Lokasi
Makam ini terletak di kampong
Peresak, Desa Selaparang, kecamatan Pringgabaya, kabupaten Lombok timur.
Kira-kira berjarak 4 km di sebelah barat laut ibu kota kecamatan Pringgabaya.
Dari mataram ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Barat, jaraknya lebih kurang 55
km. Dapat di jangkau dengan segala jenis kendaraan, termasuk kendaraan jenis
bus.
Status
Makam selaparang termasuk
sebuah monument peninggalan sejarah dan purbakala yang pada ditemukan dan
dicatat sebagai peninggalan sejarah dan purbakala sudah tidak digunakan
sebagaimana fungsinya semula, yaitu sebagai tempat pemakaman. Oleh karena itu,
makam selaparang termasuk dalam klasifikasi “ monument mati “ atau dead
monument “
Fungsi
Makam Selaparang memiliki fungsi sosial
yang cukup penting sebagai tempat berziarah. Makam ini terkenal juga dengan
sebutan makam keramat raja Selaparang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
peziarah pada waktu-waktu tertentu, terutama pada musim menjelang keberangkatan
jamaah haji ke mekah, banyak yang memerlukan berziarah ke makam ini lebih dulu.
Tradisi ini masih berlanjut sampai sekarang.
Latar Belakang Sejarah
Di dalam kitab Negarakertagama, pupuh 14, disebutkan
bahwa “Lombok Mirah” dan “Sasak” menjadi daerah kekuasaan Majapahit. Sekalipun
para ahli berbeda pendapat mengenai penafsiran kata Lombok Mirah dan Sasak,
sehingga melahirkan beberapa argumen yang berbeda. Namun para ahli ini sepakat
bahwa lokasi yang dimaksud adalah pulau Lombok. Bahkan sebelum dapat
dipastikan, apakah pada waktu itu sudah ada kerajaan Selaparang.
Selain sumber-sumber lokal, nama Selaparang juga
terdapat dalam sumber-sumber Bali, Sumbawa, Makasar, Hikayat Banjar, dan
dokumen yang di ambil pada masa kolonial belanda. Dari data masa Belanda,
kerajaan Selaparang sangat identik dengan pulau lombok yang ketika itu dikuasai
oleh kerajaan-kerajaan beragama Hindu. Fakta tersebut telah diterima karena
adanya objek sejarah yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang di ungkapkan
dari dokumen yang dimiliki Belanda.
Pada mulanya Selaparang merupakan salah satu dari
kerajaan-kerajaan kecil yang ada di pulau Lombok. Masa itu, di Jawa timur salah
satu kerajaan terbesar di nusantara mengalami keruntuhan. Kerajaan itu adalah Majapahit.
Kemudian untuk mempertahankan kekuasaannya Majapahit melakukan perluasan
wilayah dengan ekspedisi menuju daerah timur yaitu Bali sekitar tahun 1343M
kemudian diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan
Selaparang yang mulai gencar memamerkan kekuatan kerajaannya.
Sumber lain menyebutkan bahwa
setelah kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspatih
melarikan diri ke dalam hutan, sekembalinya dari persembunyian, beliau
mendirikan kerajaan baru di Patu Parang yang dinamakan Selaparang.
Tata Letak Kerajaan Selaparang
Lokasi tempat berdirinya Kerajaan
Selaparang sangatlah tandus dan berbatu. Sehingga patutlah kerajaan ini dinamakan Selaparang, sela
artinya batu, sedangkan parang artinya karang, jika disatukan menjadi batu
karang. Selain memiliki arti simbolis yang berarti kuat dan teguh, nama
Selaparang juga menggambarkan daerah kerajaan yang memang banyak terdapat
batu-batuan.
Daerah yang sangat berbatu ini
juga mempengaruhi desain pagar dan bangunan rumah yang digunakan penduduk yang bermukim di sana hingga
saat ini, ditambah pula dengan tempatnya
yang terpencil. Kami menafsirkan, daerah yang tandus, biasanya menghasilkan karakter masyarakatnya yang keras dan sukar serta memiliki postur kekar.
Akan tetapi masyarakatnya tetap dapat hidup makmur dengan berkebun sebagai mata
pencaharian terbesar mereka. Seiring perjalanan dan sepak terjangnya,
Selaparang dalam mencitrakan dirinya sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan
terbesar di Lombok, mendapat banyak bantuan dan kerjasama dari kerajaan lain
sekitar Lombok, termasuk kerajaan Goa.
Dengan
menilik sejarah yang lalu, kami juga menemukan
alasan mengapa Kerajaan Selaparang memilih Pringgabaya sebagai tempat membangun
istana yang baru. Kemungkinan
besar hal ini untuk menghindar dari musuh yang mulai memperhitungkan ancaman dari
perkembangan kerajaan Selaparang yang pesat. Daerah yang terpencil akan
mempermudah Selaparang dalam melindungi dirinya dari serangan musuh.
Jika dilihat dari segi tata
letak pun, kerajaan Selaparang memfokuskan perhatiannya terhadap serangan
musuh dari wilayah laut. Mereka berfikir, serangan yang paling sulit dilacak
adalah serangan melalui sektor tersebut. Menurut prediksi kami hal inilah yang
menyebabkan bangunan kerajaan selaparang menghadap ke arah laut. Di samping itu
dalam ajaran hindupun terdapat kepercayaan, di mana arah utara dan timur akan
memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan kerajaan. Ada dua alasan
mengapa arah utara dan timur bermakna istimewa yang saling berkaitan. Dalam
cerita dewa-dewi Hindu, dikisahkan dewi Parwati memiliki seorang anak yang
sangat nakal, bernama Ganesa. Suatu hari, Ganesa melalakukan suatu kesalahan
yang membuat ayahnya, Dewa Siwa menjadi murka dan tanpa disadari ia memotong
kepaa Ganesa.
Mengetahui hal tersebut Dewi
Parwati menjadi sangat marah dan meminta Dewa Siwa menyambungkan kepala Ganesa
dengan tubuhnya kembali. Hanya saja, senjata yang digunakan Dewa Siwa untuk
memotong leher anaknya, mengakibatkan apa yang dipotong tidak dapat disambung
lagi bagaimanapun caranya. Akhirnya, Dewa Siwa memutuskan untuk menggantinya
dengan kepala manusia atau hewan yang sesuai dengan persyaratan yang di
sebutkan oleh Dewi Parwati yaitu kepala hewan atau manusia yang menghadap ke
arah barat atau arah selatan (kepala berada di timur atau utara), yang
bermakna, arah timur merupakan simbolisasi dari Dewa surya yang memberikan
cahaya kehidupan, sedangkan arah utara biasanya menghadap gunung yang
dipercaya sumber dari berkah yang melimpah karena merupakan asal dari materi
penghidupan, seperti tumbuhan yang banyak tumbuh subur di pegunungan.
Sekarang ini satu-satunya
peninggalan kerajaan selaparang yang masih dapat kita saksikan adalah makam
selaparang yang diyakini merupakan makam-makam para rajanya yang pada saat itu
telah menganut agama islam salah satunya adalah makam Ki Gading atau Penghulu
Gading. Pada batu nisannya bertuliskan huruf arab dan huruf-huruf yang
merupakan peralihan huruf jawa kuno ke huruf bali yang terdiri atas lima baris
dan terpahat dalam bentuk relief timbul.yang berbunyi :
1.
La ilaha
ilallah
2.
Wa
muhammadun rasul
3.
Ulla (dan)
maesan
4.
Gagawean
5.
parayuga
Menurut W.F Stutterheim,
inskripsi tersebut adalah sebuah cadra sengkala yang bernilai angka tahun 1142
H atau 1729 M yang dihubungkan dengan kematian seorang raja selaparang yang
pada 6 tahun sebelumnya berperang mengusir orang-orang Sumbawa dengan bantuan
orang-orang bali yang pada akhirnya berhasil menanamkan kekuasaannya atas
sebagian pulau Lombok.
Tambahan:
Pada mulanya makam ini
dibangun ketika salah satu raja atau wali Selaparang di buru oleh Belanda,
ketika itu raja tersebut konon menerobos dinding masjid yang berada di ssamping
makam kemudian menghilang di sana. Atas dasar itulah makam ini dibangun.
Di kompleks makam ini dulunya
juga terdapat perpustakaan di selatan masjid, namun oleh Belanda buku-bukunya
ada sebagian yang diambil dan sebagian dimusnahkan, padahal perpustakaan ini
sangat lengkap terutama menyangkut sejarah selaparang saat itu.
Syarat memasuki makam
selaparang, kita harus dalam keadaan suci, bebas dari haid (untuk perempuan).
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon