Minggu, 28 Juli 2013

Ironis, mengapa selalu muncul korban penggandaan uang

1 miliar uang palsu.
Zaman modern seperti ini, masih ada juga orang yang tertipu penggandaan uang. Padahal, cara-caranya sulit diterima dengan nalar. Misalnya saja ada dukun di Tabanan yang menjanjikan 'kotak ajaib' bisa menggandakan uang. Meskipun di luar nalar, tetap saja ada yang tertipu.

Sosiolog Dian Wisdianawati memahami hal itu. Menurut dia, krisis ekonomi membuat masyarakat frustrasi dan cenderung menghalalkan segala cara buat mendapatkan harta secara instan. Meski menurut dia, tawaran penggandaan uang jka dipikir tidak rasional, tapi tetap saja ada orang-orang mau melakoni hal itu.

"Banyak orang tertipu tapi malu untuk melapor karena takut terseret kejahatan penggandaan uang itu. Kurangnya rasa syukur juga membuat masyarakat gampang tergiur," kata Dian saat dihubungi merdeka.com belum lama ini.

Dian membuat perumpamaan soal itu. Menurut dia, ada pemeo mengatakan ketidakpuasan membuat orang kaya menjadi miskin, dan kepuasan membuat orang miskin menjadi kaya. Dia pun tidak menampik kondisi kemiskinan kerap mendesak orang berbuat nekat. "Masalah ekonomi selalu menjadi alasan orang melakukan hal di luar nalar," ujar Ketua Yayasan Pijar Indonesia itu.

Dian mengungkapkan, kecemburuan sosial juga menjadi salah satu pemicu banyak orang mengejar uang dengan cara instan. Dia menegaskan hal itu jelas perilaku salah dan butuh pemahaman akan pentingnya kesadaran buat bekerja keras dan percaya diri. "Karena mereka yang tidak percaya diri, mudah tertipu dan terperdaya janji-janji manis," lanjut Dian.

Dian tetap merasa dan mengimbau masyarakat sebaiknya tidak mudah terpancing dengan tawaran janji keuntungan di luar batas kewajaran. Dia pun mendesak sebaiknya pemerintah terus melakukan sosialisasi utk memberikan pemahaman tentang penyalahgunaan investasi itu.

Banyaknya orang Indonesia yang mudah tertipu penggandaan uang terasa ironis. Apalagi, lembaga survey Nielson Indonesia mendapati bahwa masyarakat Indonesia mengelola kehidupan keuangan dengan sangat hati-hati. Managing Director Nielson Indonesia Catherine Eddy mengatakan, investasi selalu bagus untuk Indonesia.

"Sepertiga atau 33 persen responden online Indonesia mengatakan bahwa mereka menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di saham dan reksa dana, dibanding dengan rata-rata responden global yang hanya 19 persen," tutur Catherine di Jakarta, Rabu (24/7).

Survey tersebut dilakukan terhadap 500 responden Indonesia secara online, pada 13-31 Mei 2013. Sedangkan responden online secara global sebanyal 29.144 responden di 58 negara. Hanya saja, harus diakui, masyarakat kelas menengah atas memang lebih rasional. Kebanyakan korban penipuan penggandaan uang datang dari masyarakat kelas bawah.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon