Add caption |
Perang selalu dikaitkan dengan senjata seperti tank
lapis baja, roket, mortir, atau pesawat tempur. Namun saat ini perang dengan
'senjata' media sosial menjadi bagian dari perang yang terjadi antara Israel
dan Palestina yang mulai memanas pekan ini. Senapan bukan lagi bagian dari
perang, kata-kata adalah senjata perang di Gaza.
Di beberapa media sosial, Israel mulai menggencarkan
kampanye dan propaganda melalui saluran internet setelah menggencarkan serangan
udara yang menewaskan seorang Komandan Militer Hamas di Jalur Gaza, Rabu
(14/11/2012) lalu.
Pasukan Pertahanan Israel mengkonfirmasi serangan
udara yang dilakukan pasukan melalui akun Twitter-nya sesaat sebelum instansi
pemerintahan, yaitu militer, melakukan konferensi pers.
Era dimana dahulu sosial media belum banyak lahir
dan bangkit, peran public relation banyak dimanfaatkan bagi dua pihak yang
bertikai. Pemimpin Palestina Yaser Arafat begitu terampil mengambil titik
sorotan bagaimana perjuangan Intifadah dalam mempertahankan Palestina. Dan cara
tersebut rupanya mempengaruhi opini publik terkait perjuangan rakyat Palestina.
Namun teknologi terbaru sepertinya Youtube, Twitter,
telah menjadi medium bagi pemerintah Israel dalam melancarkan kampanye terkait
konflik yang mulai memanas pekan ini.
Pasukan Pertahanan Israel memanfaatkan segala bentuk
sosial media. Selain akun Twitter, mereka juga membuka halaman Facebook yang
dapat dilihat dalam beberapa bahasa. Di medium itu, Israel memperlihatkan
foto-foto tentara yang dikerahkan untuk isi kemanusiaan.
Di medium lain, seperti dalam akun @IDFspokesperson
mengeluarkan twit yang kemudian mengusung hastag #IsraelUnderFire,
memperlihatkan video roket dari Gaza yang ditembakan ke Israel, berikut gambar anak-anak
Israel yang terluka.
"Mereka sangat sadar bagaimana hal tersebut
akan dilihat, mungkin lebih karena mereka merasakan bahwa mereka terisolasi
dalam opini dunia, dan mereka kurang ditanggung oleh opini publik AS,"
kata James Noyes, seorang peneliti di Hoover Institution, seperti dikutip
Reuters, Jumat (16/11/2012).
Sementara itu Al-Qassam, kelompok militer yang
dipimpin Al Jaabari juga tak ingin ketinggalan memanfaatkan teknologi jejaring
sosial internet. Dalam akun Twitternya, mereka ingin memperihatkan
serangan-serangan yang dilakukan kelompok tersebut ke sasaran militer Israel,
kematian anak-anak Palestina dengan menggunakan hastag #terorisme.
Israel tampaknya serius dalam menggunakan sosial
media sebagai bagian dari senjata mereka dan berperang. Tahun ini saja,
Kementerian Luar Negeri Israel menginvestaikan $ 15 juta untuk lebih memahami
bagaimana pemerintah bisa menggunakan media sosial dalam kampanye yang lebih
luas dengan tujuan memoles citra bangsa.
Tahun lalu saja, para pejabat Israel mengirimkan
surat kepada Facebook Inc untuk meminta jaringan sosial itu menghapus laman
pemberontakan Palestina.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon