Jumat, 25 Oktober 2013

Kemarahan negara sekutu terkait program mata-mata Amerika

Presiden Barrack Obama
Dalam waktu kurang dari 48 jam, Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, dipaksa untuk menanggapi panggilan dari dua pemimpin kunci Eropa, yang menjadi sekutu Amerika, terkait adanya laporan pengungkapan dari program mata-mata Washington terhadap warga di Jerman dan Prancis.

Dalam sebuah percakapan telepon dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada Rabu malam, Gedung Putih baru-baru ini berjanji bahwa Merkel bukanlah target dari program pengawasan Badan Keamanan Nasional (NSA), seperti dilansir stasiun televisi Press TV, Kamis (24/10), mengutip laporan dari surat kabar the New York Times.

Dalam pengungkapan dokumen-dokumen terbaru itu, mantan kontraktor NSA kini buron, Edward Snowden, menyatakan Washington telah memata-matai percakapan telepon Merkel. Pengungkapan itu membuat pemimpin negara dengan ekonomi paling kuat di Eropa itu memanggil mitranya Amerika untuk mencari kepastian bahwa telepon selulernya tidak menjadi target intelijen Negeri Paman Sam itu.

"Presiden Obama meyakinkan bahwa Amerika tidak mengawasi dan tidak akan memonitor alat komunikasi kanselir. Kami menghargai kerjasama Jerman selama ini terutama untuk keamanan internasional," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney, seperti dikutip stasiun televisi CBS News.

Ini menjadi pengungkapan kedua terkait program mata-mata Amerika yang terjadi hanya dalam waktu kurang dari dua hari.

Pada Senin kemarin koran Prancis, Le Monde, mengungkapkan bahwa telah terjadi pengawasan besar-besaran yang dilakukan Amerika terhadap warga Prancis, seperti halnya terhadap para diplomat Negeri Menara Eiffel itu.

Berita itu langsung memicu kemarahan dari Presiden Prancis Francois Hollande yang menyatakan bahwa hal itu sebagai perbuatan ekstrem. Laporan dari dokumen-dokumen dibocorkan oleh Edward Snowden memperlihatkan bahwa lebih dari 70 juta catatan panggilan telepon di Prancis telah direkam dalam periode 30 hari antara 10 Desember 2010 sampai 8 Januari 2013.

Pengamat mengatakan kerusakan hubungan Amerika dengan negara-negara sekutu Eropanya terus memuncak sebagaimana pengungkapan terkait program mata-mata Negeri Adikuasa itu kemungkinan masih akan terus berlanjut.

Bulan lalu, media Brasil melaporkan bahwa NSA juga telah menyadap surat elektronik dari Presiden Brasil Dilma Rousseff. Bahkan dia akhirnya menunda perjalanan ke Negara Adidaya itu lantaran kasus ini.

Baru-baru ini, majalah Jerman Der Spiegel, yang sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya memiliki tumpukan dokumen Snowden, menyatakan bahwa NSA juga telah memperoleh akses ke dalam komunikasi baik yang menuju atau dari Presiden Meksiko Felipe Calderon ketika dia masih berkuasa.

Kasus ini merupakan beberapa kasus terkait program mata-mata Amerika yang telah terungkap sejak Juni lalu, ketika pengungkapan dokumen rahasia yang pertama dari Snowden muncul ke publik.

Snowden, yang menjadi buronan nomor satu di Amerika atas tuduhan mata-mata, telah diberikan suaka sementara di Rusia pada 1 Agustus lalu.

Sumber : Merdeka

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon