Senin, 29 Juli 2013

Kisah pembuat kapal laut di Cilincing bekerja sambil berpuasa

Pengrajin kapal laut di Cilincing.
Panas terik dan puasa tak membuat Heryadi (28) mengeluh bekerja sebagai pengrajin kapal laut. Dengan penuh semangat dia terus memukul palu ke papan sambil mengukur panjang badan kapal.

Saat bekerja, Heryadi ditemani sang istri, Sariyah (24), untuk menyelesaikan pembuatan kapal yang masih setengah jadi. Di Jalan Bakti, Cilincing, Jakarta Utara, memang berjejer pengrajin maupun tukang reparasi yang siap menerima pembuatan ataupun sekadar membetulkan kapal laut.

Menurutnya satu kapal laut rata-rata membutuhkan waktu penyelesaian satu hingga dua bulan. Meski tengah berpuasa tak menghalanginya untuk bekerja keras. Sebab, puasa menurutnya bukanlah sebuah halangan bagi seseorang untuk bekerja.

"Saya selalu buat sendiri saja, dan biasanya bisa satu sampai dua bulan, tergantung kondisinya juga. Kalau hujan kita bisa enggak kerja seharian," kata Heryadi kepada merdeka.com di pinggir kali Cakung Drain, Jakarta, Senin (29/7).

Heryadi bercerita sejak umur tujuh tahun sudah mengikuti jejak ayahnya sebagai pembuat kapal laut. Saat menginjak dewasa dan selepas menunaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), pria asal Cirebon itu lebih memilih bergelut pada pembuatan kapal laut sampai sekarang.

"Ya lumayanlah, sekarang sudah bisa menghidupi keluarga sendiri, sudah bisa beli rumah kecil tapi di atas tanah sendiri," beber Hery.

Pendapatannya terbilang besar. Untuk setiap pembuatan kapal laut bisa mencapai Rp 80 sampai 100 juta. Itu pun tergantung dengan bahan kayu yang digunakan dalam setiap pembuatan.

"Ya sekarang bedanya ada di bahan kayunya, kalau berbahan Kayu Jati bisa seharga mobil, tapi kalau Kayu Meranti saja, bisa agak turun," ujar Heryadi.

Halangan yang paling sering dialaminya ketika dana operasional yang sering 'ditahan' oleh sang pembeli kapal. Karena pembeli kapal biasanya mempercayakan uangnya kepada anak buahnya sendiri yang sering berkomunikasi dengan pembuat kapal.

"Biasanya paling sering kalau bos yang beli kasih duit ke bawahannya, terus bawahannya nakal. Nah duitnya sering ketahan, kita yang keteteran, biasanya bisa jadi kapalnya 2 bulan, jadi lebih," katanya.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon