Peneliti dari Indonesia dan
Amerika Serikat (AS) membuka kerjasama di bidang penelitian influenza virus
H5N1 atau virus flu burung dengan berupaya membuat sistem pemantauan virus
tersebut. Indonesia, yang diwakili oleh Fakultas Kedokteran dari Universitas
Padjajaran Bandung akan berkolaborasi dengan Universitas Colorado dengan
memanfaatkan dana hibah yang diberikan oleh Badan Pembangunan Internasional AS
(USAID) senilai US$1,4 juta atau sekitar Rp13,5 miliar.
Peneliti dari Departemen Ilmu
Kesehatan Anak UNPAD, Cissy B. Kartasasmita, mengungkapkan bahwa timnya dan
peneliti dari Universitas Colorado AS akan turun ke salah satu tempat dari tiga
lokasi penelitian di Jawa Barat yang diusulkan, yaitu Majalengka, Kuningan atau
Indramayu.
Menurut Cissy, yang telah
dikukuhkan sebagai guru besar di UNPAD, pemilihan lokasi didasari atas angka
kejadian luar biasa flu burung di kabupaten tersebut.
"Jadi selama seminggu kami
akan melakukan survei lapangan di daerah yang diketahui banyak terdapat ayam
atau unggas yang mati mendadak. Kami akan ambil sampel dari unggas yang mati
dan orang-orang yang berada sekitar 200 meter dari lokasi unggas tersebut,"
ujar Cissy dalam bincang-bincang dengan VIVAnews, Senin 18 Maret 2013,
usai menghadiri acara pemberian hibah oleh USAID kepada peneliti Indonesia di
Gedung Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakara Selatan.
Menurut Cissy, hasil sampel itu
akan ditelusuri dan orang-orang yang berada dekat dengan lokasi akan dipantau
selama seminggu, apakah mereka mengalami sakit atau tidak setelah unggas
tersebut mati.
"Kalau mereka diketahui
terinfeksi maka akan dirujuk ke rumah sakit infeksi di RS Hasan Sadikin,"
kata dia. Cissy memang melihat hingga saat ini belum terdapat lagi korban
akibat flu burung. Walaupun sebelumnya pernah ditemukan satu pasien yang diduga
terinfeksi flu burung, namun setelah dites, hasilnya negatif.
Sebelumnya 14 pasien terinfeksi
flu burung tercatat pernah dirawat di RS Hasan Sadikin, Bandung. Namun sejak
tahun 2010 kasus tersebut sudah tidak lagi muncul. Cissy menduga virus ini
masih akan tetap ada, apabila masih ditemukan gejala serupa pada unggas.
"Kita duga kalau unggas tetap
masih positif, maka pada manusianya juga bisa saja positif. Mungkin saja sudah
ada yang terinfeksi dalam skala ringan tapi belum terdeteksi," ujarnya.
Masyarakat Lalai
Menurut Cissy banyak warga kerap
lupa menjaga kebersihan setelah mereka melakukan kontak fisik dengan unggas.
Padahal dari situlah virus flu burung menyebar.
"Masyarakat suka lupa kalau
peristiwanya sudah lewat, sehingga perlu harus selalu diingatkan. Saya juga
menyayangkan karena mereka datang ke rumah sakit setelah terinfeksi sekian lama
dan sudah parah," kata Cissy.
Melalui penelitian bersama ini
dapat ditemukan sebuah sistem pemantauan geo spasial epidemologi, yang dapat
dimanfaatkan untuk memantau sumber penyakit flu burung berasal dan proses
penyebarannya.
"Klo dengan teknologi
pemantauan tersebut, kita dapat mengetahui di mana lokasi orang sakit, kemudian
telusuri bagaimana orang tersebut dapat menularkan ke orang lain," ujar
Cissy.
Saat ini Cissy dan tim sedang
memasuki proses perekrutan anggota kegiatan penelitian dan mengurus perizinan.
Diharapkan pada Mei mendatang, tim ini sudah dapat turun ke lapangan untuk
bekerja.
Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/398383-peneliti-as-dan-ri-gelar-riset-virus-flu-burung
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon