"...dengan teknologi pencairan batubara (liquidifikasi) untuk dijadikan bahan bakar minyak sintetis serta gasifikasi batubara."
Indonesia dan China
berharap bisa bekerja sama dalam riset menciptakan teknologi batubara bersih,
dan teknologi yang mampu memanfaatkan batubara berkualitas rendah pada
"Indonesia-China Coal Summit".
"Ke depan sumber
energi kita akan didominasi oleh batubara, namun batubara mempunyai banyak
masalah seperti pencemaran lingkungan, karena itu sangat penting untuk
menemukan berbagai teknologi terkait batubara bersih," kata Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Marzan A Iskandar di sela
Indonesia-China Coal Summit I yang selain dihadiri para delegasi dari China,
juga dari Jepang dan Korea Selatan di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Dikatakan Marzan,
teknologi pengolahan batubara sangat penting untuk mengurangi emisi karbon yang
selain berdampak pada kesehatan juga pemanasan global.
"Ke depan cadangan
batubara kita harus untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tidak untuk diekspor.
Namun karena 55 persen batubara muda dan kualitasnya rendah kita harus cari
teknologi untuk menambah nilainya, misalnya dengan teknologi pencairan batubara
(liquidifikasi) untuk dijadikan bahan bakar minyak sintetis serta gasifikasi
batubara," katanya.
Anggota Dewan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Hubungan Luar Negeri Hassan Wirajuda
yang juga memberi sambutan pada pertemuan yang digelar selama dua hari itu
mengatakan, China dan Indonesia merupakan dua negara produsen batubara yang
sama-sama juga sangat membutuhkan batubara.
China, ujarnya,
memproduksi 3,47 miliar ton batubara pada 2012 namun juga masih mengimpor 190
juta batubara dari berbagai negara per tahun, sedangkan Indonesia memproduksi
sekitar 360 juta ton batubara pada 2012.
Kebutuhan China akan
batubara yang sangat besar terkait dengan pertumbuhan ekonominya yang cepat
dalam dua dekade terakhir yang mencapai rata-rata 12 persen per tahun,
sedangkan ekonomi Indonesia pada tiga tahun terakhir tumbuh 6-6,5 persen per
tahun yang membuatnya menjadi nomor dua tumbuh tercepat di Asia setelah China,
ujarnya.
"Pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang cepat perlu didukung sumber energi yang juga semakin
besar serta infrastrukturnya. China dengan cadangan luar negeri terbesar yang
sampai 3,7 triliun dolar AS seharusnya tidak memiliki hambatan untuk
berinvestasi di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Staf
Ahli Menristek Bidang Energi dan Material Maju, Agus R. Hoetman yang mewakili
Menristek Gusti M Hatta mengimbau, karena kebutuhan batubara yang besar itu,
kedua negara seharusnya mencari strategi untuk memperbaiki kualitas batubara
yang rendah agar bisa dimanfaatkan.
"Bagi China ada
kesempatan investasi dalam infrastruktur energi agar industri batubara
Indonesia bisa memenuhi kebutuhan listrik industri pada 2030," katanya.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon