Muhammad bin Abdullāh (Arab:
محمد بن عبد الله; Transliterasi:
Muḥammad; diucapkan [mʊħɑmmæd] (ca. 570/571 Mekkah[مَكَةَ
]/[ مَكَهْ ] – 8 Juni, 632 Madinah), adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan
diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir. Menurut sirah
(biografi) yang tercatat tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April
570/ 571, di Mekkah (Makkah) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada
usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hijazh, Arab Saudi. Nabi
Muhammad haram digambarkan dalam bentuk patung, kartun ataupun gambar
ilustrasi.
Michael H. Hart dalam bukunya The
100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah
manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih
keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart
mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang
dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam
bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan
pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.
"Muhammad"
secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa
Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an,
Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد),
yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad
mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga
suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang
dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang
benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul
Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi
Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan
dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau
"SAW") setelah namanya.
Muhammad juga mendapatkan
julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim", karena
Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal
dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Silsilah Muhammad dari kedua
orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr
(Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Adnan
merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan
Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi
(lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari
Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim
bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib
bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah
bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin
Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim
bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh
bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh
bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nasab ini disebutkan oleh
Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab
Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan
terjadi perbedaan pendapat. Maksud dari Quraisy adalah putra Fihr bin Malik
atau an-Nadhr bin Kinanah.
Riwayat
Kelahiran
Para penulis sirah (biografi)
Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570
M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di
kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu
merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan,
seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan
dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad
masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan
biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh
Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam
tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah)
untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal
dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.
Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib.
Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah
ia diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani
pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan
sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka
berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, meyakini bahwa ia
lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia
lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal (2 Agustus 570 M).
Perkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja
dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri
dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam
berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai
salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang
ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya
menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar
tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam
berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah
seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang
pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di
tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur
barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali
lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan
hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad
pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25
tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih
memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka,
walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan
kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan
mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia
lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh Gelar
Ketika Muhammad berumur 35
tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat
pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar
Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan
penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya
yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin
yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad
adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara
amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di
kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin,
janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan
berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah
membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman
keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq
yang berarti "yang benar".
Kerasulan
Muhammad dilahirkan di
tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan
pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira'
sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali
sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan
mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan
kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia
sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran
dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat
menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M,
diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran
yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad
diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia
mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali
meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
Muhammad berusia 40 tahun 6
bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul
disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan
berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian
di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan
suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru
saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih
menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara
sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak
mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan
Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia
telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya,
kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan
melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat
Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut
diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir
setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang
mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai
kompilasi bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān
(bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir
atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam,
hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh
Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada
Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan
pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya,
dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat
tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para
pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan
bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak
pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas
di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya
reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat
terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini
bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa
awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat
dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin
Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara
terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti
Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah
bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad.
Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun
atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun
setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran
Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respon yang ia terima sangat
keras dan masif, ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya
bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat
Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah
orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah, akibat penolakan keras
yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki
oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam
awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari pergaulan
masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan
tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar, para pengikutnya
ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia,
dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik
kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad,
penampilan dan kepribadiannya yang sudah terkenal baik memudahkannya untuk
mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi
semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku
Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran islam, meskipun banyak juga
yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah
dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri
Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi,
seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir
seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah
(pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah,
memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka
dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke
Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai
suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah,
mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut.
Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di
antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib.
Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk
Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi.
Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk
Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan
masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di
tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang
saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka
mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan
situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam.
Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib
PADA TAHUN 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk
Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha
mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib,
Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah
yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk
Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat
Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan
rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun
Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan)
Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat)
dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi.
Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian
serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa
Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang
saat itu telah bersatu di Madinah.
Pembebasan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H
setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa
pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan
kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa
Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk
menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan
diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun
berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah,
dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh
Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam
menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di
kota Mekkah.
Mukjizat
Seperti nabi dan rasul
sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang
nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan
kitab suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam
kandungan, masa kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama
kenabiannya.
Umat Muslim meyakini bahwa
Mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an, yaitu kitab suci umat Islam. Hal
ini disebabkan karena kebudayaan Arab pada masa itu yang masih barbar dan tidak
mengenal peradaban, namun oleh Al-Qur'an hal itu berubah total karena Qur'an
membawa banyak peraturan keras yang menegakkan dasar-dasar nilai budaya baru di
dunia Arab yang sebelumnya tidak berperadaban serta mengeliminasi akar-akar
kejahatan sosial yang mengakar di dunia Arab, serta pada masa yang lebih dekat
mengantarkan pemeluknya meraih tingkat perabadan tertinggi di dunia pada
masanya.
Mukjizat lain yang tercatat dan
diyakini secara luas oleh umat Islam adalah terbelahnya bulan, perjalanan Isra
dan Mi'raj dari Madinah menuju Yerusalem dalam waktu yang sangat singkat.
Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasan serta kepribadiannya
yang banyak dipuji serta menjadi panutan para pemeluk Islam hingga saat ini.
Ciri-ciri fisik Nabi Muhammad
Beberapa hadist meriwayatkan
beberapa ciri fisik yang diceritakan oleh para sahabat dan istrinya. Beberapa
riwayat menyebutkan bahwa Muhammad berperawakan sedang, berkulit putih
kemerahan, berjanggut tipis, dan digambarkan memiliki fisik yang sehat dan kuat
oleh orang di sekitarnya. Riwayat lain menyebutkan Muhammad bermata hitam,
tidak berkumis, berjanggut sedang, serta memiliki hidung bengkok yang sesuai
dengan ciri antropologis bangsa Semit pada umumnya.
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikah
dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini).
Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun
hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla
binti Hakim menyarankan kepadanyauntuk menikahi Sawda binti Zama (seorang
janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi
keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita
lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, dimana sembilan di antaranya
masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt
dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk
memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan
penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena
budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
Perbedaan dengan Nabi dan Rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya,
umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh
umat manusia, sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya
masing-masing seperti halnya Nabi Musa yang hanya diutus untuk Bani Israil.
Sedangkan kesamaan ajaran yang
dibawa Muhammad dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan keesaan
Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon