M. Hamdan Basyar
Pengajar dan Ahli Timur Tengah UI
Pada
tahun 1970-an, Ayatullah Musa Sadr mendirikan Afwaj al Muqawwamah al
Lubnaniyyah yang kemudian disingkat namanya menjadi AMAL, yang merupakan
suatu gerakan Syiah di Lebanon. Organisasi ini berjuang untuk
kepentingan Syiah di Lebanon, yang pada waktu-waktu sebelumnya selalu
dianggap sebagai “warga kelas dua” di Lebanon.
Namun
suatu ketika, dalam perjalanan ke Libya, Musa Sadr ‘hilang’, dan
dikabarkan dibunuh oleh Mossad (Agen rahasia Israel). Dan sepeninggal
Sadr, Syiah Amal mulai retak menjadi beberapa kelompok di bawah pimpinan
tokoh nasionalis sekuler : Nabih Berri dan Kamil al As’ad. Sementara
itu juga ada kubu lain, yaitu Hussein al Hussein dan dan Mahdi
Syamsuddin. Mereka mengusung platform “Nasionalis Islam”. Sedangkan di
kubu ulama, ada Hussein Musawi dan Sayid Hussein Fadhlullah yang disebut
sebagai kelompok “fundamentalis Islam”.
Secara
organisasi, Nabih Berri lah yang berhak menjadi pengganti Musa Sadr
sebagai pemimpin AMAL, namun Nabih Berri memimpin AMAL dengan menganut
sekuler. Kedua kelompok Syiah tersebut berbeda pandangan. Misalnya,
Nabih Berri tidak senang dengan adanya adanya pejuang Palestina di
Lebanon Selatan. Tapi sebaliknya, Hussein Musawi mendukungnya.
Setelah
peristiwa Sabra dan Shatila (1982), ketika Israel membunuh pengungsi
Palestina di sana, kedua kelompok itu benar-benar pecah. Operasi Israel
itu biasa disebut “Peace in in Galilee” yang berusaha untuk mengusir
bangsa Palestina dari Lebanon.
Hussein
Musawi kemudian membentuk organisasi Amal Islam, yang merupakan
cikal-bakal sebagai embrio Hizbullah. Organisasi ini lahir pada tanggal
12 Juli 1982 di lembah Bekaa, Lebanon Selatan. Di bawah kepemimpinan
Hussein Musawi, Amal Islam memberikan bantuan kepada para pengungsi
Palestina.
Perjuangan yang
dilakukan oleh Hizbullah ini cukup merepotkan bagi Israel, sehingga
eksistensi Hizbullah langsung dilihat oleh dunia. Dan akibatnya, Hussein
Musawi, menjadi musuh yang paling dicari-cari oleh Israel. Sehingga
pada tahun 1992, Hussein Musawi dirudal dari jarak dekat oleh tentara
Zionis itu. Hussein Musawi kemudian digantikan oleh Hassan Nasrullah
yang pada waktu itu baru berusia 32 tahun. Tetapi di bawah kepemimpinan
Nasrullah, organisasi Hizbullah terus berkembang, dimana dalam salah
satu pidatonya Nasrullah mengatakan “Tanah Lebanon menjadi tempat di
mana saudara saudara Kristen dan Muslim mampu hidup berdampingan dalam
kerukunan politik”.
Dalam buku
Hizbullah, Politics Religion: disebutkan bahwa Hizbullah tidak pernah
berlumuran darah kaum Kristen sejak perang saudara 1975-1990. Dan sejak
tampil di dunia politik (1992), Hizbullah merupakan satu-satunya parpol
yang tidak ternoda oleh tuntutan korupsi dan oportunisme politik.
Hizbullah
memiliki hubungan yang erat dengan Iran, dimana dalam hal ini paling
tidak ada tiga faktor penyebab, yaitu faktor Musa Sadr, yang merupakan
teman dekat Ayatullah Khomeini. Kemudian adanya bantuan Iran ke Lebanon
Selatan, ketika terjadi invasi Israel, 1982. Waktu itu, lebih dari 1500
pasukan Iran melatih pejuang Amal Islam, dan faktor yang lainnya adalah
bahwa Hasan Nasrullah pernah belajar di Qom, Iran.
Pada
Juli 2006, Israel menggempur posisi Hizbullah, dengan alasan hendak
membebaskan dua tentaranya yang ditahan Hizbullah, dan mengakibatkan
berbagai fasilitas umum di Lebanon hancur. Kecaman datang dari berbagai
pihak, tetapi Israel terus melanjutkan apa yang menjadi hajatnya. Dan
serangan Israel ke Lebanon tersebut baru berhenti, setelah ada resolusi
DK PBB no.1701.
Resolusi
tersebut disetujui pada tanggal 11 Agustus 2006, dengan mengadopsi
keinginan AS, yaitu walaupun tidak diberi sanksi, tetapi pasukan Israel
harus ditarik mundur dari Lebanon sampai batas “garis biru”, yang
merupakan garis perbatasan antara Lebanon dan Israel yang disepakati
kedua negara tersebut pada tanggal 23 Maret 1949.
Selanjutnya,
genjatan senjata antara Lebanon dan Israel berjalan sejak tanggal 14
Agustus 2006. Dan gencatan senjata itu dianggap sebagai kemenangan
pihak Hizbullah, karena dalam 50 tahun terakhir, dunia Arab tidak
memiliki dan tidak menyangka mempunyai kekuatan militer yang mampu
menghadang Israel.
Perlawanan
Hizbullah atas Israel yang dibuktikan selama lebih dari satu bulan itu
telah membuka mata rakyat Arab, bahwa mereka mampu melawan Israel.
Selama ini, ada mitos yang menyebutkan bahwa Israel tidak terkalahkan.
Maka tak heran jika penghentian serangan Israel itu, juga dirayakan di
seluruh jazirah Arab. Mulai dari Mesir hingga Jeddah, dan dari Maroko
hingga Iran, semua mengelu-elukan Hizbullah.
Di
sisi lain, dengan disetujuinya resolusi DK PBB 1701 itu bisa diartikan
sebagai “kekalahan” bagi Israel. Hal ini tidak pernah dialami oleh
Israel dalam beberapa perang dengan negara Arab, sejak negara Zionis itu
pada tahun 1948. Padahal sebenarnya, Israel telah menyiapkan perang itu
secara saksama bersama AS, sebelum Hizbullah menyandera dua tentara
Israel pada tanggal 12 Juli 2006, sebagaimana dilaporkan oleh majalah
AS, The New Yorker, yang ditulis oleh wartawan AS pemenang Pulitzer,
Seymour Hersh.
Hersh
menuliskan, Presiden George W Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney telah
diyakinkan oleh pihak Israel bahwa serangan bom yang sukses akan dapat
mengurangi ancaman terhadap masalah keamanan Israel. Selain itu,
serangan Israel juga berpotensi dapat digunakan AS sebagai batu loncatan
untuk melancarkan serangan terhadap instalasi nuklir Iran (Kompas, 14
Agustus 2006).
PM Israel
waktu itu, Ehud Olmert, mengakui kegagalan pasukan militernya dalam
perang melawan Hizbullah. Selama pertempuran itu, performa pasukan
Israel sangat buruk. Israel yang tadinya sesumbar bisa mengalahkan
Hizbullah dalam waktu kurang dari satu bulan, pada akhirnya harus
menyerah di bawah resolusi PBB. Sedikitnya 130 tentara Israel tewas, 350
lainnya luka-luka dalam pertempuran dengan Hizbullah. Sejumlah
peralatan perang Israel juga berhasil dihancurkan Hizbullah, antara lain
helikopter Apache, 100 tank Mirkava kebanggaan Israel dan satu kapal
perang Israel rusak berat.
Israel
juga gagal melumpuhkan roket-roket Hizbullah, yang berhasil menewaskan
sedikitnya 40 warga Israel di utara negara Zionis itu. “Kekalahan”
Israel ini memberi dampak yang cukup luas di Timur Tengah. Di
antaranya, runtuhnya mitos bahwa Israel tidak dapat dikalahkan. Pengaruh
Hizbullah di Lebanon, baik di bidang militer maupun politik, semakin
kuat. Bahkan di masyarakat Arab, Hizbullah adalah pahlawan yang memberi
inspirasi pada milisi-milisi bersenjata lain, seperti pejuang Palestina
untuk terus menggunakan perjuangan bersenjata.
Simbol
kemenangan Hizbullah akan meneguhkan perlawanan bangsa yang telah
dizalimi puluhan tahun itu. Sehingga Israel maupun AS akan berpikir
berkali-kali untuk melakukan serangan terhadap instalasi nuklir Iran.
Menghadapi Hizbullah saja, milisi yang dibantu dan dilatih Iran, Israel
tak dapat mengalahkannya, apalagi menghadapi Iran yang memiliki
persenjataan jauh lebih baik dari Hizbullah. Sebagian rudal Hizbullah
sendiri berasal dari Iran, seperti Fajr dan Zelzal. Jadi, seakan perang
Hizbullah - Israel itu untuk uji coba senjata Iran, yang ternyata cukup
ampuh untuk menakuti Israel. Artinya, kemenangan Hizbullah ikut
menaikkan bargaining position Iran di Timur Tengah.
Di
dalam negeri Lebanon, masalah perluncutan senjata Hizbullah,
sebagaimana disebutkan dalam resolusi 1701, tidak mendapatkan tanggapan
yang signifikan. Pimpinan Hizbullah sendiri mengatakan bahwa mereka
tidak membicarakan pelucutan senjata Hizbullah dengan pihak luar. Kalau
harus dibicarakan, maka itu adalah urusan masyarakat Lebanon sendiri.
Bagi
masyarakat Lebanon, senjata Hizbullah itu penting. Buktinya, senjata
Hizbullah mampu menahan serangan Israel di Lebanon. Bagaimana jadinya
Lebanon, bila senjata Hizbullah dilucuti dan mereka tidak dapat membalas
serangan Israel. Apalagi Pasukan Lebanon masih dalam kondisi
pembenahan, setelah porak poranda akibat perang saudara di sana.
Presiden Lebanon waktu itu, Emile Lahoud yang berasal dari Kristen
Maronit, mengakui “Senjata Hizbullah satu-satunya yang mampu menghadapi
gempuran Israel”
Sumber :
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/103-juli-2010/855-tinggal-senjata-hizbullah-yang-mampu-menghadapi-gempuran-israel.html
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon