Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi
Santoso, menyatakan, kelanjutan proyek pesawat N-219 masih menunggu lampu hijau
pendanaan dari konsorsium kementerian dan lembaga terkait. Kementerian dan
lembaga itu adalah Lapan, BPPT, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset
dan Teknologi serta Kementerian Perhubungan.
Budi menjelaskan, untuk membuat N-219 dari nol
hingga prototipe membutuhkan dana hingga Rp600 miliar. PTDI telah mengucurkan
dana hingga Rp100 miliar untuk membuat desain N-219 dan mempersiapkan
subkontraktor.
"Saat ini, kami sedang menunggu kepastian
pendanaan dari konsorsium kementerian," kata Budi Santoso saat ditemui VIVAnews
di kantornya, Bandung, pekan lalu. Baca juga wawancara khusus dengan dirut
PTDI:"Kami Seperti Lahir Kembali, Konsumen Mulai Datang".
Rencananya, sisa anggaran tersebut akan disokong
oleh konsorsium kementerian. Ia menjelaskan, PTDI juga telah menganggarkan
Rp100 miliar untuk pengembangan proyek ini. Namun, perseroan harus
berhati-hati, mengingat anggaran PTDI terbatas.
"Jika dana ini sudah kami kucurkan dan
konsorsium kementerian tidak mendukung, proyek ini dapat gagal lagi seperti
N-250," katanya.
Ia menjelaskan, program ini sangat potensial
menggantikan DHC-6 Twin Otter yang telah beroperasi puluhan tahun di ujung
timur Indonesia. Pesawat N-219 adalah pesawat turboprop bermesin dua dengan
kapasitas penumpang 19 orang. N-219 sangat cocok beroperasi di daerah-daerah
terpencil dan pegunungan Indonesia.
Selain menggantikan Twin Otter, ia berharap N-219
dapat dijadikan wadah bagi ahli pesawat Indonesia sebagai tempat pendidikan.
N-219 merupakan pesawat dengan teknologi sederhana, murah, dan memiliki pangsa
pasar tinggi.
"N-219 dapat digunakan engineer untuk
mengetahui cara membuat pesawat terbang dari satu siklus, dari nol hingga
terbang. Setelah itu, kami kembangkan ke produk-produk lain seperti
CN-235," katanya.
Ia juga meminta Kementerian Perhubungan mendukung
proyek ini dan menjadikan N-219 bisa tersertifikasi dan diakui oleh regulator
dunia, yaitu EASA dan FAA. "Kalau Kementerian Perhubungan bisa approve
dengan EASA, itu salah satu kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara
lain," katanya
Sumber :
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/405168-menanti-nasib-proyek-pesawat-n-219-ptdi
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon