubkan.
"Ketika kami menghidupkan beberapa aktivitas di korteks prefrontal, kami
dapat melihat perilaku kompulsif untuk mencari kokain hilang," paparnya.
Kata Bonci, para peneliti kemudian membalikkan
proses tersebut, mengubah tikus-tikus yang telah merespon sengatan listrik pada
kaki itu kembali berperilaku kompulsif mencari kokain dengan menggunakan teknik
serat optik untuk menurunkan gelombang syaraf di korteks prefrontal.
Bonci mengatakan, para peneliti sekarang merancang
uji coba pada manusia dengan menggunakan gelombang elektromagnetik dari luar
otak untuk meningkatkan aktivitas atau menurunkan aktivitas korteks prefrontal
para pencandu narkoba yang sukarela.
"Rencana kami sekarang adalah melakukan uji
coba klinis dalam waktu dekat untuk merangsang bagian otak yang tidak aktif
dengan pemikiran bahwa kami seharusnya mampu membuat pasien menghilangkan
hasrat dan minat untuk menggunakan kokain," papar Bonci lagi.
Penelitian Antonello Bonci dan para ilmuwan di
University of California San Francisco ini dimuat dalam jurnal Nature.
Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/kecanduan-narkoba-bisa-diobatai-dengan-fungsikan-bagian-otak-tertentu/1643662.html
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon