Ikan Papuyu sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat Indonesia dibeberapa daerah. Dalam bahasa-bahasa daerah ikan ini juga dinamakan ikan Betik (Jawa dan Sunda), Papuyu (Kalimantan Selatan), Puyu (Malaya dan Kalimantan Timur), Puyu-puyu (Padang), Puyo-puyo (Bintan), geteh-geteh (Manado), dan kusang (Danau Matanua). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792dalam Saifuddin, 2010).
Menurut Saanin (1984)dalam Saifuddin (2010), Ikan Papuyu diklasifikasikan sebagai
berikut :
Phylum :
Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
Kelas :
Pisces
Sub KelaS :
Teleostei
Ordo :
Labyrinthici
Famili :
Anabantidae
Genus :
Anabas
Species :
Anabas testudineus Bloch
2.
Morfologi
Menurut Djuhanda (1981), tanda-tanda
utama ikan Papuyu adalah bentuk lonjong lebih ke belakang pipih. Kepala besar
dan mulut tidak dapat disembulkan. Semua badan kepalanya bersisik kasar dan
besar-besar. Jari-jari keras dari sirip perut dapat digerakan untuk berjalan
pada permukaan lumpur yang kering. Badan berwarna coklat agak hitam
kehiaju-hijauan . Ikan ini umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25
cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi
atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi
samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis
gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang
tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang
tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
3.
Daerah Penyebaran
Ikan ini menyebar luas,
mulai dari India, Cina hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah
barat Garis Wallace Daerah penyebaran ikan Papuyu di Indonesia meliputi Sumatera,
Nias, Bintan, Sulawesi, Bangka, Sumbawa, Pati, Ambon, Jawa, Bacau, Halmahera,
Kalimantan, dan Madura.
4.
Kebiasaan/Behaviour
Dalam keadaan normal,
sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi
seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil
oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ)
di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan
mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair.
Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup
insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun
tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus
mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.
5.
Habitat
Ikan Papuyu ditemukan di
rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang
mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka. Ikan Papuyu
dapat tumbuh normal pada perairan dengan kisaran pH antara 4 – 8. Ikan Papuyu
tahan terhadap kekeringan dan terkadang kuat hidup sampai satu minggu tanpa air
atau tinggal dalam lumpur sedikit berair selama 1 – 2 bulan.
6.
Makanan
Ikan Papuyu adalah golongan
ikan pemakan segala (omnivora), oleh karena itu mudah diberikan makanan
tambahan atau buatan.Menurut Mudjiman (1985), jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh ikan secara umum berkisar antara 3 – 6 % dari total berat ikan. Namun
jumlah makanan itu dapat berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Ikan
ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil.
7.
Pertumbuhan
Arifin (1991), menyatakan
bahwa pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat
didalam waktu tertentu. Pertambahan ukuran ini karena adanya proses hayati yang
terus menerus terjadi didalam tubuh organisme. Kecepatan pertumbuhan sangat
tergantung kepada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, kedalaman air,
kandungan oksigen dalam air, dan parameter kualitas air lainnya. Makanan yang
didapat oleh ikan terutama di manfaatkan untuk pergerakan, memulihkan organ
tubuh yang rusak, setelah itu kelebihan makanan yang didapatkan digunakan untuk
pertumbuhan (Asmawi, 1986). Pertumbuhan ikan Papuyu di alam dapat mencapai
ukuran >200 gram per ekor dalam 1 tahun, sedangkan pertumbuhan dalam
lingkungan budidaya (kolam, fishpen/jaring tancap) mencapai kisaran 70 - 100
gram per ekor selama 1 tahun.
8.
Reproduksi
Ikan Papuyu berkembangbiak
dengan cara induk betina mengeluarkan telur yang dibuahi induk jantan dengan
mengeluarkan sperma. Pembuahan terjadi diluar dengan cara tubuh induk jantan
menjepit tubuh induk betina sambil mengeluarkan telur dan sperma.
9.
Telur
Telur ikan Papuyu berbentuk
bulat berwarna bening kekuningan dengan sifat mengapung di air. 1 ekor induk
papuyu dapat memproduksi telur sebanyak 13.000 – 15.000 tergantung berat dari
ikan tersebut.
10. Larva
Larva ikan Papuyu berukuran panjang
< 1 mm berwarna bening dengan bintik mata hitam. Pada umur 1 hari larva akan
diam mengapung di permukaan air atau menempel pada substrat, setelah umur 1
hari larva mulai berenang aktif.
B.
Budidaya Ikan Papuyu
1.
Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan
papuyu dapat dibedakan dari tanda tubuhnya. Tanda induk betina : tubuh
memanjang; warna agak kusam; perut agak gendut, gerakan lamban, lubang kelamin
membulat dan berukuran 100 gram. Tanda induk jantan : tubuh membulat; warna
cerah; gerakan lincah, lubang kelamin memanjang, dan berukuran antara 100 gram.
2.
Pemijahan
Pemijahan ikan papuyu
dilakukan secara semi buatan, induced spawning. Caranya, siapkan akuarium
ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi 45 cm; keringkan selama 3 hari;
isi air setinggi 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama
pemijahan; suntik 2 ekor induk betina sore hari dengan ovaprim dosis 0,5 ml/kg
dan masukan ke dalam akuarium; suntik 8 ekor induk jantan dan satukan dengan induk
betina; biarkan memijah. Perbandingan antara jantan dan betina 4 : 1. Pemijahan
akan terjadi pada tengah malam hingga pagi hari dan telur-telur akan menempel
pada dinding akuarium.Menurut Utomo, et al (2001) dalam Komang Ni Suryati
(2010) fekunditas individu ikan betik yang berukuran panjang total 18 cm
sebanyak 17.235 butir telur.
3.
Penetasan dan pemeliharaan larva
Penetasan dilakukan dalam
akuarium pemijahan. Yaitu dengan menangkap induk-induk yang telah memijah,
kemudian dipindahkan ke kolam pematangan gonad. Dalam suhu 29 – 30oC,
telur akan menetas antara 20 – 24 jam. Larva tersebut dipelihara selama 3 hari
hingga kuat untuk berenang. Selama di akuarium itu diberi pakan tambahan berupa
naupli artemia secukupnya atau secara adlibitum. Setiap ekor induk betina bisa
menghasilkan larva sebanyak 13.500 ekor.
4.
Pendederan I
Pendederan I dilakukan dalam
hapa yang dipasang di kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 200 m2,
keringkan selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 4 karung
kotoran ayam atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; pasang 4 – 10 buah hapa
ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 80 cm dengan tiang-tiang bambu;
masukan 2.000 ekor larva; beri pakan tambahan berupa pelet halus. Pemeliharaan
ini dilakukan selama seminggu. Pada saat itu, larva sudah berukuran 0,5 cm.
5.
Pendederan II dan III
Pendederan II dilakukan di
kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 200 m2, keringkan
selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 4 karung kotoran ayam
atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; tebar benih yang berasal dari tempat
pendederan I (hapa) dengan kepadatan 200 – 300 ekor/m2; beri pakan
tambahan berupa pelet halus sebanyak 500 gram/hari diawal pemeliharaan, 750
gram pada minggu kedua, 1000 gram (1 kg) pada minggu ketiga atau sesuai dengan
kebutuhan. Pendederan II berlangsung selama 30 hari. Pada saat itu, benih
papuyu sudah mencapai 1 – 3 cm. Pendederan III dilakukan di kolam lain dengan
perlakuan sama dengan pendederan II. Pendederan ini dilakukan selama sebulan
dan benih sudah mencapai ukuran 3 – 5 cm.
6.
Pembesaran
Pembesaran dilakukan di
kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 500 m2, keringkan
selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 6 karung kotoran ayam
atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; tebar benih yang berasal dari tempat
pendederan II dengan kepadatan 50 ekor/m2; beri pakan tambahan
berupa pelet butiran sebanyak 5 persen/hari. Pembesaran berlangsung selama 6
bulan. Saat itu, ikan papuyu sudah mencapai berat antara 60 – 75 gram.
7.
Pembesaran di jaring tancap
Pembesaran papuyu bisa juga
dilakukan dalam jaring tancap. Caranya, pilih lokasi di pinggir perairan yang
memiliki kedalaman 1 – 1,5 m; siapkan sejumlah jaring berukuran panjang 4 m,
lebar 3 m dan 1 m dengan mess 0,5 cm; pasang jaring dengan mengikatkan pada
tiang-tiang yang tahan air, seprti kayu ulin; tebarkan benih papuyu yang
berasal dari pendederan III dengan kepadatan50 – 100 ekor/m2; beri
pakan tambahan berupa pelet sebanyak 5 persen/hari dengan frekwensi pemberian 4
kali. Pembesaran di jaring tancap berlangsung selama 6 bula. Pada saat itu,
ikan papuyu sudah berukuran 65 – 75 gram.
Sumber :
Salah satu website di internet, sory ane lupa namanya, maklumin yoo
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon