Rabu, 23 Oktober 2013

Karir militer semulus jalan tol sang menantu Cendana

1998 menjadi puncak sekaligus akhir karir militer Prabowo Subianto . Di akhir kepemimpinan Presiden Soeharto , yang juga mertuanya saat itu, pengaruh dan kekuatan Prabowo di dalam militer sedang tinggi-tingginya.

Prabowo menggunakan statusnya sebagai menantu Cendana bukan hanya untuk memperluas jaring kekuatan di tubuh militer, tapi juga untuk memuluskan karirnya menuju puncak jabatan. Dia dengan mudah menggapai pangkat jenderal bintang tiga.

"Dalam standar promosi, normalnya untuk mencapai pangkat kolonel, dibutuhkan waktu 20-25 tahun setelah yang bersangkutan dari Akademi Militer dan setidaknya 23 tahun untuk dapat meraih pangkat jenderal bintang satu," kata Jun Honna, seorang peneliti Jepang yang pernah melakukan riset mengenai militer Indonesia menjelang kejatuhan Soeharto .

Isu kudeta Prabowo.
Jun Honna merujuk "Buku Petunjuk Dasar tentang Prajurit ABRI (Kep/06/X/1991), Mabes ABRI, 1991, Hal. 81 dan 86 untuk menjelaskan betapa karir Prabowo sangat mulus dan cenderung melampaui standar normal jenjang karir.

Hal itu dikemukakan Jun Honna dalam papernya yang berjudul, "Military Ideology in Response to Democratic Pressure During The Late Soeharto Era: Political and Institutional Context" Edisi 67. Paper itu sudah diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul, "Suharto dan ABRI: Menjelang Runtuhnya Orba" yang diterbitkan oleh Center for Information Analysis, Yogyakarta 2007.

Jun Honna, menelisik mula melejitnya karir Prabowo di militer dimulai pada Desember 1995. Ketika Prabowo dipromosikan menjadi Komandan Komando Pasukan Khusus (Dan Kopassus) dan menyandang pangkat Brigadir Jenderal.

Dalam pandangan Jun Honna, perjalanan karir militer Prabowo sangat menyimpang dari aturan, padahal Prabowo adalah lulusan Akmil 1974. Mengenai melambung Prabowo saat itu, Jun Honna, melakukan wawancara dengan seorang purnawirawan perwira yang tidak disebutkan namanya. Wawancara itu berlangsung pada Agustus 1996. Sang Purnawirawan Perwira itu mengatakan, Prabowo seolah memiliki kartu bebas hambatan dalam meraih karir militernya.

"Prabowo itu memiliki tiket jalan tol, yang berarti dapat melewati kemacetan antrean para perwira. Kami sangat memprihatinkan akibat segala yang dia lakukan terhadap para prajurit yang pangkatnya lebih rendah," kata sumber Jun Honna.

Purnawirawan Perwira itu juga berkomentar, dengan pangkat yang terus melejit, dia tidak akan heran kalau Prabowo akan menjadi impian para perwira muda di bawahannya. Termasuk dengan mengikuti jejak Prabowo meski pun dengan berbagai cara yang harus ditempuh, termasuk mengabaikan sisi-sisi moralitas.

"Saya tidak akan kaget kalau para perwira muda memimpikan Prabowo dan mengabaikan disiplin moral yang masih mereka percayai sampai dengan saat ini," ujar Purnawirawan Perwira itu.

Paper yang mulanya hasil riset untuk tugas lapangan Doktoral di Universitas Cornel itu memang sengaja tidak menuliskan nama terang narasumber yang menjelaskan akan dampak cepatnya pangkat Prabowo dibandingkan dengan yang lainnya. Menurut Honna, karena penelitiannya dilakukan di Jakarta pada 1996 sampai 1999 dan akan berimbas dan membahayakan karir narasumber itu.

Jun Hona banyak bicara tentang pasang surut hubungan Soeharto dan ABRI, khususnya Angkatan Darat hingga tumbangnya Orde Baru. Buku itu dengan detail dan kritis menjelaskan intrik sesama anggota ABRI (Angkatan Darat) saat mendekat ke pusaran kekuasaan hingga terdepak dengan perlahan, lengkap dengan analisa strategi para prajurit itu.

Sumber : Merdeka

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon