Masyarakat ramai membahas wacana pemerintah membatasi konsumsi bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi. Di samping menaikkan harga jual,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) rupanya masih
berambisi mengurangi konsumsi premium dan solar bersubsidi.
Dari keterangan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo
dua hari lalu, sepeda motor akan dibatasi hanya boleh membeli premium
0,7 liter sehari, sementara mobil pribadi ataupun kendaraan umum hanya
diperkenankan mengonsumsi BBM paling banter 3 liter per hari.
Jika konsumen butuh membeli bahan bakar lebih dari itu di hari yang
sama, pemerintah meminta mereka beralih ke pertamax atau bahan bakar
lain dengan harga keekonomian alias non-subsidi.
Supaya masyarakat tidak membandel, Susilo mengatakan pihaknya
menyiapkan alat pendeteksi konsumsi BBM berupa Radio Frequency
Identification (RFID). Proyek percontohan, baik untuk mobil maupun
sepeda motor bakal dilakukan di kawasan Jabodetabek dua bulan lagi.
"Kan angkutan umum sepeda motor yang belum dibatasi, orang bebas
beli. Nanti mulai bulan Juli kalau alat terpasang BBM bersubsidi, jenis
premium dan solar akan dibatasi. Juli sebagian Jabodetabek sudah
dipasang (RFID), targetnya paling tidak akhir 2013 sudah mulai seluruh
Jawa," kata Susilo.
Sabtu (11/5), merdeka.com coba mewawancari masyarakat umum
terkait wacana pemerintah menjatah BBM buat motor dan mobil. Hasilnya
seluruh narasumber dari pelbagai latar belakang menolak tegas ide
Kementerian ESDM itu.
Berikutnya, kalangan intelektual dan pengambil kebijakan dimintai
pendapat. Dari kelompok masyarakat ini rupanya muncul perbedaan pendapat
dalam memandang rencana kebijakan tersebut. Ada pendapat mendukung
pembatasan, ada pula yang menolak.
Pelaku usaha dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) termasuk yang
mendukung kebijakan itu. Alasannya, membatasi konsumsi BBM subsidi tidak
bisa dihindarkan lagi. Apalagi subsidi energi sudah membuat anggaran
negara tak sehat.
Di sisi lain, pengamat energi dan ekonomi malah menolak rencana
tersebut. Meski mendukung opsi kenaikan harga, namun jika sampai
membatasi, dampaknya malah akan merugikan masyarakat. Bahkan, ahli
minyak Kurtubi menilai menjatah motor hanya boleh membeli premium 0,7
liter sehari merupakan kebijakan asal-asalan.
Ingin mengetahui siapa saja yang memberi pendapat pro maupun kontra
terhadap kebijakan pembatasan BBM itu? Simak empat pendapat profesional
berikut yang berhasil dihimpun merdeka.com:
1. Kubu Pro: Gaikindo
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) termasuk
pihak yang tidak mempermasalahkan bila BBM bersubsidi harus dibatasi.
Padahal Gaikindo adalah asosiasi produsen mobil yang terancam mengalami
penurunan penjualan jika kebijakan ini dijalankan.
Rupanya, Ketua Gaikindo Jongkie Sugiharto punya alasan sendiri. Dia tidak keberatan karena masyarakat yang butuh membeli BBM di atas 3 liter sehari, diarahkan beralih ke pertamax.
Dia mengatakan sesuai Peraturan Menteri Perindustrian pada 2006, seharusnya mobil keluaran baru mengonsumsi BBM non-subsidi. Sehingga jika ada pemilik mobil baru membeli premium, hal itu malah merusak mesin.
"Semua mobil dengan emisi euro 2 BBM-nya harus oktan 91, itu aja. Kita sebagai Gaikindo mendukung, kenapa enggak diikutin anjuran itu. Jadi pakailah BBM yang benar. Sayangnya pembeli mobil kita itu enggak baca buku petunjuknya, di situ tertulis apa. Pakailah BBM standar emisi Euro 2," kata Jongkie.Â
Dengan adanya rencana kenaikan harga jual BBM disusul pembatasan, Jongkie mengatakan para produsen mobil masih percaya diri penjualan tidak akan tergerus. Gaikindo konsisten menargetkan 1,1 juta unit mobil terjual sampai akhir tahun nanti.
Rupanya, Ketua Gaikindo Jongkie Sugiharto punya alasan sendiri. Dia tidak keberatan karena masyarakat yang butuh membeli BBM di atas 3 liter sehari, diarahkan beralih ke pertamax.
Dia mengatakan sesuai Peraturan Menteri Perindustrian pada 2006, seharusnya mobil keluaran baru mengonsumsi BBM non-subsidi. Sehingga jika ada pemilik mobil baru membeli premium, hal itu malah merusak mesin.
"Semua mobil dengan emisi euro 2 BBM-nya harus oktan 91, itu aja. Kita sebagai Gaikindo mendukung, kenapa enggak diikutin anjuran itu. Jadi pakailah BBM yang benar. Sayangnya pembeli mobil kita itu enggak baca buku petunjuknya, di situ tertulis apa. Pakailah BBM standar emisi Euro 2," kata Jongkie.Â
Dengan adanya rencana kenaikan harga jual BBM disusul pembatasan, Jongkie mengatakan para produsen mobil masih percaya diri penjualan tidak akan tergerus. Gaikindo konsisten menargetkan 1,1 juta unit mobil terjual sampai akhir tahun nanti.
2. Kubu Pro: Komisi VII DPR
Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha termasuk yang mendukung premium
motor dijatah 0,7 liter dan mobil maksimum 3 liter per hari. Dia
menilai larangan konsumen membeli premium sesuka hati lebih adil dalam
skema pengelolaan energi pemerintah.
"Kita dukung karena satu-satunya cara kita me-manage volume BBM berkeadilan," ujarnya.
Untuk itu, dia mengharapkan Kementerian ESDM serius menyiapkan teknologi buat mengatasi kebocoran dari konsumen yang nakal. Sebelum perangkat teknologi informasi (TI) siap, dia mengharapkan pemerintah jangan terburu-buru membatasi konsumsi BBM subsidi.
"Kalau sistem IT nya belum siap, lebih baik jangan dijalankan dulu, sampai benar-benar siap sistem untuk penerapan di lapangan. Karena ini sistem kontrolnya," ungkap Satya.
Bahkan, politikus Golkar ini mendesak pemerintah segera menaikkan harga jual BBM subsidi secara keseluruhan. Alasan Satya, sudah terlalu lama rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membiarkan APBN terbebani biaya subsidi energi.
"Momentum (menaikkan harga) sudah diabaikan pemerintah sejak dulu. Sebaliknya, kalau kita tunda lagi, justru lebih tidak baik lagi," tandasnya.
"Kita dukung karena satu-satunya cara kita me-manage volume BBM berkeadilan," ujarnya.
Untuk itu, dia mengharapkan Kementerian ESDM serius menyiapkan teknologi buat mengatasi kebocoran dari konsumen yang nakal. Sebelum perangkat teknologi informasi (TI) siap, dia mengharapkan pemerintah jangan terburu-buru membatasi konsumsi BBM subsidi.
"Kalau sistem IT nya belum siap, lebih baik jangan dijalankan dulu, sampai benar-benar siap sistem untuk penerapan di lapangan. Karena ini sistem kontrolnya," ungkap Satya.
Bahkan, politikus Golkar ini mendesak pemerintah segera menaikkan harga jual BBM subsidi secara keseluruhan. Alasan Satya, sudah terlalu lama rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membiarkan APBN terbebani biaya subsidi energi.
"Momentum (menaikkan harga) sudah diabaikan pemerintah sejak dulu. Sebaliknya, kalau kita tunda lagi, justru lebih tidak baik lagi," tandasnya.
3. Kubu kontra: Pengamat energi Kurtubi
Pengamat isu energi Kurtubi malah berbalik menjadi salah satu kubu
yang menolak pembatasan BBM untuk motor dan mobil. Padahal dia
sebelumnya gencar menyuarakan perlunya pemerintah menaikkan harga jual
premium dan solar.
Alasan dia menolak pembatasan lantaran momennya dekat dengan bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru sekolah. Akibatnya, membatasi konsumsi ketika harga jual sekaligus naik memberatkan dan membawa mudharat.
"Akan sangat memberatkan (harga naik sekaligus konsumsi dibatasi). Keterlaluan pemerintah ini," kata Kurtubi.
Mantan petinggi Pertamina ini menilai pemerintah terlalu lama galau memutuskan kenaikan harga BBM subsidi. Kurtubi mengatakan sekarang, rezim SBY malah kehilangan momentum positif buat mengurangi beban subsidi energi di APBN.
"Solusi paling efisien memang menaikkan harga BBM, tapi dari dulu pemerintah membuang waktu dan ragu-ragu. Sekarang momentumnya sudah lewat, jadi saya katakan tolak kenaikan harga BBM," tegasnya.
Alasan dia menolak pembatasan lantaran momennya dekat dengan bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru sekolah. Akibatnya, membatasi konsumsi ketika harga jual sekaligus naik memberatkan dan membawa mudharat.
"Akan sangat memberatkan (harga naik sekaligus konsumsi dibatasi). Keterlaluan pemerintah ini," kata Kurtubi.
Mantan petinggi Pertamina ini menilai pemerintah terlalu lama galau memutuskan kenaikan harga BBM subsidi. Kurtubi mengatakan sekarang, rezim SBY malah kehilangan momentum positif buat mengurangi beban subsidi energi di APBN.
"Solusi paling efisien memang menaikkan harga BBM, tapi dari dulu pemerintah membuang waktu dan ragu-ragu. Sekarang momentumnya sudah lewat, jadi saya katakan tolak kenaikan harga BBM," tegasnya.
4. Kubu kontra: Ekonom Hendri Saparini
Pengamat dari Lembaga ECONIT Hendri Saparini mengakui kenaikan harga
BBM subsidi diperlukan. Tapi jika sampai pada membatasi konsumsi motor
dan mobil dalam besaran liter tertentu, dia tak setuju.
Menurutnya, wacana yang dilontarkan Wamen ESDM itu asal-asalan dan terlihat tidak direncanakan matang. "Itu sesuatu yang dicari-cari, langkah yang sebenarnya nggak penting. Bagaimana kalau mereka yang memerlukan konsumsi BBM lebih dari itu, menurut saya ini bukan pilihan yang pas" kata Hendri.
Solusi atas polemik energi BBM itu, menurut Hendri, terletak pada keseriusan pemerintah menyediakan energi alternatif. Selama masyarakat masih dibiasakan membeli premium dan solar, tanpa disodori BBG atau jenis bahan bakar lain, maka lingkaran setan subsidi energi memberatkan APBN akan terjadi.
"Kalau tidak dilakukan upaya penyelesaian, masyarakat ekonominya tumbuh, permintaan energi tinggi kalau tidak ada alternatif lain selain BBM. Mereka pasti menggunakan BBM lagi, kalau nggak ada solusi transportasi dan energi alternatif ya permintaan tetap, mengatur pertumbuhan sepeda juga tidak, pasti akan terbebani terus," paparnya.
Menurutnya, wacana yang dilontarkan Wamen ESDM itu asal-asalan dan terlihat tidak direncanakan matang. "Itu sesuatu yang dicari-cari, langkah yang sebenarnya nggak penting. Bagaimana kalau mereka yang memerlukan konsumsi BBM lebih dari itu, menurut saya ini bukan pilihan yang pas" kata Hendri.
Solusi atas polemik energi BBM itu, menurut Hendri, terletak pada keseriusan pemerintah menyediakan energi alternatif. Selama masyarakat masih dibiasakan membeli premium dan solar, tanpa disodori BBG atau jenis bahan bakar lain, maka lingkaran setan subsidi energi memberatkan APBN akan terjadi.
"Kalau tidak dilakukan upaya penyelesaian, masyarakat ekonominya tumbuh, permintaan energi tinggi kalau tidak ada alternatif lain selain BBM. Mereka pasti menggunakan BBM lagi, kalau nggak ada solusi transportasi dan energi alternatif ya permintaan tetap, mengatur pertumbuhan sepeda juga tidak, pasti akan terbebani terus," paparnya.
Sumber :
http://www.merdeka.com/uang/pro-kontra-jika-bbm-motor-dijatah-07-liter-dan-mobil-3-liter.html
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon