Menangani persoalan narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan tidak
dapat hanya dilakukan satu kali. Budaya kekerasan di dalam penjara kerap
menjadi faktor pemicu terjadinya sejumlah insiden, seperti yang terjadi
di LP Tanjung Gusta, Medan, beberapa waktu lalu.
Perlu pembinaan berkelanjutan yang diberikan pemerintah terhadap para warga binaan. "Menangani napi ini tidak bisa satu kali. Sekarang oke, tapi nanti belum tentu. Nanti bisa saja muncul lagi, muncul lagi," kata budayawan Arswendo Artowiloto dalam diskusi polemik dengan tema "Gelap Mata di Tanjung Gusta", di Rumah Makan Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2013).
Menurut Arswendo, pemerintah harus sabar dalam menghadapi para narapidana. Sebab, menurutnya, narapidana memiliki andil dalam membentuk sebuah pemerintahan, yaitu pada saat pemilihan umum, baik legislatif maupun presiden.
"LP itu seperti usus buntu. Jika tak ada masalah tidak meletus, ada masalah baru meletus. Tapi, napi itu sewaktu-waktu bisa meletus," katanya.
"Jadi, sabar-sabarlah Pak Menteri (Menkum dan HAM Amir Syamsuddin) harus sabar-sabar. Tidak bisa dikerasin banget, dilonggarin juga tidak bisa," ujarnya.
Seperti diberitakan, kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta pada Kamis (11/7/2013) bermula saat pasokan listrik dan air di lapas terhenti. Para napi kemudian melakukan provokasi hingga timbul kerusuhan di lapas yang akhirnya berujung pada pembakaran.
Di saat situasi kacau inilah, ratusan warga binaan itu menggunakan kesempatan kabur setelah sebelumnya menyandera 15 petugas lapas. Sekitar 176 napi melarikan diri, termasuk beberapa napi kasus terorisme. Kepolisian hingga saat ini masih melakukan pencarian ratusan napi yang kabur.
Perlu pembinaan berkelanjutan yang diberikan pemerintah terhadap para warga binaan. "Menangani napi ini tidak bisa satu kali. Sekarang oke, tapi nanti belum tentu. Nanti bisa saja muncul lagi, muncul lagi," kata budayawan Arswendo Artowiloto dalam diskusi polemik dengan tema "Gelap Mata di Tanjung Gusta", di Rumah Makan Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2013).
Menurut Arswendo, pemerintah harus sabar dalam menghadapi para narapidana. Sebab, menurutnya, narapidana memiliki andil dalam membentuk sebuah pemerintahan, yaitu pada saat pemilihan umum, baik legislatif maupun presiden.
"LP itu seperti usus buntu. Jika tak ada masalah tidak meletus, ada masalah baru meletus. Tapi, napi itu sewaktu-waktu bisa meletus," katanya.
"Jadi, sabar-sabarlah Pak Menteri (Menkum dan HAM Amir Syamsuddin) harus sabar-sabar. Tidak bisa dikerasin banget, dilonggarin juga tidak bisa," ujarnya.
Seperti diberitakan, kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta pada Kamis (11/7/2013) bermula saat pasokan listrik dan air di lapas terhenti. Para napi kemudian melakukan provokasi hingga timbul kerusuhan di lapas yang akhirnya berujung pada pembakaran.
Di saat situasi kacau inilah, ratusan warga binaan itu menggunakan kesempatan kabur setelah sebelumnya menyandera 15 petugas lapas. Sekitar 176 napi melarikan diri, termasuk beberapa napi kasus terorisme. Kepolisian hingga saat ini masih melakukan pencarian ratusan napi yang kabur.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon