Mempersatukan negeri yang sudah berantakan porak
poranda bukan pekerjaan orang sembarangan. Hanya orang-orang istimewa yang
ditakdirkan punya kemampuan begitu. Dan Kaisar Cina Sui Wen Ti (nama aslinya:
Yang Chien) termasuk salah satu. Dialah orang yang menyatukan Cina yang sudah
terpecah belah selama beratus-ratus tahun. Persatuan politik, yang digarapnya
dapat bertahan hampir di seluruh abad-abad sesudahnya. Sebagai hasilnya, Cina
bisa menjadi salah satu negeri yang terkuat di dunia. Hasil penting lainnya
persatuan politik ini adalah penduduk Cina yang terdiri dari hampir seperlima
jumlah keseluruhan penduduk dunia tak begitu sering terguncang malapetaka
perang seperti dialami oleh para penduduk Eropa, Timur Tengah, atau
bagian-bagian dunia yang lain.
Kaisar sebelumnya, Shih Huang Ti, telah menyatukan
Cina di abad ke-3 SM. Dinastinya, dinasti Chin hancur berantakan tak lama
sesudah matinya, tetapi segera cepat tergantikan oleh dinasti Han yang
memerintah seluruh Cina dari tahun 206 SM hingga 220 M. Sesudah jatuhnya
dinasti Han, Cina masuk ke dalam rawa-rawa perpecahan dalam jangka waktu panjang.
Buruknya bisalah disamakan dengan Eropa jaman abad gelap sesudah runtuhnya
Kekaisaran Romawi.
Yang Chien dilahirkan tahun 514 dari sebuah famili
yang berada, kompak, dan berwibawa di Cina Utara. Dia pertama kali peroleh
posisi karier militer tatkala usianya baru empat belas tahun. Yang Chien
memiliki kemampuan dan naik melesat dengan cepatnya sebagai "abdi
dalem" penguasa, kaisar belahan negeri sebelah utara dinasti Chou.
Bantuannya melakukan pengawasan atas hampir seluruh Cina bagian utara tidaklah
percuma karena tahun 573 puteri Yan Chien diperistri putera mahkota. Lima tahun
kemudian Kaisar meninggal dunia. Tampaknya sang putera mahkota kurang punya
kemantapan mental sehingga tak heran segera timbul kegoncangan perebutan
kekuasaan. Dalam pertarungan itu Yan Chien muncul selaku pemenang, dan tahun
581 tatkala umurnya empat puluh tahun dia diakui sebagai Kaisar baru. Ternyata
dia tidak cukup puas cuma jadi Kaisar untuk daerah Cina Utara melulu. Sesudah
melakukan persiapan cermat dia melancarkan penyerbuan ke Cina bagian selatan.
Ini terjadi tahun 588. Penyerbuan itu berjalan secara kilat dan berhasil
sehingga di tahun 589 dia praktis jadi penguasa seluruh Cina.
Selama pemerintahannya, Sui Wen Ti membangun ibu kota
baru yang cukup luas untuk pusat kekaisaran pemersatu itu. Dia juga mulai
pembangunan kanal raksasa yang menghubungkan dua sungai terbesar di Cina:
Sungai Yangtse di Cina Tengah dengan Sungai Hwang Ho (atau Sungai Kuning) di
bagian utara negeri. Kanal ini yang rampung selesai di masa pemerintahan
puteranya, menolong penyatuan antara Cina bagian utara dan bagian selatan.
Salah satu perubahan paling penting yang dilakukan
oleh Kaisar ini adalah menyangkut lembaga sistem penyaringan pegawai-pegawai
pemerintah melalui ujian-ujian. Selama berabad-abad, sistem macam itu membuat
Cina memiliki pegawai-pegawai pemerintahan yang bermutu dan berkemampuan tinggi
dan tak henti-hentinya mengisi orang-orang berbakat di kursi-kursi kantor
pemerintah di seluruh negeri dan berasal dari segala tingkat sosial. (Pertama
kali sistem ini sudah dirintis dalam masa dinasti Han, tetapi sesudah jatuhnya
dinasti itu terjadi masa kosong yang lama sekali sistem itu tidak dilaksanakan
sehingga pengangkatan pegawai banyak ditentukan oleh faktor-faktor keturunan).
Sui Wen Ti juga mewajibkan berlakunya apa yang disebut
"aturan pencegahan": ketentuan bahwa pegawai pemerintahan propinsi
tidak boleh berasal dari propinsi di mana dia dilahirkan. Ini merupakan suatu
usaha pencegahan timbulnya kemungkinan-kemungkinan "favoritisme" dan
usaha pencegahan
jangan sampai seseorang pejabat membangun dan memiliki pengaruh kekuasaan yang
terlampau kuat.
Meskipun pada tingkat permulaan
aturan ini memerlukan keberanian dan kemampuan dalam penerapannya, Sui Wen Ti
senantiasa punya kewaspadaan dan sikap cermat yang tinggi. Dia menghindari
tindak serampangan dan tampaknya membarenginya dengan peringanan beban-beban
pajak rakyat. Dan secara garis besar politik luar negerinya pun berhasil baik.
Sui Wen Ti tampaknya kurang punya
kepercayaan diri sendiri ketimbang umumnya penguasa dari penakluk-penakluk yang
punya keberhasilan setara. Kendati dia merupakan seorang penguasa berhasil dan
kuat kedudukannya dan daya genggamnya meyakinkan sekali atas jutaan penduduk,
dia tampaknya seperti ogah-ogahan kurang gairah dan melakukan sesuatunya karena
terpaksa. Istrinya, wanita yang berkemampuan, meski kelihatannya punya potongan
menguasai suami seakan suami itu berada di bawah selangkangannya, dia merupakan
pembantu dan pendamping yang baik, begitu tatkala perjuangan mencapai jenjang
kekuasaan maupun pada saat memerintah. Sui Wen Ti meninggal dunia tahun 604
pada umur tiga puluh tahun. Tersebar dugaan luas dia menjadi korban pembunuhan
oleh putera nomor duanya (biji mata kesayangan sang permaisuri) yang kemudian menggantikannya.
Kaisar baru ini dibikin berabe
dalam bidang politik luar negeri dan pada saat bersamaan pecah pemberontakan
melawannya. Dia terbunuh tahun 618 dan akibat kematiannya ini berakhirlah masa
dinasti Sui. Tetapi, itu bukan berarti berakhir pula persatuan Cina. Dinasti
Sui segera diteruskan oleh dinasti T'ang yang berkuasa antara tahun 618 sampai
tahun 907. Raja-raja dinasti T'ang tetap mempertahankan dan meneruskan struktur
pemerintahan seperti digariskan oleh dinasti Sui, dan di bawah pemerintahan
dinasti T'ang, Cina tetap bersatu. (Masa dinasti T'ang kerap dianggap masa
terjaya Cina, sebagian karena kekuatan angkatan bersenjatanya, tetapi lebih
dari itu disebabkan karena berkembang pesatnya kesenian dan kesusasteraan).
Seberapa pentingkah tokoh Sui Wen
Ti? Untuk memberi kepastian terhadap pertanyaan itu, orang mesti mencoba
membandingkannya dengan kerajaan Eropa yang jaya di saat Charlemagne. Ada
persamaan yang nyata antara karier kedua orang itu: sekitar tiga abad sesudah
runtuhnya kekaisaran Romawi, Charlemagne berhasil menyatukan kembali sebagian
terbesar daerah Eropa; hal sama, sekitar tiga setengah abad sesudah runtuhnya
dinasti Han, Sui Wen Ti berhasil menyatukan seluruh Cina. Charlemagne, tentu
saja, jauh lebih kesohor di Eropa; tetapi tampaknya Sui Wen Ti lebih
berpengaruh ketimbang Charlemagne. Pertama, dia berhasil menyatukan seluruh
Cina, sedangkan banyak daerah-daerah penting di Eropa Barat (seperti Inggris,
Spanyol dan Itali sebelah selatan tak pernah berhasil ditaklukkannya). Kedua, penyatuan
yang digarap Sui Wen Ti langgeng, sedangkan kerajaan Charlemagne segera
terpecah belah dan tak pernah berhasil menyatu kembali.
Ketiga, kemajuan kebudayaan dinasti
T'ang diakibatkan --sedikitnya sebagian-- dari kemajuan dan kemakmuran ekonomi
yang ditimbulkan berkat penyatuan Cina secara politik. Sebaliknya, masa cerah
yang berjangka pendek segera berakhir dengan matinya Charlemagne dan
keberantakan kerajaannya. Akhirnya, lembaga ujian bagi pegawai-pegawai negeri
yang digerakkan oleh Sui punya akibat jauh, mendalam, dan mendasar. Atas dasar
kesemuanya ini-meskipun secara keseluruhan Eropa memainkan peranan lebih
penting dalam sejarah dunia ketimbang Cina-toh Sui Wen Ti masih punya kelebihan
dalam hal mempengaruhi jalannya sejarah daripada Charlemagne. Sesungguhnya,
amat langka raja-raja, baik di Cina maupun di Eropa, punya pengaruh begitu
langgeng seperti Sui Wen Ti.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon