Sabtu, 20 Juli 2013

Indonesia jangan seperti Thailand, ekonomi disusupi Yakuza

Yakuza.
Tahun 1990 saat ekonomi Jepang menggelembung, rakyat di negeri itu semakin makmur, termasuk para Yakuza. Waktu itu uang seolah berserakan di mana-mana. Hal itu mendorong sedikitnya 200 orang anggota Yakuza (mafia Jepang) datang ke Thailand untuk membuka lapak bisnis gelap. Di sisi lain, perekonomian Thailand juga sedang tumbuh di antara negara-negara ASEAN lainnya.

Sebenarnya sudah sejak 1970-an beberapa anggota Yakuza tinggal di Thailand dan hidup nyaman di sana. Waktu itu mereka melakukan segala semua kejahatan di negeri Gajah Putih itu, mulai melakukan penculikan, narkoba, pemerasan dan pelacuran, termasuk terlibat penjualan perempuan ke Jepang. Tidak hanya di Bangkok, mereka juga beraksi di Chiang Mai dan kota lain.

Seperti ditulis Richard Susilo dalam buku berjudul: "Yakuza Indonesia", para anggota Yakuza semakin besar dari hari ke hari, dan memusingkan polisi Jepang karena mengacak-acak negara lain. Maka pada 1993 pemerintah Jepang membuat seminar tentang cara menghadapi Yakuza yang tinggal di Thailand dengan melibatkan masyarakat umum.

Selain itu, perusahaan besar juga dilibatkan, sedikitnya 140 perusahaan mengirimkan wakilnya ikut dalam seminar tersebut. Pengusaha Jepang diberi petunjuk, pegangan, agar dapat mengantisipasi ancaman Yakuza yang ada di Thailand. Dalam waktu singkat Yakuza tumbuh semakin besar di Thailand. Sebab di negeri itu, penegakan hukum terhadap gengster model Yakuza tidak menjadi prioritas utama.

Apalagi gaji polisi Thailand juga kecil, hanya sekitar USD 200 per bulan. Sehingga mereka banyak mengurusi diri sendiri daripada orang lain. Banyak anggota polisi menggantungkan hidupnya dari uang hasil korupsi, uang suap dan memeras rumah bordil. Sementara polisi berpangkat tinggi terlibat kejahatan lebih dahsyat lagi.

Mereka terlibat perjudian dengan taruhan besar, perdagangan narkoba dan perdagangan manusia. Belum lagi ada lusinan perwira tinggi polisi Thailand terlibat kasus pencurian, salah satunya pencurian permata kerajaan Arab Saudi senilai USD 20 juta pada 1989. Bahkan tujuh polisi di negeri itu terlibat pembunuhan pada tujuh wisatawan Asia pada 1990, termasuk seorang eksekutif Jepang.

Ada sebuah guyonan di kalangan orang Thailand. "Rakyat Thailand tidak peduli dengan Yakuza karena jumlahnya tidak banyak. Yang lebih dipedulikan justru bagaimana menghadapi mafia lebih besar lagi yaitu polisi Bangkok."

Pada 1998, ekonom dari Universitas Chulalongkorn, perguruan tinggi terkemuka di Thailand, membuat kajian tentang Yakuza. Hasilnya, di negeri itu ada enam aktivitas ilegal yang dilakukan oleh Yakuza, sehingga mereka dapat menghasilkan pendapatan antara USD 8-13 miliar per tahun. Jumlah itu hampir setara dengan Produk Domestik Kotor (GDP) Thailand saat itu.

Semakin lama kondisi perekonomian anggota Yakuza di Thailand juga semakin subur. Mereka membuka perusahaan klub malam, karaoke, toko perhiasan, perusahaan ekspor impor, biro perjalanan yang dipakai untuk transaksi penyelundupan senjata api dan narkoba.

Bahkan, seorang pengusaha anggota Yakuza di Perfektur Saitama, dekat Tokyo, mengelola perusahaan konstruksi di Thailand dan mengekspor traktor kepada orang China. Dia menerima bayaran dalam bentuk senjata api, emas batangan, perhiasan dan jam tangan. Sementara Yakuza lainya bergerak dibisnis mobil curian yang dikirim ke Thailand.

Pada 1994-1995, polisi Jepang berhasil menemukan sedikitnya 130 kendaraan curian diekspor ke Thailand dengan nilai sekitar USD 5 juta yang dilakukan sebuah kelompok Yakuza di Tokyo. Selain itu, Yakuza ini juga melakukan bisnis haram lainya, yakni jual beli spesies binatang langka. Misalnya penemuan 110 ekor kukang (lemur) yang bisa dijual USD 2 ribu per ekor.

Demikian pula perdagangan senjata api di dalam 7 boks berisi 70 ekor berbisa, termasuk 15 kobra dan 30 ekor ular tanah. Intinya, Yakuza telah menguasai perekonomian Thailand secara ilegal dan gelap. Jaringan bisnis hitam mereka di mana-mana, dan telah mampu menguasai para pejabat dan penegak hukum di sana.

Segala hal yang terjadi di Thailand itu merupakan satu pola dan karakter kerja Yakuza di negara yang "gulanya sangat manis" dan pasti akan terjadi di negeri lain juga, tak terkecuali Indonesia. Mereka bakal mendekati aparat penegak hukum, menyuap dengan cara halus karena mereka sangat pintar. Menyuap dengan uang miliaran, membelikan mansion mewah, mobil BMW atau Mercedes Benz, dan fasilitas "wah" lain.

Sehingga aparat penegak hukum itu lupa dengan segala ancaman dan dampak buruk keberadaan para Yakuza itu. Oleh sebab itu, ada baiknya orang Indonesia lebih hati-hati lagi. Anda tentu tidak ingin melihat Indonesia mirip dengan Thailand bukan?

Ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengidentifikasi Yakuza di Indonesia?

1. Perusahaan kecil dan belum memiliki nama, kok bisa mendadak melakukan investasi besar di Indonesia, siapa anda?

2. Cari di Internet, Yahoo atau Google perusahaan tersebut. Kalau perusahaan Jepang yang benar dan baik umumnya tertulis kapan didirikan, siapa CEO-nya, modal kerja, kegiatan bisnis apa, rekanan bisnis trading ke siapa saja. Kalau tidak ada penjelasan itu, perusahaan pantas dipertanyakan.

3. Perusahaan biasanya baru berdiri sekitar tahun 2000 atau lebih baru lagi, misalnya 2010.

4. Transfer finansial, pemindahan uang dilakukan tunai antar negara, dibawa sendiri tunai dari Jepang ke Indonesia dan sebaliknya. Hal ini untuk menghindari penjejakan kantor pajak dan otoritas finansial kedua negara.

5. Penampilan biasa, salaryman, berjas berdasi, pakaian rapi, seperti pengusaha biasa, sulit dideteksi hanya dari penampilan.

6. Kalaupun menggunakan kartu nama, diupayakan sederhana, tidak mentereng, tidak menarik perhatian.

7. Sesama Yakuza biasanya akan menggunakan kode atau bahasa khusus yang biasa dipakai kalangan Yakuza (Bahasa Jepang kalangan preman).

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon