A. Pengertian
Tarekat
Kata Tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu dari kata benda thoriqoh yang secara etimologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun tarekat dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal ini akan saya ambil definisi tarekat menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya adalah;
”Tarekat adalah beramal
dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang
rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal
ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah;
menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua
perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram,
makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah;
yang semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang
guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang
Syekh/Mursyid).”
Dari definisi di atas dapat kita
simpulkan bahwa tarekat adalah beramal dengan syariat Islam secara azimah
(memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti rokok ada yang berpendapat
haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram) dengan mengerjakan semua
perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan larangan baik yang haram atau
makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia
(tidak bernilai manfaat; minimal manfaat duniawiah) yang semuanya ini dengan
bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan jalan yang aman dan selamat
untuk menuju Allah (ma’rifatullah).
Maka posisi guru di sini adalah
seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga
jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan
sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang belum diketahui,
maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak membawa peta
petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya membimbing secara lahiriah
saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi antara
seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Dengan bahasa yang lebih mudah,
tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa bis, kapal laut atau pesawat
terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah punya izin mengemudi dan
berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan beberapa penumpang di dalamnya
untuk mencapai tujuan.
Tasawuf dapat dipraktekkan dalam
setiap keadaaan di mana manusia menemukan dirinya, dalam kehidupan tradisional
maupun modern. Tarekat adalah salah satu wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih
bercorak tuntunan hidup praktis sehari-hari daripada corak konseptual yang
filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah al-Wushul ila Allah SWT
(sampai kepada Allah) dalam arti ma’rifat, maka tarekat adalah metode, cara
atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf tersebut.
Tarekat berarti jalan seorang salik
(pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, atau perjalanan
yana ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada
Tuhan. Orang yang bertarekat harus dibimbing oleh guru yang disebut mursyid
(pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau mursyid inilah yang bertanggung jawab
terhadap murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah serta rohaniah dan pergaulan
sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara (washilah) antara murid dan Tuhan
dalam beribadah.
Karena itu, seorang Syaikh haruslah
sempurna dalam ilmu syariat dan hakekat. Di samping itu, untuk (dapat) wenjadi
guru, ustadz atau Syaikh diperlukan syarat- syarat tertentu yang mencerminkan
sikap orang tua yang berpribadi akhlak karimah dan budi pekerti yang luhur.
Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib
dan tarekat sunat.
Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan
wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap
muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan
wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang
dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah
s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah
shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat
, makan makanan halal dan lain sebagainya.
Tarekat sunat, yaitu kumpulan
amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah
untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak
mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi
tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket
tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh
murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap,
tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau
pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya,
seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain
sebagainya.
B. Sejarah
Perkembangan Tarekat
Banyak orang
yang salah faham tentang tarekat, sehingga mereka tidak mau mengikutinya.
Namun, mereka yang sudah mengikuti tarekatpun umumnya belum memahami bagaimana
sebenarnya pengertian tarekat, awal mula dan sejarahnya, macam-macamnya serta
manfaat mengikuti tarekat.
Asal-usul Tarekat Sufi
Asal-usul
tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan
10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti
Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak
sekali murid dan pengikut.
Pada masa
itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang
maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di
antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf
ialah mahabba atau `isyq (cinta), fana` (hapusnya diri/nafs yang rendah), baqa`
(rasa hidup kekal dalam Yang Satu), ma`rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan
mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan
para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para
penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme.
Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat.
Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan
sufisme abad tersebut.
Maraknya
praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika
sosio-politik dunia Islam.
Arti
Tariqa /Tarekat
Kata
al-tariqa berarti jalan, sinonim dengan kata suluk. Maksudnya ialah jalan
kerohanian. Tariqa/tarekat kemudian ditakrifkan sebagai ‘Jalan kerohanian yang
muncul disebabkan pelaksanaan syariat agama, karena kata syar’ (darimana kata
syariat berasal) berarti jalan utama, sedang cabangnya ialah tariq (darimana
kata tariqa berasal).’ Pengertian di atas menunjukkan bahwa jalan yang ditempuh
dalam ilmu tasawuf, melalui bimbingan dan latihan kerohanian dengan tertib
tertentu, merupakan cabang daripada jalan yang lebih besar, yaitu Syariat. Termasuk
di dalamnya ialah kepatuhan dalam melaksanakan syariat dan hukum Islam yang
lain.
Para sufi
dalam melihat tingkat laku kerabat dan sahabat dekat mereka tercermin perasaan
dan perbuatan mereka sendiri. Apabila mereka melihat kekeliruan dalam perbuatan
tetangga mereka, maka mereka segera bercermin ke dalam perbuatan mereka
sendiri. Kebiasaan di atas mendorong munculnya salah satu aspek penting gerakan
tasawuf, yaitu persaudaraan sufi yang didasarkan atas cinta dan saling
bercermin pada diri sendiri. Persaudaraan sufi inilah yang kemudian disebut
Tarekat Sufi.
Munculnya
tarekat membuat tasawuf berbeda dari gerakan zuhud yang merupakan cikal bakal
tasawuf. Apabila gerakan zuhud mengutamakan ‘penyelamatan diri’ melalui cara
menjauhkan diri dari kehidupan serba duniawi dan memperbanyak ibadah serta amal
saleh, maka tasawuf sebagai organisasi persaudaraan (tariqah) menekankan pada
‘keselamatan bersama’. Di antaranya dalam bentuk pemupukan kepentingan bersama
dan keselamatan bersama yang disebut ithaar. Sufi yang konon pertama kali
mempraktekkan ithaar ialah Hasan al-Nuri, sufi abad ke-9 M dari Baghdad.
Tarekatnya merupakan salah satu tarekat sufi awal dalam sejarah.
Kanqah
dan Zawiyah
Biasanya
sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru Sufi yang memiliki
banyak murid atau pengikut. Pada abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak tumbuh
di negeri-negeri Islam. Mula-mula ia merupakan gerakan lapisan elit masyarakat
Muslim, tetapi lama kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan bawah. Pada
abasd ke-12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-tarekat sufi. Pada waktu itu
kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu sebuah pusat latihan Sufi yang banyak
terdapat di Persia dan wilayah sebelah timur Persia. Kanqah bukan hanya pusat
para Sufi berkumpul, tetapi juga di situlah mereka melakukan latihan dan
kegiatan spiritual, serta pendidikan dan pengajaran formal, termasuk dalam hal
kepemimpinan.
Salah satu
fungsi penting lain dari kanqah ialah sebagai pusat kebudayaan dan agama.
Sebagai pusat kebudayaan dan agama, lembaga kanqah mendapat subsidi dari
pemerintah, bangsawan kaya, saudagar dan organisasi/perusahaan dagang. Tempat
lain berkumpulnya para Sufi ialah zawiyah, arti harafiahnya sudut. Zawiyah
ialah sebuah tempat yang lebih kecil dari kanqah dan berfungsi sebagai tempat
seorang Sufi menyepi. Di Jawa disebut pesujudan, di Turki disebut tekke (dari
kata takiyah, menyepi).
Tempat lain
lagi berkumpulnya Sufi ialah ribat. Ribat punya kaitan dengan tempat tinggal
perajurit dan komandan perang, katakanlah sebagai tangsi atau barak militer.
Pada masa berkecamuknya peperangan yang menyebabkan orang mengungsi, dan juga
berakibat banyaknya tentara tidak aktif lagi dalam dinas militer, membuat ribat
ditinggalkan tentara dan dirubah menjadi tempat tinggal para Sufi dan pengungsi
yang mengikuti perjalanan mereka.
Sejarah
Perkembangan TarekatMenjadi Pengawal MoralBanyak orang yang salah faham tentang
tarekat, sehingga mereka tidak mau mengikutinya. Namun, mereka yang sudah
mengikuti tarekatpun umumnya belum memahami bagaimana sebenarnya pengertian
tarekat, awal mula dan sejarahnya, macam-macamnya serta manfaat mengikuti
tarekat.
Asal-usul Tarekat Sufi Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut. Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabba atau `isyq (cinta), fana` (hapusnya diri/nafs yang rendah), baqa` (rasa hidup kekal dalam Yang Satu), ma`rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati). Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut. Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia Islam.
Asal-usul Tarekat Sufi Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut. Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabba atau `isyq (cinta), fana` (hapusnya diri/nafs yang rendah), baqa` (rasa hidup kekal dalam Yang Satu), ma`rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati). Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut. Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia Islam.
Arti Tariqa
/TarekatKata al-tariqa berarti jalan, sinonim dengan kata suluk. Maksudnya
ialah jalan kerohanian. Tariqa/tarekat kemudian ditakrifkan sebagai ‘Jalan
kerohanian yang muncul disebabkan pelaksanaan syariat agama, karena kata syar’
(darimana kata syariat berasal) berarti jalan utama, sedang cabangnya ialah
tariq (darimana kata tariqa berasal).’ Pengertian di atas menunjukkan bahwa
jalan yang ditempuh dalam ilmu tasawuf, melalui bimbingan dan latihan kerohanian
dengan tertib tertentu, merupakan cabang daripada jalan yang lebih besar, yaitu
Syariat.
Termasuk di
dalamnya ialah kepatuhan dalam melaksanakan syariat dan hukum Islam yang
lain.Para sufi dalam melihat tingkat laku kerabat dan sahabat dekat mereka
tercermin perasaan dan perbuatan mereka sendiri. Apabila mereka melihat
kekeliruan dalam perbuatan tetangga mereka, maka mereka segera bercermin ke
dalam perbuatan mereka sendiri. Kebiasaan di atas mendorong munculnya salah
satu aspek penting gerakan tasawuf, yaitu persaudaraan sufi yang didasarkan
atas cinta dan saling bercermin pada diri sendiri.
Persaudaraan
sufi inilah yang kemudian disebut Tarekat Sufi. Munculnya tarekat membuat
tasawuf berbeda dari gerakan zuhud yang merupakan cikal bakal tasawuf. Apabila
gerakan zuhud mengutamakan ‘penyelamatan diri’ melalui cara menjauhkan diri
dari kehidupan serba duniawi dan memperbanyak ibadah serta amal saleh, maka
tasawuf sebagai organisasi persaudaraan (tariqah) menekankan pada ‘keselamatan
bersama’. Di antaranya dalam bentuk pemupukan kepentingan bersama dan
keselamatan bersama yang disebut ithaar. Sufi yang konon pertama kali
mempraktekkan ithaar ialah Hasan al-Nuri, sufi abad ke-9 M dari Baghdad.
Tarekatnya merupakan salah satu tarekat sufi awal dalam sejarah.
Kanqah dan ZawiyahBiasanya sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru Sufi yang memiliki banyak murid atau pengikut. Pada abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri-negeri Islam. Mula-mula ia merupakan gerakan lapisan elit masyarakat Muslim, tetapi lama kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan bawah. Pada abasd ke-12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-tarekat sufi. Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu sebuah pusat latihan Sufi yang banyak terdapat di Persia dan wilayah sebelah timur Persia.
Kanqah dan ZawiyahBiasanya sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru Sufi yang memiliki banyak murid atau pengikut. Pada abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri-negeri Islam. Mula-mula ia merupakan gerakan lapisan elit masyarakat Muslim, tetapi lama kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan bawah. Pada abasd ke-12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-tarekat sufi. Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu sebuah pusat latihan Sufi yang banyak terdapat di Persia dan wilayah sebelah timur Persia.
Kanqah bukan
hanya pusat para Sufi berkumpul, tetapi juga di situlah mereka melakukan
latihan dan kegiatan spiritual, serta pendidikan dan pengajaran formal,
termasuk dalam hal kepemimpinan.Salah satu fungsi penting lain dari kanqah
ialah sebagai pusat kebudayaan dan agama. Sebagai pusat kebudayaan dan agama,
lembaga kanqah mendapat subsidi dari pemerintah, bangsawan kaya, saudagar dan
organisasi/perusahaan dagang. Tempat lain berkumpulnya para Sufi ialah zawiyah,
arti harafiahnya sudut.
Zawiyah
ialah sebuah tempat yang lebih kecil dari kanqah dan berfungsi sebagai tempat
seorang Sufi menyepi. Di Jawa disebut pesujudan, di Turki disebut tekke (dari
kata takiyah, menyepi).Tempat lain lagi berkumpulnya Sufi ialah ribat. Ribat
punya kaitan dengan tempat tinggal perajurit dan komandan perang, katakanlah
sebagai tangsi atau barak militer. Pada masa berkecamuknya peperangan yang
menyebabkan orang mengungsi, dan juga berakibat banyaknya tentara tidak aktif
lagi dalam dinas militer, membuat ribat ditinggalkan tentara dan dirubah
menjadi tempat tinggal para Sufi dan pengungsi yang mengikuti perjalanan
mereka.
C. Hubungan
Tarekat dengan Tasawuf
Pengertian
Taswwuf dan Tarekat, serta Hubungan Antara Keduanya
Secara
ethimologi, tasawwuf berasal dari bahasa Arab yaitu katashuuf yang berarti
bulu. Pada waktu itu para ahli tasawwuf memakai pakaian dari bulu domba sebagai
lambang merendahkan diri. Sedangkan secara terminology, para sufi dalam
mendefinisikan tasawwuf itu sendiri sesuai dengan pengalaman batin yang telah
mereka rasakan masing-masing. Dan karena dominannya ungkapan batin ini, maka
menjadi beragamnya definisi yang ada. Sehingga sulit mengemukakan definisi yang
menyeluruh. Dari beberapa definisi para sufi, Noer Iskandar mendefinisikan
bahwa tasawwuf adalah kesadaran murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar
kepada amal dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.
Sedangkan
tarekat sendiri, secara ethimologi berasal dari kata “Thoriqoh” yang berarti
jalan. Dalam artian jalan yang mengacu kepada suatu system latihan meditasi
maupun amalan- amalan yang dihubungkan dengan guru sufi. Istilah ini kemudian
berkembang menjadi organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas, atau
institusi yang menaungi paham tasawwuf.
Dari
pengertian diatas, tampaklah pertalian yang sedemikian erat antara tasawwuf dan
tarekat, bahwa antara keduanya tampak sulit dibedakan dan tak bisa dipisahkan
antara yang satu dengan yang lain. Tasawwuf adalah sebuah ideology dari
institusi yang menaunginya, yaitu tarekat. Atau dengan kata lain, tarekat
merupakan madzhab-madzhab dalam tasawwuf. Dan tarekat merupakan implementasi dari
suatu ajaran tasawwuf yang kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi
dalam rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf secara bersama-sama.
D. Aliran
Tarekat dalam Islam
Aliran-aliran
Tarekat di Dunia Islam
Dari sekian
banyak tarekat yang pernah muncul sejak abad ke-12 (abad ke-6 H) itu antara
lain :
Tarekat
Qadiriyah, (dihubungkan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yang wafat di Irak
pada 1161 H) yang mempunyai penganut di Irak, Turki, Turbekistan, Sudan, Cina,
India, dan Indonesia.
Tarekat
Syadziliah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad Asy-Syadzili, yang wafat di Mesir
pada 1258 M), yang mempunyai pengikut di Mesir, Afrika Utara, Syiria, dan
Negri-negri Arab lainnya. Pokok-pokok ajarannya antara lain :
·
Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
·
Mengikuti sunnah dalam segala perkataan dan perbuatan
·
Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dari
waktu membelakangi
·
Kembali kepada Allah diwaktu senang dan susah
·
Tarekat Rifaiyah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad
Ar-Rifai, yang wafat di Mesir pada 1182 M), yang mempunyai pengikut di irak dan
di Mesir.
Tarekat Naqsabandiyah (dihubungkan kepada Syekh Bahaudin Naqsabandi yang wafat di Bukhara pada 1389 M), yang mempunyai pengikut di Asia Tenggara, Turki, India, Cina, dan Indonesia. Ciri-ciri tarekat Naqsabandiah antara lain :
·
Berpegang teguh kepada aqidah ahlusunnah
·
Meningggalkan ruqsah
·
Memilih hukum-hukum yang azimah
·
Senantiasa dalam muraqabah
·
Tetap berhadapan dengan Tuhan
·
Menghasilkan malakah hudhur (menghadirkan Tuhan dalam
hati)
·
Menyendiri ditengah keramaian serta menghiasi diri
dengan hal-hal yang memberi faedah
·
Berpakaian dengan pakaian mukmin biasa
·
Zikir tanpa suara
·
Tarekat Syatarriyah, (dihubungkan kepada Syekh
Abdullah Asy-Sattari yang wafat di india pada 1236 M), yang mempunyai pengikut
India dan Indonesia.
E.
Pengaruh Tarekat dalam peradaban islam
Dalam
perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada
tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik.
Tarekat
memengaruhi dunia islam mula abad ke-13 kedudukan tarekat saat itu sama dengan
partai politik. Bahkan tentara itu juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat
keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri
menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik, dan
memberikan otomomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa
ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan
dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi pada saat-saat itu
telah terjadi penyelewengan dalam tarekat-tarekat.
Disamping
itu tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia,
tarekat mengandungkan banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini
karena anggapan, “dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia ini adalah
anjing”. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harus
ditempuhnya. Demikian juga sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang,
qadha dan qadar yang sejalan denga faham Asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia
islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga
membawa kemunduran bagi umat islam.
Oleh karena
itu pada abad ke-19 timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat. Banyak orang
yang menentang dan meninggalkan tarekat ini.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon