Rabu, 23 Oktober 2013

Panglima ABRI pun tak berani usik langkah Prabowo

Prabowo Subianto dikenal sebagai salah satu bintang yang bersinar di kalangan tentara Angkatan Darat. Karirnya melejit setelah terjadi kerusuhan 27 Juli 1997 di Kantor PDIP, Jakarta Pusat.

Presiden Soeharto kecewa dengan kejadian itu. Hingga di tubuh ABRI diadakan mutasi besar-besaran. Pejabat ABRI yang dianggap menentang Soeharto langsung dipindahtugaskan dan diganti oleh tentara yang dianggap loyal.

Salah satu yang dipercaya Soeharto adalah menantunya saat itu, Prabowo Subianto. Usai kerusuhan 27 Juli, Prabowo naik pangkat menjadi jenderal bintang dua. Jabatan Komandan Kopassus berganti menjadi Komandan Jenderal Kopassus.

Hal itu ditulis Jon Honna dalam papernya yang berjudul, "Military Ideology in Response to Democratic Pressure During The Late Soeharto Era: Political and Institutional Context" Edisi 67. Paper itu sudah diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul, "Suharto dan ABRI: Menjelang Runtuhnya Orba" yang diterbitkan oleh Center for Information Analysis, Yogyakarta 2007.

Isu kudeta Prabowo.
Dalam keterangan Jun Honna, dengan pembaruan orang-orang di sekeliling Istana, terjadi penyaringan terhadap orang yang dianggap loyal dan tidak. Bahkan dalam analisa Jun Honna, sejak jadi Danjen Kopassus, Prabowo menerapkan aturan struktur komando semaunya termasuk memasuki area wilayah tugasnya.

"Sebuah pernyataan menarik dilontarkan Feisal Tanjung pada Agustus 1998, ketika dia mengatakan bahwa selama masa jabatannya sebagai Panglima ABRI, tak seorang pun, bahkan tidak pula dirinya yang seorang jenderal berbintang empat, tidak bisa secara bebas memasuki wilayah Kopassus yang dikendalikan oleh Prabowo yang hanya seorang mayor Jenderal," kata Jun Honna yang bersumber dari berita Media Indonesia, 25 Juli 1998 yang berjudul "Feisal: Saya Tidak Terlibat Kasus Penculikan Aktivis".

Menurut Jun Honna, seorang Panglima ABRI dengan pangkat jenderal pun bisa tidak didengar oleh Prabowo. Meski dalam struktur militer tentu pangkatnya lebih tinggi pangkat Prabowo. Bagi Jun Honna, status Prabowo sebagai kepercayaan sekaligus menantu Soeharto bisa membuat aturan struktur itu tidak berfungsi.

"Hal ini menunjukkan betapa struktur komando ABRI telah diselewengkan oleh preferensi khusus yang diberikan Soeharto pada anak menantunya," ujar Jun Honna mengomentari keluhan Feisal Tanjung saat itu.

Sumber : Merdeka

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon