Kepala juru runding PLO, Saeb Erekat, mengecam
serangan yang dilakukan para pemukim ilegal Israel terhadap warga Palestina.
Erekat mengatakan bahwa hal itu diakibatkan budaya kekerasan, kebencian dan
ekstremisme yang didorong oleh pemerintah Israel dengan mengumumkan pembangunan
pemukiman baru.
"Kekerasan pemukim dan penghancuran sembarangan
terhadap properti Palestina merupakan pengulangan dari apa yang dilakukan
Israel dalam skala lebih besar, saat Israel memaksakan pembangunan pemukiman
ilegal di wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur," kata Erekat dalam
sebuah pernyataan.
"Mereka memperlihatkan kekerasan secara penuh
yang mendukung kebijakan pembangunan pemukiman ilegal dan dampaknya terhadap
Palestina," tambahnya.
Pejabat PLO tersebut menambahkan, "Para pemukim
adalah pewaris langsung kebijakan pemerintah Israel yang menghalalkan
penjajahan dan perampasan tanah orang lain, penghancuran rumah-rumah mereka,
pencurian air, pembangunan jalan-jalan terpisah dan pembangunan seluruh kota di
belakang tembok sistem apartheid yang mempromosikan pemukiman dengan merampas
hak-hak dasar dan kebebasan warga Palestina."
"Hasilnya adalah budaya kekerasan, kebencian dan
ekstremisme, di mana para pemukim Israel, umumnya didampingi para serdadu
Israel, mengacau di Tepi Barat, didorong oleh sebuah ideologi yang mengagungkan
tindakan-tindakan semacam itu untuk memperluas Israel, sebuah hal yang didukung
banyak pihak yang saat ini tergabung dalam koalisi Israel," tambah Erekat,
satu hari setelah terjadi kekerasan dan vandalisme para pemukim di Tepi Barat
terjajah.
Komentar Erekat dilontarkan menyusul gelombang
serangan pemukim terhadap warga Palestina, termasuk pencabutan 250 bakal pohon
zaitun pada hari Selasa oleh para penduduk pemukiman ilegal Givat Hayovel.
Pohon-pohon tersebut ditanam oleh para petani Palestina di desa Qaryut untuk
memperingati Hari Bumi.
Pada hari Senin, para pemukim menyerang kompleks
perumahan Serikat Pekerja Palestina di Ein Sinyia, sebelah utara Ramallah.
Dalam aksi brutal tersebut, para pemukim ilegal menghancurkan tangki-tangki air
dan properti di sekelilingnya.
Begitu juga dengan serangan pada minggu lalu di desa
Huwwara, di mana para pemukim menyerang sebuah masjid, melukiskan slogan-slogan
rasis di tembok masjid, membakar dua buah mobil, dan mencabut lebih dari 300
pohon zaitun.
Bukannya mempersiapkan warga Israel untuk perdamaian,
kata Erekat, "Kebijakan-kebijakan pemerintah Israel saat ini justru
mendorong dan memungkinkan pada ekstremis tersebut mengintimidasi dan melakukan
penghancuran seenak perut mereka, dengan didukung gagasan aneh yang menyatakan
bahwa mereka punya "hak suci" untuk mencuri, merusak dan menganiaya
orang lain. Dari kerusakan luar biasa yang diakibatkan para pemukim, terlihat contoh
hasutan Israel yang murni dan sederhana."
Mengenai pemberitaan media Israel pada hari Rabu,
Erekat mengatakan bahwa bahkan sebagian anggota militer Israel mengakui bahwa
kekerasan pemukim memang sengaja dilakukan untuk memantik kerusuhan dan
memprovokasi penduduk Palestina. Ia mengatakan, penolakan Israel untuk
membekukan seluruh pemukiman mengancam harapan untuk menyelamatkan solusi dua
negara, sementara kekerasan pemukim mengancam meningkatkan ketegangan di
kawasan Palestina terjajah.
"Pemukiman adalah hambatan terbesar perdamaian
dan ancaman terbesar terhadap solusi dua negara. Semua orang dalam komunitas
internasional mengakui hal ini. Pemukiman ilegal tak ubahnya lubang hitam yang
menyedot seluruh harapan perdamaian," kata Erekat.
"Palestina ingin perdamaian dan kebebasan,
pemerintah Israel ingin pemukiman dan apartheid. Saat Palestina membangun
negara, para pemukim ilegal Israel tetap bermaksud menghancurkan segala yang
ada di depan mereka. Seperti itulah persaman dasar yang kita hadapi saat ini, dan
tantangan dasar yang dihadapi komunitas internasional," pungkas Erekat.
Akhir tahun lalu, Erekat mengecam pemungutan suara
kabinet Israel untuk mengalirkan jutaan shekel uang ke pemukiman ilegal di Tepi
Barat.
Kabinet itu meloloskan sebuah peta prioritas nasional
baru pada Senin malam yang berisi hirarki fokus perhatian dan pendanaan
pemerintah.
Daftar area prioritas untuk pertama kalinya memasukkan
enam pemukiman Tepi Barat dengan total populasi sekitar 110.000 jiwa.
"Tujuan peta prioritas nasional Israel telah
jelas, yaitu sebagai cetak biru perluasan "penjajahan" pemukiman di masa
depan," ujar Erekat.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon