Komandan Kopassus Grup II Kandang Menjangan Kartasura, Letkol (Inf)
Maruli Simanjuntak mengungkapkan, penyerangan Lapas Cebongan oleh 12
anggotanya yang mengakibatkan tewasnya empat tahanan pada 23 Maret 2013
dipicu oleh tewasnya satu anggota TNI, dan satu lainnya terluka berat.
"Peristiwa kekerasan hingga tewasnya Serka Heru Santoso, pemukulan terhadap Sertu Sriyono menyentuh hati kami, karena ada saudara kami yang ditusuk, diinjak-injak,” katanya saat tampil sebagai saksi untuk terdakwa Sertu Ucok Cs di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis 11 Juli 2013
"Peristiwa kekerasan hingga tewasnya Serka Heru Santoso, pemukulan terhadap Sertu Sriyono menyentuh hati kami, karena ada saudara kami yang ditusuk, diinjak-injak,” katanya saat tampil sebagai saksi untuk terdakwa Sertu Ucok Cs di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis 11 Juli 2013
Serka Heru Santosa adalah anggota Kopassus yang tewas di Hugo’s
Café, serta Sertu Sriyono adalah anggota Kodim Kota Yogyakarta
sekaligus mantan anggota Kopassus yang dibacok saat mengejar pelaku
pembunuh Serka Heru.
Menurutnya peristiwa tersebut menyentuh hati kesatuan Kopassus karena dari keterangan pelaku maupun saksi, kejadian itu terkesan disengaja. “Dari informasi yang kami terima, Hendrik Engel Sahetapi (Dicky) merasa bangga dan mengatakan terus-terus ‘Saya yang membunuh Kopassus’", katanya.
Letkol Maruli menyebutkan adanya ikatan emosional, bukan hanya karena sama-sama baret merah tetapi ternyata Serda Ucok merasa ada hutang budi dengan Serka Heru Santoso yang pernah menjadi komandannya dan menyelamatkan nyawanya dalam sebuah operasi militer.
Menjawab pertanyaan majelis hakim diketuai Letkol CHK Joko Sasmito, soal motif yang dilakukan para terdakwa apakah karena adanya jiwa korsa di tubuh prajurit. Letkol Maruli menyebut jiwa korsa menjadi bagian penting dalam Kopassus.
"Harus lebih dari yang lain, hubungan pertemanan yang sangat erat. Apalagi bagi mereka yang pernah diselamatkan dalam tugas, secara manusiawi ada perasaan hutang budi. Kalau soal jiwa korsa itu terkait dengan kepatuhan dan kesetiaan," jelasnya.
Di dalam pendidikan Kopassus, lanjutnya, jiwa korsa itu diramu sedemikian rupa dan ditumbuhkan dalam proses latihan maupun dalam tugas. “Merawat mereka yang luka, yang sakit diangkat, dan solidaritas selalu bertumbuh di hati tiap prajurit,” ujarnya.
Menurutnya peristiwa tersebut menyentuh hati kesatuan Kopassus karena dari keterangan pelaku maupun saksi, kejadian itu terkesan disengaja. “Dari informasi yang kami terima, Hendrik Engel Sahetapi (Dicky) merasa bangga dan mengatakan terus-terus ‘Saya yang membunuh Kopassus’", katanya.
Letkol Maruli menyebutkan adanya ikatan emosional, bukan hanya karena sama-sama baret merah tetapi ternyata Serda Ucok merasa ada hutang budi dengan Serka Heru Santoso yang pernah menjadi komandannya dan menyelamatkan nyawanya dalam sebuah operasi militer.
Menjawab pertanyaan majelis hakim diketuai Letkol CHK Joko Sasmito, soal motif yang dilakukan para terdakwa apakah karena adanya jiwa korsa di tubuh prajurit. Letkol Maruli menyebut jiwa korsa menjadi bagian penting dalam Kopassus.
"Harus lebih dari yang lain, hubungan pertemanan yang sangat erat. Apalagi bagi mereka yang pernah diselamatkan dalam tugas, secara manusiawi ada perasaan hutang budi. Kalau soal jiwa korsa itu terkait dengan kepatuhan dan kesetiaan," jelasnya.
Di dalam pendidikan Kopassus, lanjutnya, jiwa korsa itu diramu sedemikian rupa dan ditumbuhkan dalam proses latihan maupun dalam tugas. “Merawat mereka yang luka, yang sakit diangkat, dan solidaritas selalu bertumbuh di hati tiap prajurit,” ujarnya.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon