Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tampak sedang membagikan kue tart kepada warga Pademangan, Jakarta Utara. Pembahian kue tart itu dalam ranfka HUT DKI jakarta ke-486 tahun, Sabtu (22/6/2013). |
Oleh L Sastra Wijaya
Judul di atas terkesan bombastis dan mungkin seperti mendewakan Jokowi. Seolah-olah Jokowi adalah juru selamat. Tapi saya memang mendukung Jokowi untuk menjadi Presiden RI berikutnya, bukan karena warga asal Solo ini akan bisa menyelesaikan seluruh masalah Indonesia ke depan. Tetapi Jokowi akan membawa feel good factor bagi masyarakat Indonesia, seperti yang sudah mulai dirasakan masyarakat Jakarta sekarang dan sudah betul-betul dirasakan warga Solo selama tujuh tahun sebelumnya.
Saya tidak mengenal dekat Jokowi, tidak juga mendukung dia ketika
menjadi Gubernur Jakarta, dan hanya pernah samar-samar mendengar
prestasinya di Solo. Namun, menyimak pemberitaan dalam setahun terakhir
mengenai apa yang dilakukannya di Jakarta dan melihat konteks politik
Indonesia saat ini, saya kok diyakinkan bahwa Jokowi dibutuhkan Indonesia untuk memimpin di tahun 2014.
Inilah beberapa alasan mengapa Jokowi, dalam pandangan dari jauh
saya, calon terbaik di antara para calon yang dimiliki Indonesia saat
ini:
1. Media Darling
Kata "media darling" entah mengapa menjadi kata yang
berkonotasi negatif yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mencoba
mengurangi kepopuleran Jokowi. Menurut saya, populernya Jokowi di
kalangan media bukan sebab, tetapi akibat. Jadi bukan disebabkan karena
Jokowi begitu populernya (entah karena ganteng, suka memberi hadiah,
dan lainnya) di kalangan wartawan, maka dia kemudian mendapatkan
pemberitaan. Namun, karena begitu banyaknya hal yang dilakukan dan
dihasilkan oleh Jokowi sehingga media tidak bosan-bosan memberikan ruang
pemberitaan baginya.
Ada yang beranggapan bahwa menjadi media darling itu
bisa "direkayasa" dan bisa menurun sejalan dengan waktu. Penurunan bisa
terjadi, tetapi rekayasa dalam pandangan saya melihat situasi industri
media di Indonesia saat ini dan juga pesatnya media sosial sekarang,
tidak mungkin dilakukan dengan mudah. Jadi menjadi media darling harus dianggap sebagai hal yang positif, sebagai pencapaian, bukan hadiah.
Lihat saja bagaimana "serangan balik" yang diterima oleh anggota
DPRD DKI ketika mereka berusaha mengajukan interpelasi terhadap Jokowi.
Media maupun masyarakat luas memiliki "kuasa" lebih besar sekarang ini
untuk bisa mengkaji mana yang masuk akal, mengada-ada atau yang negatif.
Media darling tidak mudah diciptakan begitu saja. Ini
bisa dilihat dengan mudah dari para pejabat lain, baik yang disebut
menguasai media maupun mereka yang menjadi pusat pemberitaan.
Mengapa, misalnya, pemberitaan mengenai Partai Demokrat, Aburizal
Bakrie, Golkar, Presiden SBY, Wiranto, Prabowo tidak selalu positif?
Mengapa mereka tidak menjadi media darling? Karena apa yang
mereka lakukan mendapat filter lagi di media, yang tidak akan
memberitakan sesuatu yang buruk, dan di balik menjadi baik begitu saja.
2. Para Kandidat Lain
Sebagian opini sekarang yang tidak mendukung pencalonan Jokowi
menjadi presiden 2014, menghendaki agar dia berkonsentrasi dulu dalam
menyelesaikan masalah Jakarta. Alasan yang bisa diterima dan dalam
situasi yang normal, menurut saya, seharusnya itulah yang terjadi.
Dengan demikian, jenjang karier Jokowi tampak teratur mulai dari Wali
Kota Solo (2005), Gubernur DKI (2012), dan mungkin presiden RI (2019).
Namun, situasi tidak selalu mengikuti kurva normal. Menurut
pandangan saya, justru Indonesia membutuhkan Jokowi sekarang karena para
kandidat lain tidak ada yang lebih baik, bila tidak dikatakan lebih
buruk. Rata-rata para kandidat yang sudah disebutkan sekarang, seperti
Wiranto, Prabowo, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Megawati Sukarnoputri
masing-masing memiliki kelemahan dari masa lalu.
Kalau di antara Wiranto, Prabowo, dan Aburizal Bakrie terpilih,
salah satu di antara mereka akan "disibukkan" untuk menjawab pertanyaan
dari masa lalu yang belum tuntas. Jusuf Kalla tidak lagi memiliki
tunggangan politik memadai. Adapun Megawati walau memiliki kuasa untuk
menjadi "king maker" di PDI-P, tidak lagi berpotensi menjadi raja itu sendiri.
Ada berbagai nama lain disebutkan Mahfoed MD, Gita Wiryawan,
Pramono Edhie, Hatta Rajasa, Farhat Abbas, Rhoma Irama, Soerya Paloh,
Jumhur Hidayat, Sri Mulyani, berapa banyakkah yang percaya mereka
memiliki peluang untuk menjadi RI-1 berikutnya? Peluang mereka
paling-paling adalah menjadi R1-2.
3. Prestasi Jokowi selama menjadi Gubernur DKI
Sebagian kalangan mencoba menggunakan alasan bahwa Jokowi belum
berbuat banyak sebagai Gubernur DKI Jaya dalam setahun terakhir dan
karenanya tidak layak menjadi RI-1.
Pertanyaan yang sama dengan mudah dialamatkan kepada para calon
lain, apa yang mereka perbuat selama setahun terakhir yang bisa diingat
dengan jelas oleh rakyat? Apa yang diperbuat oleh Prabowo, Wiranto,
Aburizal Bakrie, Megawati, Jusuf Kalla dalam setahun terakhir yang bisa
Anda ingat? Anda pasti kesusahan untuk memberikan satu contoh nyata.
Jokowi justru memiliki platform yang bagus untuk menempatkan
namanya dalam benak publik dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI.
Walau kecil, tetapi berbagai upaya yang dilakukannya untuk mengurangi
banjir (pembersihan waduk, penyelesaian pemukiman kumuh), meningkatkan
kesehatan penduduk (KJS), memperbaiki transportasi (pembangunan monorel
dan MRT), memberikan penghiburan (berbagai acara kesenian di Monas),
mulai menampakkan hasil.
Ini tentu belum cukup dan barangkali belum memadai untuk
menyelesaikan masalah Jakarta. Namun, Jokowi membawa hal lebih besar
tampaknya, yaitu harapan.
Banyak warga Jakarta sebenarnya dalam keadaan "egois" sekarang
karena mereka mengharapkan Jokowi menyelesaikan masalah di Ibu Kota dulu
sebelum melanjutkan tugas lebih besar. Harapan yang wajar.
Namun, dalam pandangan saya, bila Jokowi menjadi presiden, dia
masih bisa tetap memperhatikan masalah Jakarta dengan memasukkannya
dalam kebijakan untuk seluruh Indonesia. Masalah di Jakarta sebenarnya
bukan masalah unik kota ini sendiri, sebagian besar adalah masalah yang
terjadi juga di kota-kota lain di Indonesia.
4. Jokowi Bukan Juru Selamat
Bila Jokowi menjadi RI-1 berikutnya, akankah dia mampu
menyelesaikan masalah Indonesia? Tidak ada jaminan untuk itu. Namun
secara pribadi, menurut saya, saat ini, Indonesia tidak dalam keadaan
terpuruk, artinya Indonesia tidaklah perlu diselamatkan.
Indonesia hanya memerlukan pemimpin baru dengan ide-ide baru
untuk membawa negeri ini melakukan akselerasi lebih cepat lagi ke
tingkat dunia. Indonesia dalam delapan tahun terakhir di bawah
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidaklah buruk. Di
kalangan kelas menengah, mungkin banyak yang tidak puas dengan kinerja
SBY. Namun, kalau kita kaji lebih mendalam, ini bukan disebabkan karena
keadaan menuju ke arah yang negatif.
Dalam berbagai takaran internasional, Indonesia kalau tidak dikatakan sangat oke,
ya paling tidak stabil. Yang menjadi masalah, menurut saya, bahwa
rakyat banyak (baca: kelas menengah) mengharapkan lebih dari sekadar oke yang dulunya harapan besar itu mereka taruh pada sosok SBY.
Ketika SBY kemudian tidak banyak mengambil keputusan strategis
(seperti sebuah tulisan yang mengatakan dalam 10 tahun, SBY hanya
membuat 2 keputusan penting, sementara Gus Dur ketika menjadi presiden
membuat 10 keputusan penting dalam 2 tahun), muncul istilah "negara
autopilot", negara yang berjalan sendiri.
Mungkin banyak negara lain iri bahwa dengan keadaan autopilot
saja pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen per tahun. Yang terjadi
dengan pemerintahan SBY adalah ketidakmampuan jajaran pemerintahan
mengelola harapan dengan baik (managing expectation).
Harapan besar yang disuarakan oleh publik dibiarkan membumbung
tinggi. Ketika kemudian harapan itu tidak terwujud, maka kekecewaan yang
muncul lebih besar. Dalam hal ini, Jokowi kembali membawa harapan baru
tersebut. Namun, dengan gayanya yang sederhana, yang selalu merendah,
Jokowi menurut saya paling tidak membawa harapan bahwa dalam lima tahun
ke depan, Indonesia akan mengalami "hal yang berbeda" dengan masa-masa
sebelumnya. Sudah ada yang menyamakan dengan keadaan Amerika Serikat
sebelum Barack Obama terpilih.
Mungkin juga kita melihat ke negeri lain seperti Venezuela dan
Iran ketika mereka mendapatkan Hugo Chavez dan Mahmud Ahmadinejad.
Ketiga tokoh ini membawa suka cita baru di kalangan rakyat mereka.
5. Apa yang akan dilakukan oleh Jokowi sekarang?
Berbagai jajak pendapat sekarang ini menempatkan Jokowi di urutan
teratas atau di bagian atas calon presiden yang dikehendaki oleh rakyat
Indonesia sekarang ini. Pemilihan umum masih setahun lagi dan setahun
adalah waktu yang lama dalam kehidupan politik. Banyak hal bisa terjadi.
Kalau saya adalah tim sukses Jokowi, maka saya akan menyarankan
agar dia menunggu sampai saat-saat terakhir sebelum memutuskan untuk
mencalonkan diri atau tidak. Media berulangkali mengungkapkan bahwa
keputusan akhir pencalonan dari PDI-P ada di tangan Megawati
Sukarnoputri. Namun, bila popularitas Jokowi sampai tahun depan terus
menjulang dan faktor Jokowi diusung di pemilu dan mungkin membawa hasil
bagus, maka Megawati tidak akan memiliki pilihan lain.
Jadi strategi terbaik sekarang adalah menunggu sambil bekerja.
Jokowi memiliki platform sebagai Gubernur DKI untuk menunjukkan
kinerjanya, hal yang tidak dimiliki oleh sebagian besar calon lain.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon