Nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun dan menerima wahyu yang
pertama sewaktu beliau berada di gua Hira’. Sejak itu beliau mulai berdakwah
memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk Mekkah. Selama 13 tahun
berkecimpung dalam dakwah, mempertahankan, dan memperjuangkan syiar Allah di
Mekkah tidak sedikit tantangan dan rintangan yang beliau hadapi. Beratnya
tantangan yang dihadapi menyebabkan beliau hijrah ke Madinah dan di sana beliau
diterima dengan tangan terbuka. Beliau berdakwah di Madinah kurang lebih selama
10 tahun, sehingga akhirnya Islam menjadi agama yang sempurna dan diterima luas
oleh masyarakat.
Masa
Sakit
Akhirnya
pada tahun 11 Hijrah, pada awal bulan Rabi’ul Awwal Rasulullah mulai
sakit-sakitan. Meskipun dalam kondisi sakit beliau tidak pernah meninggalkan
shalat berjamaah dengan para sahabat di masjid. Ini yang perlu kita garis
bawahi. Dalam kondisi sakit pun Rasulullah tetap melakukan shalat berjamaah di
masjid. Hal ini sangat berbeda dengan yang kita lakukan sekarang. Jangankan
dalam kondisi sakit, ketika sehat pun kita sangat jarang berhubungan dengan
masjid.
Sebenarnya
Nabi telah memberikan isyarat kepada para sahabat bahwa sakitnya tersebut
adalah sakit yang akan membawanya kapada kematian. Namun, para sahabat tidak
menyadarinya kecuali Abu Bakar r.a. Suatu hari setelah shalat berjamaah beliau
naik ke mimbar untuk menyampaikan sesuatu. Setelah memuji Allah dan berselawat
kepada diri dan keluarganya, beliau berkata:
Innallaha
khayyara ‘abdan baina ad-dunya wabaina ma ‘indahu. Fa ikhtara zalika al-’abdu
ma ‘indallahi…. “Sesungguhnya Allah telah memberikan
pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara kehidupan dunia dan apa yang
ada di sisi-Nya di kehidupan akhirat. Hamba tersebut memillih apa yang ada di
sisi Allah di kehidupan akhirat.”
Tidak
satupun dari sahabat yang hadir mengerti bahasa yang disampaikan Nabi tersebut.
Hanya Abu Bakar yang menangis tersedu-sedu karena hati dan perasaan beliau yang
begitu dekat dengan Nabi. Hatinya berkata bahwa Nabi akan segera berpulang
menghadap sang Khalik. Abu Bakar tahu bahwa hamba yang dimaksud adalah Nabi
sendiri dan hari-hari beliau yang tersisa tinggal sedikit. Beberapa hari
kemudian sakit Nabi bertambah parah dan beliau tidak sanggup lagi bangun dari
tempat tidur. Nabi lalu meminta Abu Bakar untuk menjadi imam menggantikannya.
Lihatlah betapa dalam kondisi sakit parah sekalipun Rasulullah tetap memikirkan
umatnya.
Masa-masa
Kritis
Di
tengah masa-masa kritisnya, Nabi meminta izin kepada istri-istrinya untuk
tinggal di tempat Aisyah, seorang istri yang paling disayangi di antara
beberapa istri beliau. Beliau dirawat oleh Aisyah dan Fatimah putri
kesayangannya. Fatimah adalah satu-satunya anak Nabi yang masih hidup pada
waktu itu. Selama sakit, setiap hari Fatimah menjenguk ayahnya dan biasanya
tiap kali ia memasuki kamar Nabi, beliau selalu berdiri menyambutnya dan
mengajaknya duduk di sampingnya. Begitu besar cintanya kepada Fatimah. Di sini
ada satu lagi pelajaran. Seorang Nabi berdiri menyambut kedatangan anaknya,
bukan seperti kita yang tidak bergerak menunggu anak datang mencium tangan
kita. Rasulullah tidak demikian, dia berdiri dan menghampiri anaknya yang
datang.
Namun
pada hari wafatnya Nabi tidak sanggup lagi untuk bangun menyambutnya. Akhirnya,
Fatimah pun duduk di samping beliau. Nabi kemudian mengatakan sesuatu yang
membuat Fatimah menangis, sesaat kemudian Nabi berkata-kata lagi dan kali ini
Fatimah tersenyum. Di kemudian hari setelah Nabi wafat Fatimah ditanya tentang
apa yang dibisikkan Nabi kepadanya. Fatimah berkata, “Ayah memberitahuku bahwa
ini adalah sakitnya yang terakhir, akupun menangis karena sedih. Sesaat
kemudian ayah mengatakan bahwa aku adalah orang pertama yang akan menyusulnya,
lalu akupun tersenyum karena gembira”. Sungguh sebuah percakapan yang
mengharukan antara ayah dan anak.
Pada
saat sakaratul maut, Nabi berusaha menahan rasa sakitnya dengan mengusap-usap
wajahnya dengan air yang tersedia dalam mangkok di sampingnya sambil berkata Allahumma
a’inni ‘ala sakaratil maut ..”Ya Allah bantulah aku dalam menghadapi
sakitnya sakaratul maut”. Saat itu kepala beliau berada dalam pangkuan Aisyah
istrinya tercinta. Aiyah mendengar Rasul berujar bal ar-rafiq al-’ala (Hanya
Tuhanku yang Maha Tinggi dan Agung). Dengan terharu Aisyah berkata, “Engkau
telah diberikan pilihan dan inilah pilihanmu, demi Zat yang telah mengutusmu
dengan kebenaran”. Sesaat kemudian Rasul pun menghadap sang Khalik dengan
tenang dan diiringi oleh istri dan anaknya tercinta serta puluhan sahabat yang
menunggu di luar rumah.
Setelah
Rasulullah Meninggal
Berita
wafatnya Nabi dengan segera menyebar ke masyarakat. Kaum muslimin
berduyun-duyun mendatangi rumah Rasulullah dengan perasaan sedih, bingung dan
histeris. Bahkan ada yang tidak bisa menerima dan percaya bahwa Nabi sudah
tiada, termasuk Umar bin Khattab. Dengan menghunus pedang, Umar mengancam akan
membunuh siapa saja yang mengatakan Rasulullah sudah meninggal. Umar histeris
sambil mengatakan bahwa Nabi tidak meninggal tetapi Nabi hanya pergi sebentar
menemui Allah dan akan kembali kepada umatnya, seperti yang terjadi ketika Nabi
Musa bin Imran yang pergi meninggalkan kaumnya dan kembali lagi setelah 40
hari. Lihatlah betapa dalam rasa cinta sahabat terhadap Nabi. Wafatnya
Rasulullah bisa menghilangkan akal sehat seorang Umar yang terkenal tegas dan
keras.
Sesaat
kemudian Abu Bakar masuk dan membuka kain penutup wajah Nabi, mengecupnya lalu
menangis tersedu-sedu. Abu Bakar berkata, “Demi ayah dan ibuku, engkaulah yang
terbaik dalam hidup dan matimu. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah
tidak akan pernah menyakitimu”. Itulah ungkapan hati dari seorang penasehat,
sahabat, mertua, dan sekaligus pengikut setia.
Abu
Bakar kemudian keluar rumah dan meminta kaum muslimin yang hadir untuk duduk.
Mereka pun menurutinya, kecuali Umar r.a. yang masih belum bisa mengendalikan
emosinya. Abu Bakar meminta Umar untuk duduk, maka ia pun menurutinya. Lalu Abu
Bakar berpidato, “Siapa saja yang menyembah Muhammad maka ketahuilah bahwa Muhammad
telah tiada. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu
hidup dan tidak akan pernah mati.” Kemudian ia membacakan ayat Al-Quran Surah
Ali ‘Imran ayat 144 yang bunyinya: wama Muhammadun illa Rasulun qad
khalat min qablihi ar-rusulu. Afa-in mata aw qutila inqalabtum ‘ala a’qabikum.
Wa man yanqalibu ‘ala a’qibaihi falan yadhurru allaha syai-an wa sayajzi allahu
asy-syakirina. Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu berpaling ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikit pun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.”
Mendengar
pidato Abu Bakar tersebut, kaum muslimin pun menangis sedih dan akhirnya mereka
menyadari bahwa inilah kehendak Allah yang harus mereka terima.
Nabi
meninggal pada usia 63 tahun dengan tidak meninggalkan harta benda berharga
apapun. Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin hebat, tetapi hidupnya sangat
sederhana. Hal ini semestinya menjadi contoh bagi pemimpin sekarang. Semoga
Allah selalu memberikan rahmat dan petunjuknya kepada kita semua.
Kesimpulan
Kisah
di atas menyajikan banyak pelajaran buat kita, di antaranya:
- Sakit bukan alasan untuk meninggalkan shalat. Banyak di antara kaum muslimin yang selama usia sehatnya selalu rajin ke masjid mendirikan shalat, tetapi beberapa hari menjelang kematiannya secara total meninggalkan shalat. Sikap meninggalkan shalat semacam ini sangat disayangkan.
- Ketika Nabi SAW ditawarkan sebuah pilihan: kehidupan di dunia atau kehidupan di sisi Allah, Nabi SAW dengan tidak ragu-ragu memilih yang kedua. Inilah sikap muslim yang selalu dekat dengan Allah, dan inilah pula sikap yang benar (bukannya malah takut mati seperti umumnya manusia sekarang.)
- Nabi SAW menunjukkan kasih sayang pada anak dan terus menjaga hubungan baik dengan anaknya. Orangtua harus meniru sikap Nabi yang menyayangi dan menghargai anak-anak, tidak hanya dengan berdiri menyambut kedatangan mereka tetapi juga dalam arti seluas-luasnya.
- Keluarga Nabi seluruhnya hadir pada detik-detik Rasulullah menghembuskan nafas yang terakhir. Usahakan ini pulalah kondisi keluarga kita pada saat salah seorang dari anggota keluarga kita akan menjumpai Tuhannya. Anak jangan sampai tidak menemani orangtuanya yang sakaratul maut, walaupun harus meninggalkan pekerjaan yang nilainya berpuluh-puluh milyar sekalipun. Jadilah anak yang shaleh dengan berusaha hadir di samping orangtua saat sakaratul maut, jangan hanya mendengar dari jauh kabar kesakitan dan kematiannya.
- Kita boleh bersedih dan menangis di saat orang dekat kita menghadapi sakaratul maut atau meninggal dunia. Tapi jagalah perasaan sedih tersebut, jangan sampai berlebih-lebihan seperti meratapi si mayat atau memukuli diri sendiri.
- Seperti dicontohkan Nabi, hanya keluarga dekat sajalah yang menemani saat-saat terakhir anggota keluarga kita. Teman-teman, anggota masyarakat, tetangga cukup menunggu di luar. Tidak usah bergabung beramai-ramai menyaksikan orang yang sedang menjelang ajal.
- Dalam menghadapi sakaratul maut mintalah agar disediakan air untuk mengusap wajah sambil membaca Allahumma a’inni ‘ala sakaratil maut. Mudah-mudahan Allah mengurangi sakitnya sakaratul maut.
- Sekeras apapun kepribadian Anda, hendaklah Anda tunduk kepada kebenaran. Umar langsung menjadi “dingin” dan menerima berita kematian Rasulullah setelah mendengar ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan adanya kematian bagi Rasul. Hati seorang mukmin seyogyanya lembut sekeras apapun watak dan perilakunya.
- Contohlah kehidupan sederhana Rasulullah. Jangan terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia sehingga kita terjauh dari nilai-nilai hidup sederhana yang dicontohkan Rasulullah. Sukses tidak ditentukan oleh kemewahan duniawi, tapi oleh kedekatan seseorang dengan Allah SWT. (25/e)
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon