Empat tahanan Lembaga
Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tewas diberondong timah panas.
Insiden bak di film action itu terjadi Sabtu pekan lalu, 23 Maret
2013.
Di antara sekian narapidana,
para penyerang--sebuah kelompok misterius bersenjata laras panjang yang
tampaknya amat terlatih--hanya mengincar empat tahanan ini. Bergerak dengan
taktis, dalam tempo kurang dari 10 menit, kelompok itu mendobrak penjara dan
tanpa kesulitan langsung menemukan target mereka. Dan keempat narapidana itu
pun langsung tewas mereka eksekusi, di dalam sel mereka sendiri.
Rupanya, mereka berempat adalah
tersangka kasus pengeroyokan yang menewaskan seorang prajurit TNI anggota
Detasemen Pelaksana Intelijen Kodam IV Diponegoro, Sersan Kepala Heru Santosa.
Mereka adalah Hendrik Benyamin Sahetapy Engel alias Dicky Ambon (31
tahun), Yohanes Juan Mambait alias Juan (38 tahun), Gameliel Yermianto Rohi
Riwu alias Adi (29 tahun), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33
tahun).
Dua di antara mereka, Dicky dan
Juan, bukan kaum rahib. Mereka punya banyak catatan kriminal di wilayah
Yogyakarta. Bahkan, Dicky--lelaki kelahiran Kupang, Nusa Tenggara
Timur--tertera pada data Polresta Yogyakarta pernah ditahan dalam kasus
pemerkosaan dan pembunuhan. Yang lebih "hebat" lagi, saat
ditangkap dalam kasus pemerkosaan, dia baru saja bebas bersyarat dengan sisa
masa tahanan 2,5 tahun akibat kasus pembunuhan di Jalan Solo pada tahun 2002.
"Jadi, tersangka itu (Dicky
Ambon) dalam masa bebas bersyarat," kata Kasat Reskrim Polresta
Yogyakarta, Komisaris Pol. Dodo Hendro Kusuma, Rabu 27 Maret 2013.
Dalam kasus pemerkosaan, Dicky
diganjar hukuman penjara selama 3,5 tahun oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Perbuatan laknat itu dinyatakan terbukti dia lakukan pada 19 Agustus 2007. Saat
itu, dia bersama Viktor Ndoen alias Ito, dengan mengendarai mobil milik pacar
korban menjemput korban di pondokannya di kawasan Seturan, Yogyakarta. Dijemput
pakai mobil pacarnya dan dibohongi bahwa dia telah ditunggu pacarnya di
sebuah kafe, korban pun mau diajak pergi. Ternyata, di tengah jalan dia
diperkosa Dicky.
"Korban ditelanjangi dan
diperkosa di dalam mobil. Setelah itu, dibawa ke asrama tersangka (Dicky) dan
diperkosa lagi bersama Ito. Keesokan harinya, korban diantar pulang oleh Ito
menggunakan sepeda motor," Kompol Dodo menjelaskan.
Dicky tinggal di Asrama NTT di
kawasan Lempuyangan, Yogyakarta.
Korban lalu melapor ke polisi.
Tahu diburu aparat, Dicky dan Ito lari ke Kupang. Polresta Yogyakarta langsung
menetapkan mereka sebagai buronan dan memasukkan nama mereka dalam Daftar
Pencarian Orang (DPO). Berkat bantuan dari Polda NTT, dua begundal itu berhasil
ditangkap.
Riwayat Yohanes Juan Mambait
alias Juan tak kurang hitamnya. Dia adalah mantan anggota Polresta Yogyakarta.
Pria kelahiran Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur itu lalu
dipecat dengan tidak hormat dari Polri karena terlibat kasus narkoba.
"Mantan anggota polisi yang
terlibat pengeroyokan adalah YD alias Juan. Baru sekitar tiga bulan lalu dia
menghirup udara bebas dalam kasus narkoba," kata Direktur Reserse Kriminal
Umum Polda DIY Komisaris Besar Pol. Kris Erlangga, Selasa.
Di dunia hitam Yogyakarta, nama
Dicky Ambon sudah tak asing lagi. Dia dikenal merupakan gembong kelompok preman
yang amat ditakuti dan kerap membuat onar. Wilayah kekuasaannya antara lain
membentang di sepanjang Jalan Solo, Yogyakarta.
Serangan terhadap negara
Di luar perilaku bejat Dicky cs,
penyerangan brutal ini membuat geram banyak kalangan, termasuk Presiden
SBY.
"Presiden SBY menyatakan
pembunuhan brutal terhadap empat tahanan Lapas Cebongan di Sleman adalah bentuk
serangan langsung terhadap kewibawaan negara," kata Staf Khusus Presiden
Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa.
Presiden memerintahkan Kapolri
untuk menyeret semua pelaku penyerangan ke pengadilan. Kepada Panglima TNI,
Presiden menginstruksikan agar seluruh jajaran militer bekerja sama dengan
Polri untuk mengungkap identitas para pelaku.
Kasus ini juga membuat gerah
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hemengku Buwono X. Dia mengingatkan
komitmen para pendatang di Yogyakarta untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan
di Kota Gudeg. Sultan mengingatkan bahwa perwakilan mahasiswa dari 10 perguruan
tinggi di Yogyakarta telah membuat kesepakatan. Jika terlibat aksi kekerasan,
maka mereka harus keluar dari Yogyakarta.
"Itu janji mereka. Maka
jika ada kekerasan lagi yang melibatkan etnis, lebih baik keluar dari
Yogyakarta!" kata dia dengan nada tinggi, Rabu 27 Maret 2013.
Sultan mensinyalir berbagai aksi
kekerasan yang kerap melibatkan mahasiswa dan pemuda dari suku tertentu di
Yogyakarta terjadi antara lain karena keengganan mereka untuk bergaul dan
berbaur dengan lingkungan setempat. Akhirnya, yang muncul malahan solidaritas
dan arogansi etnis yang berlebihan di antara mereka.
Untuk mengatasi masalah ini,
Sultan menyatakan akan mempersulit pemberian izin pembangunan asrama berbau
kesukuan di Yogyakarta. "Saya imbau kepada para bupati dan walikota di
Yogya untuk mempersulit izin pembangunan asrama yang hanya untuk menampung
etnis tertentu, karena asrama etnis telah menjadi salah satu sumber terjadinya
konflik."
Sultan pun berpesan,
"Mahasiswa dari Kalimantan, Batak, Papua, NTT, dan pulau lain, janganlah
menjadi orang Jawa, karena memang bukan orang Jawa. Tapi jadilah mahasiswa
Batak yang baik, mahasiswa NTT yang baik."
Sumber : http://fokus.news.viva.co.id/news/read/400784-catatan-hitam-dicky-ambon--preman-yang-dibunuh-di-selnya-sendiri
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon