Cacing
tanah (Lubricus rubellus) termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai
tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili
terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae. Kebanyakan orang akan
jijik ketika dihadapkan langsung dengan cacing. Namun, hewan ini sebenarnya
mempunyai banyak potensi yang berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya dalam
bidang pertanian, cacing berfungsi menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik karena cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Beberapa
fungsi cacing tanah yang umum diketahui masyarakat antara lain:
a.
Pakan
ternak
Berkat
kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
b.
Bahan
baku obat untuk penyembuhan penyakit
Secara
tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan
darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus
c.
Bahan
baku kosmetik
Cacing
dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan
lipstik
d.
Makanan
Manusia
Cacing
bisa dijadikan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan
makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam. Binatang ini mengandung
gizi tinggi antara lain protein 64-76, lemak 7-10 %, energi 900-1400 kal serta
mineral air dan asam amino paling lengkap.
Dalam
membudidayakan cacing tanah, peralatan yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Bahkan alat dan bahan yang dibutuhkan ada di sekitar kita yang merupakan
perlengkapan sehari-hari.
Beberapa
peralatan tersebut antara lain:
1. Kotak
untuk memelihara cacing, dapat memakai papan kayu atau bahan dari plastik
maupun dari kaca. Jangan lupa untuk melubangi bagian bawah kotak sehingga dapat
menampung ‘pupuk cair’ yang keluar.
2. Kompos
sebagai media hidup cacing yang akan dibudidayakan.
3. Sampah
sisa makanan atau sampah organik lainnya.
4. Ember
dengan penutup.
5. Penutup
kotak cacing yang dapat dibuat dari kayu dan kawat jaring.
6. Minyak
atau oli untuk menghalau serangga yang tidak diinginkan, misalnya: semut,
kecoa, dll.
7. Sarung
tangan karet.
8. Bibit
cacing tanah.
9. Lokasi
yang terlindung dari hujan dan sinar matahari yang berlebihan.
Setelah
semua peralatan dan perlengkapan tersebut sudah siap, maka proses pembudidayaan
cacing bisa segera dilakukan. Adapun langkah-langkah pembudidayaan yang bisa
dilakukan yaitu:
1. Masukkan
kompos setinggi 15 cm ke dalam kotak pemeliharaan secara merata.
2. Potong
kecil-kecil sisa-sisa makanan atau sampah organik untuk kemudian dimasukkan ke
dalam kotak pemeliharaan.
3. Tambahkan
sedikit air ke dalam media hingga cukup basah dan gembur.
4. Aduk
semuanya hingga tercampur merata. Anda dapat menggunakan sarung tangan yang
telah disiapkan jika merasa jijik.
5. Perlahan
masukkan bibit cacing tanah ke dalam kotak pemeliharaan.
PERSYARATAN LOKASI YANG DIBUTUHKAN DALAM BUDIDAYA
CACING:
1. Tanah
sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang
besar.
2. Bahan-bahan
organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau
tanaman dan hewan yang mati.
3. Cacing
tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya.
4. Untuk
pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai
netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing
tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
5. Kelembaban
yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara
15-30 %.
6. Suhu
yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah
sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku.
7. Suhu
yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan
kelembaban optimal.
8. Lokasi
pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan pengawasannya
serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di bawah pohon
rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat
dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon