Minggu, 28 Juli 2013

Geger mayat anak profesor di ladang loncang dukun pengganda uang

Olah TKP penemuan 3 mayat Magelang.
Desa kecil di lereng Gunung Sumbing beberapa hari terakhir ini geger. Apalagi kalau bukan ulah dukun Muhyaro. Kegegeran pertama terungkap saat Muhyaro ditemukan tewas di dasar jurang Desa Petung, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jateng bersama Kanitresmob Direskrimum Polda Jateng AKP Yahya R Lihu. Tangan keduanya tertaut oleh borgol.

Muhyaro menyeret AKP Yahya saat berusaha melarikan diri. Dia menjatuhkan diri ke jurang sedalam 100 meter hingga menemui ajal di dasar jurang. Peristiwa itu memicu terkuaknya kasus penipuan dengan modus penggandaan uang dan berakhir dengan pembunuhan korban-korbannya.

Awal mula modus yang dilakukan Muhyaro dengan mengaku sebagai dukun, berhasil menyembuhkan beberapa pasiennya. Kemudian, meningkat dengan mengaku memiliki kemampuan untuk menambah rejeki dengan cara menggandakan uang. Meski dalam modus operandinya, awal mula korban melakukan penggandaan uang dalam jumlah kecil dengan cara menipu korbannya.

"Latar belakang diduga korban sebagai mencoba untuk berobat, meningkatkan rejeki terakhir penggandaan uang. Mereka datang ke bersangkutan melalui beberapa orang. Mungkin dalam jumlah sedikit dan berhasil karena tipu daya daripada tersangka," ujar Direskrim Polda Jateng Kombes Purwadi Aryanto di TKP penemuan 3 jenazah.

Korban banyak yang terpikat karena ingin menambah jumlah uang yang akan digandakan. Bahkan, beberapa korban berkeinginan untuk menggandakan uang yang jumlahnya mencapai ratusan juta.

"Sehingga korban terpikat mencoba menambah uang lebih banyak. Tadinya Rp 30 juta berhasil dobel jadi 60 juta. Ada pengakuan sekitar Rp 300 juta. Bahkan ada korban (menggandakan) Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar untuk digandakan," tegasnya.

Namun ternyata sang dukun gadungan Muhyaro tidak berhasil memenuhi janjinya setelah uang ratusan juta hingga miliaran rupiah sudah dikantonginya. Sehingga, para korban pun selalu menagih janji dan berujung dengan pembunuhan yang dilakukan Muhyaro.

Saat berhasil ditangkap di kawasan Solo sepekan yang lalu, Muhyaro sedang melakukan ritual berziarah di sebuah makam. Kemudian, Muhyaro diinterogasi mengaku jika dirinya telah membunuh korban-korbanya. Hingga, polisi mendesak Muhyaro yang sebelumnya merupakan desersi spesialis pencurian sapi itu untuk menunjukkan di mana dia menghabisi nyawa korban dan menguburnya.

Satu di antara jenazah yang ditemukan adalah Yulanda Rifan beserta 2 jenazah lainnya Sabtu(27/7). Yulanda Rifan merupakan anak dari Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Barda Nawawi yang dilaporkan hilang oleh keluarganya. Yulanda saat berpamitan pergi dari rumah ingin menagih utang rekannya yang bernama Novan.

Isak tangis mewarnai pemakaman dosen Fakultas Teknik Undip Semarang yang dikuburkan di makam keluarga perguruan tinggi itu, Minggu kemarin. Jenazah Yulanda diangkut dengan ambulans milik Rumah Sakit Bhayangkara Semarang setelah diautopsi di tempat itu.

Jenazah tidak diturunkan di rumah duka, kompleks perumahan Undip di Banyumanik, Semarang, dan langsung disembahyangi di Masjid Al Muhajirin Bima untuk langsung dimakamkan. Korban meninggalkan dua putra, Raihan (9) dan Atar (7). Adapun istrinya sudah meninggal dunia pada enam bulan lalu.

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip Semarang Edward Endrianto mengatakan bahwa Yulanda sudah mengajar mata kuliah Konstruksi sejak 2002. Selama mengajar, Yulanda dikenal baik dan santun.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon