Sejarah mengenai Lao Tzu pertama kali diketahui lewat
Ssu-ma Ch’ien, seorang sejarawan cina, yang menuliskan biografi Lao Tzu dalam
bukunya “Records of the Historian” (shi-chi) pada 100 SM. Dalam buku tersebut
dikisahkan diri Lao Tzu secara sederhana karena selama menjalani ajarannya ia
hidup menyepi dari dunia yang membuat namanya tidak terlalu dikenal oleh
masyarakat luas pada waktu itu. Kehidupan pribadi Lao Tzu memang dipenuhi
dengan misteri. Ini dikarenakan ia tengah menghidupi jalan Tao yang membuatnya
harus menyingkir dari dunia dan bersatu dengan alam. Ia sama sekali tidak
meninggalkan jejak yang jelas. Hanya buku Tao Te Ching saja yang bisa diketahui
dengan pasti. Maka, banyak sejarawan dan filsuf menuliskan biografi Lao Tzu
sesuai dengan apa yang mereka temukan. Dalam tulisan ini, kita akan berfokus
pada tulisan Ssu-ma Ch’ien tanpa bermaksud menghilangkan tulisan para ahli
lainnya.
Ssu-ma Ch’ien menuliskan bahwa Lao Tzu diperkirakan
lahir pada 600 atau 400 SM di sebuah negara bagian Ch’u, di kabupaten
(district) K’u, kecamatan (county) Li, dan Desa (hamlet) Ch’ü-jen . Nama
keluarga Lao Tzu adalah Li sedangkan namanya sendiri adalah Erh. Ia juga
mempunyai sebutan atau gelar yaitu Tan. Ssu-ma Ch’ien sendiri merasa kurang
yakin apakah Lao Tan yang legendaris adalah tokoh yang sama dengan Lao Tzu sang
penulis Tao Te Ching . Umur Lao Tzu menurut Ssu-ma Ch-ien mungkin sekitar 150
tahun, namun beberapa orang mengatakan bahwa ia hidup hingga 200 tahun lebih.
Usia yang sangat panjang ini diakui dan dipercaya dapat dicapai olehnya
mengingat ia hidup di jalan Tao sebagai prinsip dasar hidupnya.
Ssu-ma Ch’ien dalam bukunya juga mengkaitkan Lao Tzu
dengan dua nama yang identifikasinya kurang lebih sama. Mereka adalah Lao-Lai
Tzu , seorang Taois yang diperkirakan pernah dikunjungi oleh Konfusius, dan Lao
Tan , seorang ahli astronomi. Ketiga nama yang berbeda ini, menurut Ssu-ma
Ch-ien, adalah satu orang yang sama. Nama Lao Tzu dalam buku Ch-ien memang
penuh dengan misteri yang di kemudian hari akan selalu menjadi diskusi yang
tidak pernah selesai. Dalam skripsi ini, penulis tidak menaruh perhatian lebih
dengan perbedaan-perbedaan ini dan hanya akan lebih fokus pada hakekat manusia
menurut Lao Tzu.
Menurut Ssu-ma Ch-ien, Lao Tzu dan Lao Lai Tzu adalah
orang yang sama, meskipun beberapa ahli menganggapnya berbeda. Ia mengisahkan
bahwa Lao Lai Tzu pernah dikunjungi oleh Konfusius. Setelah kunjungan tersebut,
Konfusius mendapatkan pemahaman darinya tentang kehidupan yang lepas dari
keangkuhan dan kemewahan duniawi semata saja. Ia pernah menasehati Konfusius
untuk pensiun dari pekerjaannya di kerajaan. Lao Tzu juga disebut sebagai
seorang tua, yang biasa membawa sekeranjang rumput liar. Sebutannya seperti itu
sering dikaitkan dengan asal kata namanya, yaitu Lao yang berarti orang tua dan
Lai berarti merumput. Sedangkan mengenai Lao Tan, para ahli sampai sekarang ini
masih belum sepakat apakah Lao Tzu dan Tan adalah orang yang sama atau bukan.
Hal ini diketahui dari sejarah yang menceritakan Tan yang mengunjungi Pangeran
Hsien dari Ch’in pada 374 SM. Beberapa ahli sejarah menyatakan Tan adalah Lao
Tzu, namun ada juga yang menyangkal pernyataan ini. Dalam tulisan ini, tokoh
Tan dimasukan karena masuk dalam penelitian Ssu-ma Ch-ien.
Semasa mudanya, Lao Tzu pernah bertugas sebagai
seorang pegawai kerajaan pada masa Dinasti Chou (1111-255 SM) di sebuah kantor
penyimpanan dokumen-dokumen dan surat-surat kuno dan bersejarah. Dengan
diterimanya di kantor seperti itu, dapat dipastikan kalau Lao Tzu merupakan
seorang yang ahli dalam ilmu astrologi dan peramalan. Ia pun bertanggung jawab
terhadap buku-buku suci dan rahasia. Dalam masa kerjanya, ia sudah
mempraktekkan sebuah jalan hidup, yang kemudian dikenal sebagai aliran Taoisme.
Keutamaannya merupakan buah dari refleksi hidupnya selama berada di dalam
perpustakaan dokumen penting tersebut. Ia menekankan sebuah kehidupan yang jauh
dari keinginan diri atau hasrat semata yaitu suatu kehidupan yang murni dan
bersih. Pengetahuan seperti ini ia dapat dari pengalaman hidupnya yang kental
dengan suasana kerjanya yaitu menekuni dokumen dan surat kuno. Ia ingin
mengajak manusia kembali menghidupi Tao.
Dalam masa pensiunnya, ia mempraktekkan prinsip jalan
dan keutamaan tersebut. Ia semakin menjalankannya secara radikal yaitu dengan
menjauh dari dunia dan hidup di hutan. Lewat usahanya tersebut, ia dapat hidup
panjang dan ini merupakan buah dari usahanya menjalankan prinsip-prinsip
kehidupan yang dibuatnya. Jalan Tao muncul karena suatu protes terhadap manusia
yang sangat peduli pada dirinya sendiri, yang menurut Lao Tzu merusak dirinya
sendiri. Contoh yang paling konkrit pada masa itu adalah perang. Perang sangat
dibenci Lao Tzu karena perang sangat mementingkan diri penguasa saja. Rakyat
dengan perang menjadi semakin tepuruk dan menderita. Tidak ada kebahagiaan dan
kedamaian yang didapat dari peperangan.
Manusia memang harus menemukan kebahagiaan, bukan
kesuksesan. Ini didiapat dengan mengikuti jalan Tao, bersatu dalam gerak Tao.
Ssu-ma Ch’ien mengatakan bahwa Lao Tzu dalam hidup di jalan Tao juga merupakan
seorang pribadi yang sangat asketis. Ia hidup menyendiri terpisah dari dunia
yang ramai, mungkin di dalam gua, dengan menekankan prinsip hidup wu wei, yaitu
kesederhanaan, penuh kedamaian, ketenangan batin, dan kemurnian pikiran atau
budi.
Menurut Lao Tzu, hidup mengikuti dunia dan berusaha memperbaikinya
merupakan suatu penurunan atau kemunduran kehidupan. Ia menyatakan bahwa
praktek hidup dalam jalannya bisa membantu memperbaiki kehidupan manusia di
dunia ini. Maka ketika ia hendak pensiun, ia mengungkapkan praktek hidupnya
tersebut di atas kertas sebanyak 5000-an kata. Usaha ini sebenarnya dibuat atas
permintaan Yin-hsi, seorang penjaga gerbang. Ide yang tertuang dalam satu buku
tersebut yang kemudian dipisah menjadi dua bagian, yaitu jalan (Tao) dan daya
hidup (Te), yang merupakan refleksi Lao Tzu mengenai kehidupan dan cara
menanggapi kehidupan tersebut. Buku ini kemudian dikenal dengan kitab Tao Te
Ching. Isi kitab ini berupa prinsip-prinsip dan hukum-hukum untuk kehidupan
manusia agar tetap selaras dengan sesama dan alam.
Lao Tzu, secara psikologis, mengembangkan jalan Tao
ini dikarenakan ia berkembang dalam dunia yang lemah dan tak berdaya.
Lingkungan daerahnya yang miskin dan kecil mendasarkan ajarannya untuk bersikap
lembut dan selaras dengan alam. Ia tidak mengajak pengikutnya untuk mampu
mengintrospeksi diri dan kemudian memperbaiki apa yang telah diperbuatnya. Ia
juga tidak mengajak orang untuk berjuang meraih impian di masa depan. Kesatuan
dan keselarasan dengan alam adalah tujuannya. Dalam kesatuan tersebut
kebahagiaan akan ditemukan.
Solusi yang digunakan Lao Tzu dalam memperbaiki negara
adalah menghindar dari struktur pemerintahan karena oknum-oknum dalam
dinastilah sumber utama ketidakberesan. Merekalah yang menciptakan adanya
peperangan. Menurutnya jalan hidup sederhana ini adalah solusi tepat agar
dinasti bisa maju dan berkembang dengan saling menghargai dan menghargai
martabat manusia. Pada waktu buku Tao Te Ching ini ditulis, Dinasti Chou memang
sedang mengalami masa kemunduran. Jika dinasti ingin terus bangkit, dinasti harus
mengurangi peranannya dalam masyarakat. Dinasti tidak boleh terlalu ikut
campur. Biarkan saja segalanya berjalan seperti adanya.
Nama Lao Tzu sebagai pribadi selalu dikenang sepanjang
masa. Para konfusianis mengenangnya sebagai seorang filsuf yang dihormati, di
mana Konfusius sendiri juga mengaguminya dan mengkonotasikannya seperti seekor
naga yang dengan lihai terbang menembus awan dan angin. Masyarakat luas juga
mengenangnya sebagai seorang suci atau dewa. Para Taoist sendiri menyatakan
bahwa Lao Tzu adalah emanasi dari Tao.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon