Mesejati
adalah pemberitahuan yang dilakukan oleh keluarga pengantin laki kepada
keluarga pengantin wanita bahwa anak kedua keluarga tersebut telah kawin.Orang
yang datang mesejati paling sedikit 4 orang terdiri atas keliang ( Kadus ),
kepala RT, Kepala RW dan satu orang dari pihak keluarga pengantin laki. Ke
empat orang ini mendatangi kepala desa, kepala dusun dan ketua RT dimana
pengantin perempuan bertempat tinggal yang selanjutnya bersama sama mendatangi
orang tua dari pengantin wanita. Ke empat utusan dari keluarga pengantin wanita
melaporkan bahwa
Proses
mbait dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga calon pengantin wanita. Untuk menghindari kecemasan orang tua calon
pengantin wanita yang kehilangan
anak gadisnya maka sesegera mungkin dilakukan pemberitahuan. Biasanya langsung bersamaan dengan acara merangkat atau kalau
ditunda waktunya paling lambat
3 hari.
Mesejati
adalah pemberitahuan dari pihak keluarga calon pengantin laki-laki kepada keluarga
calon pengantin
wanita bahwa anak gadisnya itu jati, benar-benar telah lari kawin (merariq).
Sayur
bening daun kelor tanpa garam dan
lauk paha ayam yang tadinya sengaja disisihkan pada
waktu Prosesi
merariq yang
diawali dengan mbait,
disadari sebagai
awal peristiwa yang
akan membawa
konsekuensi dan
tanggungjawab yang berat sesudahnya.
Diberinya sayur bening daun kelor tanpa Utusan yang ditugasi mesejati,
berpakaian adat, 2 status sosial
orang yang merariq, utusan mesejati
akan lebih banyak jumlahnya. Mereka
diperlengkapi dengan bawaan yang disebut
sesirah
Ini
merupakan perlengkapan terpenting dan bermakna paling sakral dalam setiap tahapan prosesi perkawinan selanjutnya.
Sesirah
adalah sebuah perlambang
berupa wadah terbuat dari talam kuningan (tidak boleh terbuat dari bahan logam yang lain) yang pada bagian dalamnya ditaruh
kain usap, kain penutup muka
orang meninggal, sebagai alasnya. Di atas kain usap ditaruh sebilah keris, kain
kembang komak, selembar kain tenun
bermotive hitam-putih, jarum dan benang. Semua perlengkapan sesirah ini, secara
filosofis mengandung makna
yang bertalian dengan soal hidup dan mati
Proses
perkawinan bagi suku
Sasak disadari sebagai peristiwa kehidupan yang "dahsyat" apalagi skenario yang ditempuh dengan cara mbait (merariq). Tidak dapat
diukur seberapa dahsyatnya peristiwa
merariq itu telah mempengaruhi
suasana emosional pihak keluarga besar calon
pengantin wanita, karena itu pihak keluarga calon pengantin laki bersiap untuk menerima resiko,
bahkan bila perlu ditebus dengan
kematian sekalipun. Ungkapan permohonan
maaf yang tidak terhingga itu
diwujudkan dalam wujud membawa
sesirah. Jadi dengan sesirah seolah
pihak keluarga laki-laki hendak berkata:
"Jika
kami berbuat salah yang
tiada dapat dimaafkan, bunuhlah kami dengan
keris ini, tutuplah muka kami
dengan kain usap yang
kusiapkan. Tetapi
jika kami
telah sesuai dengan
adat yang ditradisikan, sudilah kiranya membuka dialog demi hubungan baik kedua keluarga, tak ubahnya seperti merajut jarum dan benang" Sebelum memasuki rumah orang tua pihak wanita, utusan mesejati akan memukul kemong (gong
kecil yang juga terbuat dari kuningan) sebagai pertanda mereka akan melakukan mesejati. Maksudnya agar diketahui oleh masyarakat sekitar dan tidak mendapat halangan dan gangguan
Ketika
sudah memasuki halaman, diucapkan salam secara Islam lalu menyampaikan maksudnya, yang intinya, menyampaikan salam hormat putrinya dan
calon suaminya bahwa mereka telah
merariq dan kini berada disuatu tempat yang baik dan aman, jangan dikira bahwa putrinya mendapat suatu musibah atau kecelakaan. Biasanya orang tua wanita akan mengatakan:
Alhamdulillah.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon