Senin, 29 Juli 2013

Cerita petani sukses dari Ende merantau ke Kutai

Ilustrasi Pekerja kelapa sawit.
Memiliki penghasilan besar adalah keinginan tiap orang, tak terkecuali Ahmad (43). Pria asal Ende, Nusa Tenggara Timur itu memilih mengadu nasib ke Kutai Timur, Kalimantan Timur, untuk menjadi petani.

Dengan uang yang dimilikinya, Ahmad membeli enam hektare tanah di Desa Suka Maju, Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kaltim. Di tanah miliknya itu, Ahmad bertani kelapa sawit. Alhasil, kini penghasilannya mencapai Rp 18 juta per bulan.

Dalam sebulan, kebun kelapa sawit milik Ahmad bisa dua kali panen. Dari penjualan tandan buah segar (TBS) sawit setiap dua kali dalam satu bulan dia memperoleh hasil kotor rata-rata hingga Rp 21 juta.

"Jadi pendapatan kotor sebesar Rp 24 juta kemudian dikurangi biaya operasional, obat dan pupuk serta pekerja, saya masih memperoleh Rp 9 juta atau Rp 18 juta per bulan," katanya, Sabtu (20/7).

Ahmad yang didampingi istri Idawati dan ketiga anaknya saat berada di Sangatta, mengatakan, kebun kelapa sawit miliknya telah ditanam sejak 2002. Saat ini dia mengaku sudah menikmati hasil jerih payahnya.

"Saya dengan keluarga sangat bersyukur kepada Tuhan dengan rezeki yang diberikan. Saya dan keluarga juga sangat berterima kasih kepada Pemkab Kutai Timur selama ini memberikan perhatian kepada semua petani," ucapnya, seperti dilansir Antara.

Menurutnya, bibit kelapa sawit dibagikan kepada warga secara gratis oleh Pemkab melalui Dinas Perkebunan, untuk ditanam di atas lahan masing-masing. "Syukur sekarang hasilnya sudah dapat dinikmati," kata Ahmad, yang mengendarai mobil Suzuki pickup nomor polisi KT-8251-CD.

Dia mengatakan, untuk penjualan TBS sawit tidak sulit, karena berapapun banyaknya semua dibeli oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kedatangan Ahmad bersama istri dan anaknya ke Sangatta menurut mereka untuk melanjutkan perjalanan ke Tenggarong, Kutai Kartanagera, Kaltim, mengunjungi keluarga sang istri.

"Kebetulan saya asli berasal dari daerah Ende, NTT, sedangkan istri asli Kutai. Kami ke Tenggarong untuk Lebaran bersama keluarga," ujar petani sukses itu.

Dia mengantar istri dan anak dulu, kemudian balik lagi ke Wahau mengurus kebun. "Nanti dekat lebaran saya nyusul lagi ke Tenggarong," katanya.


Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon