Tidak terlalu berlebihan, Boeing
memang yang pertama memproduksi pesawat badan lebar yang sangat populer. Sebut
saja Boeing 747-200 yang dijuluki The Jumbo Jet, diikuti Boeing 747-400 yang
disebut Mega Top. Disusul dengan Boeing 767, kemudian Boeing 777 yang banyak
dioperasikan oleh maskapai-maskapai besar di dunia.
Superioritas Amerika
Serikat memang terasa betul merasuki alam pikiran siapa saja, termasuk di dunia
kedirgantaraan. Pesawat terbang Boeing-pun menguasai pasaran di
dunia.Banyak maskapai penerbangan yang sebagian besar mempergunakan produk
Boeing untuk memperkuat armadanya. Alasannya, karena after sales service-nya
murah dan mudah. Di Indonesia-pun sebagian besar maskapai pe-nerbangan mengoperasikan
pesawat terbang produksi Boeing ini. Diantaranya Boeing 737-200 (tipe yang
masih konvensional dalam hal sistem Avionik dan mesin jet sebagai mesin
pendorongnya), Boeing 737-300,400 (classic series, sudah lebih maju dalam hal
sistem avionik (Avionic system) serta dilengkapi Flight Management Computer
System/FMS), Boeing 737-500 (shorter fuselage/lebih pendek).
Saat ini bahkan banyak maskapai yang me-ngoperasikan varian yang lumayan baru dan semakin canggih tentunya, yaitu Boeing 737-800 The New Generation. Saking populernya, ada pemeo yang sangat berkumandang bahwa..If it’s not Boeing, I’m not going..( Bila bukan pesawat Boeing,.saya tidak mau naik..). Ini mengesankan bahwa citra Boeing memang sengaja dibangun sedemikian rupa agar alam pikiran manusia awam tetap setia pada produk Boeing Company ini.
Lalu sebetulnya, apakah ada
pabrik pesawat lain selain Boeing ? tentu saja.
Di Amerika, pabrik pesawat
terbang komersial yang cukup besar selain Boeing sendiri adalah Mc Donnel
Douglas. Produknya adalah DC- 9, pesawat Jet berbadan sedang, yang masih
konvensional. Selanjutnya DC-10, pesawat jet berbadan lebar bermesin 3,
DC-10 ini masih konvensional dalam hal sistem Avionik, meski sebenarnya
tergolong pesawat yang sangat nyaman pada saat dioperasikan.
Selanjutnya, mungkin pernah kita
dengar pesawat MD-11. Tipe yang terakhir ini mirip dengan DC-10, tetapi
sistem Avionik-nya sudah lebih canggih. Memakai EFIS (Electronic Flight
Instrument System).Bukan instrument yang berupa jarum-jarum penunjuk analog
lagi, tetapi berupa monitor seperti televisi kecil-kecil yang memudahkan sang
penerbang untuk membaca informasi di dalam kokpit. Selain sudah terpasang
FMS/Flight Management Computer System, pesawat MD-11 ini dilengkapi juga dengan
FADEC (Full Authority Digital Engine Control) yang berfungsi merespon tuas
pengendali daya dorong mesin jet dengan cepat agar reaksi daya dorong
pesawat juga cepat. Ibaratnya seperti mobil yang apabila ditekan pedal gasnya,
langsung bereaksi melaju dengan kencang. Begitulah kira-kira persamaannya.
Kalau begitu, bagaimana dengan
Eropa ? Apakah juga memiliki pabrik pesawat terbang komersial yang besar
? dimanakah letaknya ? Tentu saja, Eropa memiliki Airbus Industrie. Pabrik
pesawat Airbus ini berpusat di Toulouse, Perancis. Modalnya berasal dari EADS
(80%) dan BAE System (20%). EADS adalah European Aeronautic Defence and Space
Company N.V. Semacam korporasi yang terbesar di bidang industri dirgantara di
Eropa. Sedangkan BAE System ini adalah raksasa kontraktor pertahanan terbesar
kedua di Eropa. BAE System ini terdiri dari perusahaan-perusahaan besar
seperti BAe (British Aerospace), GEC (General Electric Company), dan MES
(Marconi Electronic System).
Melihat siapa-siapa yang berdiri
di belakang Airbus Industri diatas, bisa dibayangkan bagaimana seriusnya
konsorsium Eropa ini mengerjakan program pesawat terbang produk Airbus. Tidak
heran jika dalam beberapa segi teknis dan non teknis, produk Airbus ternyata
memang lebih unggul dibanding produk Boeing. Pegawai Airbus yang berjumlah
57.000 itu tersebar di berbagai perusahaan Airbus yang terletak di Jerman,
Perancis, Inggris, dan Spanyol. Penyelesaian perakitan terakhir tetap di
Toulouse, Perancis.
Airbus A330-200
Salah satu produk Airbus
Industrie yang saat ini sangat popular adalah pesawat berbadan lebar Airbus
A330 seri 200. Pesawat ini selain dilengkapi dengan kecanggihan–kecanggihan
seperti pesawat MD-11 buatan McDonnel Douglas diatas, juga dilengkapi dengan beberapa
sistem proteksi yang semakin memberikan jaminan tingkat keselamatan
yang tinggi terhadap penumpang, awak pesawat, dan pesawat terbang itu sendiri.
Semua produk Airbus yang terakhir memiliki kecanggihan sistem proteksi ini.
Sebut saja varian Airbus 330 seri 300, lalu “saudaranya” yaitu Airbus A320,
Airbus A319, Airbus A318. Selain itu juga Airbus A340 yang memiliki empat mesin
jet di sayapnya, dilengkapi sistem proteksi seperti diatas.Maskapai Garuda
Indonesia Airlines mengoperasikan enam varian Airbus A330-300 sejak th 1998.
Saat ini malah ditambah dengan varian yang A330-200. Rencananya berjumlah enam
lagi. Artinya total Airbus A330 yang akan dioperasikan berjumlah 12 unit.
Varian yang 200 ini memiliki keunggulan dalam hal jangkauan terbang. Ia dilengkapi
tangki bahan bakar di perut pesawat (center tank), sehingga mampu terbang lebih
jauh dibanding seri 300. Yang cukup mengagumkan juga adalah desain
kokpit-nya ternyata sama persis, Baik Airbus A320, A318, A319, A330. Sedangkan
A340 terdapat sedikit perbedaan pada Panel tuas pengontrol mesin, karena
memang mesinnya berjumlah empat. Tapi secara konsep dan desain termasuk sama
persis. Airbus memang menyederhanakan desain karena memiliki satu Philosophy
yang sama untuk tiap pesawat Airbus modern.
Semua jenis pesawat Airbus
modern diatas juga memiliki FMS, sistem EFIS dan FADEC, seperti pesawat
produk Boeing diatas.Tetapi FMS yang terpasang lebih canggih dalam hal
kemampuannya. Namanya FMGEC (Flight Management Guidance Envelope Compu-ter)
Kelebihannya adalah dalam hal Guidance dan Envelope tersebut. Maksudnya apabila
pesawat ini mishandling (keliru dalam pemrogramannya) saat bermanuver atau
pemrograman, artinya keluar dari margin area Envelope, maka secara otomatis
akan menolak program yang keliru tadi dan memberikan info kepada programmer
(dalam hal ini sang penerbang) untuk kembali kepada program yang benar sesuai
sistem. Inilah yang disebut Guidance. Secara konsep ini memberikan jaminan
tingkat keselamatan yang semakin tinggi tentunya.
Forward Facing Cockpit
Concept (FFCC). Apakah itu?
FFCC artinya suatu konsep yang
dirancang Airbus untuk memudahkan sang penerbang dalam berkomunikasi dengan
segala sistem (man-machine communication) yang ada didalam pesawat tersebut.
Dahulu, salah satu dari pendiri maskapai Garuda Indonesia, yaitu alm. Bapak
Wiweko Soepono dengan sangat jenius memberikan ide brillian tentang konsep Two
Man Cockpit Operation kepada Airbus Industrie untuk pesawat Airbus yang dipesan
Garuda yaitu Airbus A300 B-4 agar dirancang tanpa memakai Flight Engineer di
ruang kokpit.Jadi yang duduk di kokpit hanya ada dua orang saja yaitu Captain
Pilot dan Co Pilot (First Officer / Perwira Pertama). Kelak kemudian hari
konsep ini dipakai oleh semua produsen pesawat terbang komersial di
seluruh dunia sampai detik ini. Berbanggalah Bangsa Indonesia memiliki putra
bangsa yang sangat jenius ini. Konsekuensinya, tugas memonitor segala sistem
pesawat ini menjadi beban kedua penerbang yang ada di kokpit itu tadi. Oleh
karena itu, agar tetap efektif dan proper dalam menerbangkan pesawat sekaligus
memonitor semua sistem di pesawat itu, maka sang penerbang dibantu oleh sistem
monitor yang ada di depan mereka. Alat itu di-sebut ECAM (Electronic
Centralized Aircraft Monitoring). Artinya kurang lebih pemusatan secara
Elektronik terhadap Sistem Monitor Pesawat Terbang. Bentuknya seperti TV kecil
layar monitor yang memberikan informasi penting, baik yang statusnya normal,
abnormal, ataupun darurat. Se-hingga penerbang tidak perlu lagi melihat ke
atas, kebawah, atau kesamping untuk mengetahui informasi penting tentang sistem
pesawat. Cukup duduk manis saja di tempat duduknya sambil menghadap ke depan
memonitor ECAM tadi. Selain memberikan informasi kepada penerbang bahwa
ada ketidaknormalan maupun keadaan yang perlu respon cepat (darurat) pada
sistem pesawat, ECAM ini juga selanjutnya memberikan instruksi-instruksi kepada
si penerbang hal-hal apa saja yang harus dilakukan terkait dengan informasi
abnormal dan darurat tadi. Sehingga si penerbang betul-betul dipandu dan diarahkan
dalam situasi itu. Inilah yang dimaksud dengan konsep Forward Facing
Cockpit Concept diatas tadi.
Pesawat Airbus A330-200 ini
menggunakan sistem Fly by Wire.Seperti yang kita ketahui, pesawat terbang
umumnya menggunakan Control Column (alat kemudi di kokpit yang berbentuk
setengah lingkaran), untuk mengemudikan pesawat tersebut dari dalam kokpit.
Pesawat Airbus modern menggunakan side stick untuk tuas pengendali di
kokpitnya. Ini adalah teknologi yang lebih maju karena side stick ini cukup
sensitif bila digerakkan. Pesawat sebesar itu digerakkan cukup dengan
sebatang kecil side stick ini. Input dari tuas ini yang berupa signal dianalisa
oleh computer, lalu diproses dengan sistem Guidance dan Envelope terlebih dulu
agar tidak terjadi kesalahan input. Se-telah itu signal tadi selanjutnya
dikirim ke sistem kemudi baik di sayap, atau ekor pesawat, se-hingga pesawat
mampu bergerak dengan aman, benar, efisien dan nyaman serta terkendali. Inilah
maksud secara umum dari sistem Fly by Wire tersebut.
Jadi sangat jelas bahwa pesawat
Airbus ternyata sangat aman, canggih, efisien, efektif dan tentunya nyaman.
Seperti mobil produksi Eropa yang terkenal dengan kenyamanannya, pesawat
terbang buatan Eropa ini tentunya juga sangat nyaman dirasakan. Baik saat tinggal
landas, menanjak, menjelajah (cruising), maupun saat mendarat. Sangat halus dan
gentle. Pada saatnya nanti pemeo akan berubah menjadi ”..If it’s not Boeing,
Then it is fine..That’s not a Big Deal …” kita tunggu saja.
Sumber :
http://tabloidaviasi.com/iptek/mana-yang-lebih-unggul-boeing-atau-airbus-2/
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon