Minggu, 28 Juli 2013

Cerita Budayawan Betawi soal Soeharto, SBY dan FPI

Budayawan Betawi Ridwan Saidi
Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengaku tersinggung dengan ucapan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pecundang. Meski tidak memilih SBY saat Pilpres, Ridwan menilai kepala negaranya telah dihina.

Ridwan pun memiliki kisah tentang sulitnya mengkritik pemerintah di era Orde Baru. Sangat jauh berbeda dengan era Reformasi yang terjadi saat ini. Di mana siapa saja boleh mengkritik dan bahkan cenderung menghina presiden.

Menurut Ridwan, dirinya sangat sulit untuk mengkritik Presiden Soeharto kala itu. Sehingga kekesalannya hanya dapat dilampiaskan dengan tak pernah memanggil Soeharto dengan sebutan 'pak'.

Karena saking kerasnya dia mengkritik bahkan setelah Soeharto lengser, lanjut dia, orang terdekat Soeharto, Moerdiono pun kerap menegur dirinya agar tak lagi mengkritik penguasa Orde Baru itu.

"Saya ada kesulitan di zaman Soeharto, tapi tetap sampai gini hari saya enggak mau nyebut Soeharto dengan Pak Harto, sampai Pak Moerdiono saat masih hidup, dia bilang, Pak Harto enggak berkuasa masih diejek-ejek," cerita Ridwan saat diskusi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (25/7).

Lebih lanjut, dia bercerita, suatu hari dirinya dipanggil oleh Soeharto untuk hadir dalam acara open house di kediaman Presiden ke-2 RI kala itu. Sayangnya, Ridwan tak hadir karena tidak tahu undangan tersebut.

Menurut dia, karena ketidakhadirannya dalam undangan open house tersebut, Soeharto kecewa. Sehingga mengutus Moerdiono untuk menyampaikan pesan kepadanya.

"Satu hari Pak Harto kecewa karena saya enggak datang Lebaran. Ditanyain, kata Pak Moer, 'Pak Harto berpesan, kalau sampean dan keluarga sakit, silakan berobat ke rumah sakit Harapan Kita'," ujar dia menirukan instruksi Moerdiono kala itu.

Mendengar permintaan itu, lantas Ridwan pun menjawab dengan kalimat jenaka. "Pak Harto mau bantu saya nunggu saya sakit? Pak Moer bilang 'jangkrik'," ucapnya sembari tertawa.

Dengan cerita tersebut, Ridwan pun menilai, ucapan pecundang Rizieq yang ditujukan untuk kepala negara sangat tidak layak. Sebab, lanjut dia, kepala negara harus dihormati.

"Enggak bisa, bagaimana pun juga saya beda dengan pemerintahan, tapi SBY kepala negara, harus kita hormati," pungkasnya.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon