Ketegangan
di Semenanjung Korea belum kendur sejak Korea Utara versus Amerika Serikat dan
Korea Selatan saling melontar ancaman dalam beberapa pekan terakhir. Kini
ketegangan itu sudah membuat gundah pemimpin China dan membuat khawatir
petinggi Rusia, yang menganggap Tragedi Chernobyl bakal tidak ada apa-apanya
ketimbang perang nuklir yang bisa tersulut dari konflik seperti di Semenanjung
Korea.
China,
raksasa ekonomi yang juga punya senjata nuklir, sebelumnya bersikap kalem.
Sebagai sekutu terdekat Korut, China selalu melontarkan pernyataan yang membela
rezim di Pyongyang. Namun, kali ini, Beijing juga mulai ikut "kesal"
melihat sepak-terjang Kim Jong-un dan para jenderalnya yang membuat situasi
tambah panas.
Presiden
baru China, Xi Jinping, baru-baru ini mengingatkan bahwa komunitas
internasional harus mengedepankan keamanan yang komprehensif, bersama, dan
kooperatif demi mengubah "desa global" ini menjadi panggung besar
bagi pembangunan bersama, ketimbang sebagai arena tempat para gladiator saling
berkelahi.
"Tidak
ada satu pun yang boleh membawa satu kawasan dan bahkan seluruh dunia kepada
kekacauan untuk kepentingan-kepentingannya sendiri," kata Xi saat membuka
Forum Boao di provinsi Hainan Minggu kemarin. Disebut-sebut sebagai tandingan
Forum Ekonomi Dunia di Davos, Forum Boao ini merupakan ajang yang mempertemukan
para negarawan terkemuka dunia dan kalangan pebisnis papan atas tingkat global.
"Ketika
mengejar kepentingannya, suatu negara hendaknya menghormati kepentingan
pihak-pihak lain," lanjut Presiden Xi dalam pidato berbahasa Mandarin yang
diterjemahkan ke bahasa Inggris dan dimuat di laman resmi Forum
Boao.
Dalam
pidatonya, pemimpin baru China itu tidak menyebut negara tertentu, seperti
Korut. Ini sesuai dengan ciri "politik santun" ala pemimpin China,
yang tidak secara eksplisit menyebut nama figur atau negara dalam pidato di
depan publik saat menyampaikan kritik.
Namun,
kalangan pengamat dan koresponden media massa Barat di China, seperti CNN dan
BBC. yakin bahwa kutipan dari pidato Xi ini juga ikut mengritik Korut. Tidak
hanya Presiden Xi, Menteri Luar Negeri Wang Yi juga ikut menyindir tetangga
dekat China di sebelah timur itu.
Wang
mengutarakannya saat berbicara melalui telepon dengan Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa Bangsa, Ban Ki-moon, pada Sabtu malam waktu setempat.
"Kami menentang berbagai ucapan dan tindakan dari pihak manapun di kawasan
dan tidak akan membiarkan masalah di pintu depan China," kata Wang, dalam
percakapan dengan Sekjen PBB yang dimuat oleh laman Kementerian Luar Negeri
China dan dipantau kantor berita Reuters.
Esok
harinya, Kemlu China pun mengungkapkan "keprihatinan yang serius" atas
meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Kemlu China mengungkapkan bahwa
Beijing telah meminta Korut untuk menjamin keselamatan para diplomat China di
Korea Utara, sesuai dengan Konvensi Wina dan hukum serta norma internasional.
Kedutaan Besar China di Pyongyang, lanjut Kemlu, "diyakini" tetap
beroperasi seperti biasa di sana.
Pernyataan-pernyataan
itu memang terkesan santun dan sangat implisit. Namun Mantan Duta Besar AS
untuk China, Jon Huntsman, menilai pernyataan-pernyataan para pejabat China itu
belum pernah terjadi sebelumnya atas isu yang menyangkut Korea Utara.
"Setelah
menyaksikan reaksi kekecewaan kalangan pimpinan China dalam beberapa tahun
terakhir, kemungkinan yang baru-baru lalu itu merupakan yang paling keras saat
terkait Korea Utara," kata Hunstman kepada stasiun berita CNN Minggu
kemarin.
Walau
selama ini membela Korut, China pun bagi kalangan pengamat, juga berupaya agar
tidak terjadi perang besar. Masalahnya, China bakal turut repot dengan
antisipasi banjir pengungsi dari Korut dan tidak mau nuklir tidak terawasi di
sana.
"China
sudah mencapai kesimpulan bahwa Korut sudah menjadi beban dan perlu ada
langkah-langkah untuk mengatasinya," kata Paul Haenle, mantan pejabat
Dewan Keamanan Nasional AS urusan China dan pernah mewakili Gedung Putih dalam
Perundingan Enam Pihak yang sudah terhenti beberapa tahun lalu.
"Namun
saya pikir kita tidak akan melihat pergerakan dramatis [dari China] dalam
sekejap dan juga tidak akan pengumuman soal itu. Ini akan terjadi secara
bertahap dan berlangsung di balik layar," lanjut Haenle seperti dikutip
Reuters.
Kecewa
Belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih soal pernyataan dari Beijing yang "lebih keras" dari biasanya terkait Korut. Namun kalangan politisi AS sudah kadung kecewa dengan China.
Belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih soal pernyataan dari Beijing yang "lebih keras" dari biasanya terkait Korut. Namun kalangan politisi AS sudah kadung kecewa dengan China.
Bagi
Senator John McCain dari Komite Senat Urusan Dinas Bersenjata AS, langkah China
terbilang lambat atas ketegangan yang bisa saja menimbulkan bencana. Menurut
McCain, Beijing seharusnya bisa meningkatkan tekanan kepada Pyongyang agar
tidak seenaknya melontarkan pernyataan yang provokatif mengingat ekonomi Korut
belakangan ini bergantung kepada China di tengah berbagai embargo dan sanksi
dagang internasional.
"Perilaku
China sudah sangat mengecewakan," kata McCain dalam acara dialog
"Face the Nation" di stasiun berita CBS. "Lebih dari sekali
peperangan dimulai dari kecelakaan dan ini sudah menjadi situasi yang sangat
serius," kata McCain, yang merupakan politisi senior Partai Republik yang
beroposisi dan kalah dari Barack Obama dalam Pemilu 2008.
Chuck
Schumer, senator berpengaruh dari Partai Demokrat, tidak biasanya sepaham
dengan penilaian politisi Partai Republik itu soal isu Korut. Senator Lindsey
Graham dari Partai Republik menilai China juga harus disalahkan atas ketegangan
di Semenanjung Korea.
Menurut
Graham, China selama ini dipandang memberi ruang kepada "rezim gila"
di Korut karena pertimbangan strategis. Kepada stasiun berita NBC Graham
menilai China tampaknya khawatir bila reunifikasi terjadi, Korea yang bersatu
dan demokrat bisa menjadi ancaman bagi mereka, maka dipeliharalah rezim Kim
Jong-un, yang bisa memimpin hanya karena mewarisi kekuasaan turun-temurun dari
ayah dan kakeknya.
Komentar Putin
Seperti
China, awal pekan ini pemimpin Rusia pun mulai menyuarakan kekhawatiran atas
ketegangan di Semenanjung Korea. Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa
konflik yang melibatkan nuklir kali ini bisa membuat situasi lebih parah dari
kebocoran reaktor nuklir Chernobyl pada 1986.
Bahkan,
tragedi Chernobyl yang merenggut banyak jiwa bisa-bisa dianggap hanya
"cerita kecil" ketimbang perang nuklir, yang membayangi ketegangan di
Semenanjung Korea.
"Saya
tidak mau menutup-nutupi. Kami khawatir atas eskalasi di Semenanjung Korea,
karena kami bertetangga [dengan Korut]," kata Putin dalam jumpa pers
bersama Kanselir Jerman, Angela Merkel, di Kota Hanover Senin waktu setempat.
"Dan,
semoga saja tidak, bila sesuatu terjadi, Chernobyl yang kita semua tahu tentang
tragedi itu mungkin hanya akan seperti cerita anak kecil. Jadi apakah ada
ancaman seperti itu atau tidak? Saya rasa ada," kata Putin seperti dikutip
Reuters.
Maka,
dia mendesak setiap pihak yang bertikai untuk meredakan ketegangan.
"Mulailah menyelesaikan masalah-masalah yang menumpuk selama
bertahun-tahun di meja perundingan," kata Putin.
Sumber
: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/403550-china-dan-rusia-mulai-gerah-dengan-krisis-korea
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon