“Ya ALLAH! Kasihanilah dia karena solat yang panjang
diselingi tangisan di tengah kedinginan malam yang sepi, ketika orang-orang
lain sedang nyenyak dibuai mimpi. Ya ALLAH! Kasihanilah dia yang sering menahan
lapar dan dahaga ketika bertugas jauh dari Madinah atau Mekah dalam menunaikan
ibadah puasa kepadaMu. Ya ALLAH! Aku menyerahkannya di bawah pemeliharaanMu,
aku redha dengan apa yang telah Engkau tetapkan bagiku dan baginya, dan berilah
kami pahala orang-orang yang sabar...!" (Doa Asma' radhiallahu anha buat
puteranya, Abdullah bin Zubair)
Asma' binti Abu Bakar As-siddiq, saudara Aisyah Ummul
Mukminin (isteri Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam), puteri sahabat
Rasulullah yang mulia, Saidina Abu Bakar As-siddiq, isteri Zubair bin Awwam,
pejuang dan tokoh Islam yang mengutamakan redha ALLAH di dalam perjuangannya,
Merupakan seorang wanita muhajir yang mulia dan Ibunda Abdullah bin Zubair, salah
seorang pejuang yang gugur mempertahankan agamanya, dan sesungguhnya
kedudukannya ini cukup untuk mengangkat darajat beliau ke tempat yang tinggi,
mulia dan terpuji. Peribadinya dirahmati ALLAH dengan keistimewaan yang sangat
menonjol, setanding dengan para Muslimin ketika itu, cerdas, cerdik, lincah,
pemurah dan berani.
Kedermawanan beliau dapat dilihat jelas melalui ucapan
anaknya," Aku belum pernah melihat wanita yang sangat pemurah melebihi
Ibuku termasuk Aisyah Radhiallahu anha. Beliau (Aisyah) mengumpulkan apa yang
diperolehnya sedikit demi sedikit, lantas setelah itu barulah dinafkahkannya
kepada mereka yang memerlukannya. Sedangkan Ibuku, dia tidak pernah menyimpan
sedikit pun hingga hari esok"
Kebijaksanaan Dzatun Nithaqain
Kecemerlangan berfikir Asma Radhiallahu anha terpancar
dari sikapnya yang penuh prihatin dan perhitungan yang bijaksana. Peristiwa
Hijrah Abu Bakar menyaksikan pengorbanan seorang sahabat demi Islam, tidak
meninggalkan sesen pun harta untuk keluarganya melainkan dibelanjakan
keseluruhannya untuk ALLAH dan RasulNya. Ketika Abu Quhafah (ayah Abu
Bakar radhiallahu anhu) yang masih musyrik menemui keluarganya, beliau berkata
kepada Asma',
"Demi ALLAH! Tentu ayahmu telah mengecewakanmu
dengan hartanya, di samping akan menyusahkanmu dengan
kepergiannya!". Jawab wanita yang mulia ini, "Tidak wahai
kakek! sekali-kali tidak! Beliau banyak meninggalkan uang buat kami"
ujarnya sambil menghibur dan menenangkan kakeknya. Dikumpulkannya batu-batu
kerikil yang kemudiannya dimasukkan ke dalam lubang tempat kebiasaannya
menyimpan uang. Kemudian dibawakan kakeknya yang buta itu ke tempat simpanan
tersebut, lantas berkata, "Lihatlah kakekku! Beliau banyak meninggalkan
uang buat kami!". Perkataan tersebut ternyata mampu meyakinkan Abu Quhafah.
Maksud perbuatan tersebut adalah untuk menyenangkan hati kakeknya, agar tidak
bersusah hati memikirkan hal tersebut. Malah, Asma' juga tidak
menginginkan bantuan dari orang musyrik meskipun kakeknya sendiri. Inilah bukti
yang menunjukkan besarnya perhatian beliau terhadap dakwah dan kepentingan kaum
Muslimin.
Diberi julukan sebagai 'dzatun nithaqain' oleh
Rasulullah Saw yang berarti "wanita yang mempunyai dua tali
pinggang", sebagai peringatan terhadap peristiwa Hijrah yang menyaksikan
pengorbanan dan keberanian Asma' yang tiada bandingannya. Beliau bersusah payah
menyediakan bekal makanan dan minuman buat Rasulullah Saw dan Abu Bakar
Radhiallahu anhu di saat genting seperti itu. Beliau mengoyakkan ikat
pinggangnya menjadi dua untuk dijadikan tali pengikat untuk mengikat bekal
makanan dan minuman tersebut, sehingga peristiwa itu Rasulullah mendoakan
beliau agar digantikan tali pinggang tersebut dengan yang lebih baik dan lebih
indah di syurga kelak.
Tidak hanya itu pengorbanan Asma Radhiallahu anha.
Peristiwa hijrah ini turut menyaksikan kekuatan berfikir dan strategi yang
dimiliki oleh seorang Muslimah hasil kecemerlangan berfikir yang dilandasi
ketaqwaan dan keimanan yang teguh. Asma' Radhiallahu anha bukan sekadar menjadi
pengantar makanan kepada dua orang sahabat yang berperanan penting bagi umat
Islam, malah beliau juga menyampaikan berita-berita penting tentang
rencana-rencana pihak musuh terhadap kaum Muslimin. Dengan kehamilannya ketika
itu, Asma' mengambil peranan yang menjanjikan risiko tinggi, di mana
bukan saja nyawanya menjadi taruhan, malah lebih dari itu, nyawa Rasulullah
Sallallahu Alaihi wa Sallam dan ayahnya turut juga terancam. Memikirkan
kemarahan musuh Islam lantaran lolosnya Rasulullah dari kepungan, kafir Quraisy
pastinya akan berusaha bersungguh-sungguh mencari-cari Rasulullah Sallallahu
Alaihi wa Sallam untuk dibunuh karena bencinya mereka terhadap dakwah Islam dan
pejuang-pejuangnya.
Di saat-saat genting seperti itu, Asma' mampu meramal
segala kemungkinan yang bakal terjadi, dan dengan kecerdikan dan penuh
perhitungan, beliau berjalan menuju Gua Tsur sambil menggembala
kambing-kambingnya berjalan di belakangnya. Taktik ini dilakukan untuk
mengaburi mata pihak musuh karena jejaknya terhapus oleh jejak-jejak kambing
gembalaannya itu. Tindakan ini belum tentu mampu dilakukan oleh seorang lelaki
yang berani sekalipun, lantaran hal tersebut bakal mengundang bahaya,
kezaliman, dan kekejaman orang-orang kafir Quraisy.
Permasalahan ini tidak cukup sampai di situ. Setelah
keberhasilan Rasulullah Saw dan Abu Bakar keluar dari tempat persembunyian dan
berhasil berhijrah ke Madinah, Asma' Radhiallahu anha dan keluarganya didatangi
beberapa orang Quraisy, di antaranya Abu Jahal yang telah bertindak kasar
menampar pipi Asma’ Radhiallahu anha dengan sekali tamparan yang mengakibatkan
subangnya terlepas!. Asma' menjawab saat beliau ditanya tempat persembunyian
Rasulullah dan ayahnya dengan berkata," Demi Allah, aku tidak tahu di mana
ayahku berada sekarang!"
Hijrah Asma' Radhiallahu anha dan suaminya ke Madinah
berlaku selang beberapa lama dari hijrah sebelumnya, di mana pada ketika itu
Asma' sedang dalam keadaan mengandung Abdullah bin Zubair dan hanya menanti
detik-detik kelahirannya. Perjalanan yang jauh dan berbahaya ditempuh jua bersama
dengan para sahabat tiba di Quba'. Kelahiran anak pasangan sahabat ini disambut
dengan penuh kesyukuran dan kegembiraan. Dialah bayi pertama yang dilahirkan di
Madinah.
Sebaik-baik Ummu wa Rabbatul Bait
Seorang muhajirah yang agung, antara wanita yang awal
memeluk Islam, sangat memuliakan suaminya meskipun Zubair hanya seorang pemuda
miskin yang tidak mampu menyediakan pembantu buatnya. Hatta tidak mempunyai
harta yang dapat melapangkan kehidupan keluarganya, melainkan hanya seekor kuda
yang dijaganya dengan baik. Beliaulah isteri yang senantiasa sabar dan setia
berkhidmat untuk suaminya, sanggup bekerja keras merawat dan menumbuk sendiri
biji kurma untuk makanan kuda suaminya di saat Zubair sibuk menjalankan
tugas-tugas yang diperintah Rasulullah kepadanya.
Di dalam didikannya, keperibadian Abdullah bin Zubair
dibentuk. Beliau adalah contoh seorang ibu yang sangat memahami peranannya
dalam melahirkan generasi utama yang beriman, generasi yang menjadikan
kecintaan kepada ALLAH dan RasulNya di atas segala-galanya, sama ada harta,
isteri, keluarga maupun segala jenis perbendaharaan dunia. Beliau mencetak
keperibadian generasi yang siap berjuang membela bendera Islam dan kalimah LA
ILAHA ILLALLAH Muhammad Rasulullah. Keperibadian seperti ini terpancar jelas di
dalam diri puteranya, Abdullah bin Zubair. Hal ini dapat kita teladani melalui
kisah pertemuan terakhir di antara seorang ibu dan anak yang saling menyayangi
dan mencintai satu sama lain, semata-mata kerana kecintaan keduanya kepada
ALLAH Subhanahu wa Taala dan RasulNya.
Abdullah: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
wahai ibunda!
Asma': Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ya
Abdullah! Mengapa engkau datang ke sini di saat-saat seperti ini? Padahal
batu-batu besar yang dilontarkan Hajjaj kepada tenteramu menggetarkan seluruh
Kota Mekah?
Abdullah: Aku hendak bermusyawarah dengan ibu
Asma': Tentang masalah apa?
Abdullah: pasukanku banyak meninggalkanku. Mereka
membelot dariku ke pihak musuh. Mungkin karena mereka takut terhadap Hajjaj
atau mungkin juga karena mereka menginginkan sesuatu yang dijanjikannya
sehingga anak-anak dan isteriku sendiri berpaling daripadaku. Sedikit sekali
jumlah tentara yang tinggal bersamaku. Sementara utusan Bani Umayyah menawarkan
kepadaku apa saja yang ku minta berupa kemewahan dunia asal saja aku bersedia
meletakkan senjata dan bersumpah setia mengangkat Abdul Malik bin Marwan
sebagai khalifah. Bagaimana pendapatmu wahai ibu?
Asma': Terserah kepadamu Abdullah! Bukankah engkau
sendiri yang mengetahui tentang dirimu? Jika engkau yakin bahwa engkau
mempertahankan yang haq dan mengajak kepada kebenaran, maka teguhkanlah
pendirianmu seperti para perajuritmu yang telah gugur dalam mengibarkan bendera
agama ini! Akan tetapi, jika engkau menginginkan kemewahan dunia, sudah tentu
engkau adalah seorang anak lelakiku yang pengecut! dan berarti engkau sedang
mencelakakan dirimu sendiri dan menjual murah harga kepahlawananmu selama ini,
anakku!
Abdullah: Akan tetapi, aku akan terbunuh hari ini ibu.
Asma' : Itu lebih baik bagimu daripada kepalamu akan
diinjak-injak juga oleh anak-anak Bani Umayyah dengan mempermainkan
janji-janji mereka yang sangat sukar untuk dipercayai!
Abdullah: Aku tidak takut mati, Ibu. Tetapi aku khuatir
mereka akan mencincang dan merobek-robek jenazahku dengan kejam!
Asma': Tidak ada yang perlu ditakuti perbuatan orang
hidup terhadap kita sesudah kita mati. Kambing yang sudah disembelih tidak akan
merasa sakit lagi ketika kulitnya dikupas orang!
Abdullah: Semoga Ibu diberkati ALLAH. Maksud
kedatanganku hanya untuk mendengar apa yang telah ku dengar dari ibu sebentar
tadi. Allah Maha Mengetahui, aku bukanlah orang yang lemah dan terlalu hina.
Dia Maha Mengetahui bahwa aku tidak akan terpengaruh oleh dunia dan segala
kemewahannya. Murka ALLAH bagi siapapun yang meremehkan segala yang
diharamkanNya. Inilah aku, anak Ibu! Aku selalu patuh menjalani segala nasihat
Ibu. Apabila mati, janganlah ibu menangisiku. Segala urusan dari kehidupan Ibu,
serahkanlah kepada ALLAH!
Asma': Yang ibu khuatirkan seandainya engkau mati di
jalan yang sesat.
Abdullah: Percayalah Ibu! Anakmu ini tidak pernah
memiliki fikiran sesat untuk berbuat keji. Anakmu ini tidak akan menyelamatkan
dirinya sendiri dan tidak memperdulikan orang-orang Muslim yang berbuat
kebaikan. Anakmu ini mengutamakan keredhaan ibunya. Aku mengatakan semua ini di
hadapan ibu dari hatiku yang putih bersih. Semoga ALLAH menanamkan kesabaran di
dalam sanubari Ibu.
Asma': Alhamdulillah! segala puji bagi ALLAH yang
telah meneguhkan hatimu dengan apa yang disukaiNya dan yang Ibu sukai pula.
Rapatlah kepada Ibu wahai anakku, Ibu ingin mencium baumu dan menyentuhmu.
Agaknya inilah saat terakhir untuk ibu memelukmu..."
Abdullah:Jangan bosan mendoakan aku Ibu!
Sebelum matahari terbenam di petang itu, Abdullah bin
Zubair syahid menemui Rabbnya. Dia kembali karena mengutamakan redha ALLAH dan
redha ibunya yang beriman. Diriwayatkan, bahawa Al-Hajjaj berkata kepada Asma'
setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap
puteramu ?"
Asma' menjawab :"Engkau telah merusak dunianya,
namun dia telah merusak akhiratmu." Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100
tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya masih
sempurna. [Mashaadirut Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh Thabari,
Al-Ishaabah dan Siirah Ibnu Hisyam]. Semoga ALLAH meridhai kedua
hambaNya, Asma' dan puteranya.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon