Minggu, 24 Maret 2013

"YAHUDI YANG MENJUAL TANAHNYA KEPADA ARAB ADALAH MUSUH"




Orang Yahudi yang menjual tanah ke orang Arab di Israel tidak boleh memimpin doa di sinagog, tidak memiliki hak untuk memberikan berkat pada saat pembacaan kitab Taurat, tidak dihitung suaranya dalam sebuah kuorum yang dibutuhkan untuk doa bersama dan dianggap sebagai kaki tangan musuh Israel, menurut keputusan secara halachic (hukum agama Yahudi yang berasal dari kitab suci) pada Senin malam oleh sekelompok rabbi yang menamakan dirinya "Sanhedrin Baru" (Pengadilan Agung di masa Yerusalem kuno).

Profesor Hillel Weiss, juru bicara Sanhedrin, mengatakan bahwa meskipun penjual tanah ke orang-orang Arab itu telah membantu musuh rakyat Yahudi, bukan berarti mereka berdosa dan harus dihukum mati.

Para rabbi yang berpartisipasi dalam sebuah pertemuan yang digelar di Pisgat Zeev Senin malam itu antara lain Ketua Safed Rabbi Shmuel Eliyahu, Rabbi Ya'acov Yosef, putra dari mentor Shas Rabbi Ovadia Yosef, dan mantan anggota kongres United Torah Judaisme , Rabbi Menachem Porush, 93.

Dalam keputusan mereka, Sanhedrin menjelaskan latar belakang sejarahnya, "Dalam beberapa tahun belakangan ini sebuah fenomena telah muncul di mana kaum Arab membeli rumah-rumah dan tanah di kawasan Yahudi dan dengan cara tersebut lambat laun mereka akan membeli sejumlah kawasan."
Sumber yang dekat dengan Sanhedrin mengatakan bahwa keputusan yang bersifat halachic itu merupakan sebuah respon dari penjualan tanah dan apartemen di French Hill, Pisgat Zeev dan kawasan Yahudi lainnya ke orang-orang Arab.

Blokade yang dibangun di Yerusalem dan memisahkan area Palestina dengan Yahudi mungkin merupakan bagian dari alasan meningkatnya pembangunan rumah kaum Arab di kawasan Yahudi. Hal tersebut juga lumrah mengingat banyaknya wilayah di Palestina yang dipenuhi rumah-rumah ilegal para pengungsi Yahudi.

Eliyahu, yang mengatakan bahwa ia tidak menandatangani keputusan halachic tersebut, menjelaskan bahwa fenomena penduduk Arab membeli tanah milik orang Yahudi telah meningkat sebagai akibat dari pendanaan yang diberikan oleh Eropa dan Saudi untuk mendukung gerakan tersebut.

"Setiap komunitas memiliki hak untuk memberikan sanksi terhadap anggota yang menjual tanahnya ke orang Arab," ujar Eliyahu.

"Seorang Yahudi yang memfasilitasi hal ini telah melanggar hukum, meskipun jika ia hanya ingin menyewakannya kepada mereka."

Eliyahu mengatakan bahwa di kotanya sendiri, Safed, seorang Yahudi yang menjual tanah ke orang Arab diboikot oleh komunitas. "Ia memiliki sebuah toko bahan makanan dan orang-orang memboikotnya."

Halakah melarang penjualan tanah Israel yang dimiliki oleh kaum Yahudi ke non Yahudi. Namun, tidak ada larangan dalam hukum Yahudi terhadap seseorang yang telah melakukan itu untuk berpartisipasi dalam kegiatan ibadah bersama.

Sementara itu, pada bulan Juni lalu, Rabbi ortodoks Yahudi, Manis Friedman, dari St. Paul, Minnesota, telah memberikan pernyataan bahwa Israel harus menghancurkan tempat-tempat suci Islam dan membantai warga sipil dalam apa yang disebutnya sebagai "cara Yahudi" untuk bertarung dalam "peperangan moral".

Pernyataan tersebut dilontarkan sebagai tanggapan atas pertanyaan, "Bagaimana seharusnya kaum Yahudi memperlakukan para tetangga Arab mereka?" yang dimuat dalam majalah Yahudi Moment edisi Mei/Juni, dalam sebuah kolom yang diberi judul "Tanyakan kepada para Rabbi". Majalah tersebut menulis berbagai tanggapan dalam kolom tersebut. Tanggapan-tanggapan tersebut dikemukakan oleh sembilan rabbi yang berbeda, masing-masing rabbi mewakili berbagai sekolah dan disiplin yang berbeda, dan masing-masing sekolah mewakili pola pikir Yahudi yang berbeda pula. Para rabbi yang diambil pendapatnya dalam jajak pendapat tersebut ada yang independen, humanis, reformis, ortodoks modern, pembaharu, berpikiran membangun, konservatif, aliran Sephardic dan Chabad.

Rabbi Friedman yang mewakili seksi Chabad dalam artikel tersebut mengemukakan pendapatnya seperti berikut:
"Saya sama sekali tidak percaya dengan moralitas Barat. Misalnya, jangan membunuh warga sipil, jangan menghancurkan tempat suci, jangan bertempur di hari besar, jangan meledakkan pemakaman, jangan menembak hingga lawan menembak terlebih dahulu karena hal tersebut tidak bermoral. Namun, saya tidak mempercayai itu semua, omong kosong! Satu-satunya cara yang paling benar adalah mempergunakan tata cara Yahudi: Hancurkan tempat suci mereka (umat Islam). Kemudian bunuh semua pria, wanita, anak-anak, termasuk juga binatang peliharaan mereka."

Pernyataan Friedman itu dimentahkan oleh rabbi Fred Schindler Dodd, asal Maryland, yang dalam tanggapannya mengatakan, "Saat-saat dimana saya merasa paling benci menjadi seorang Yahudi adalah ketika saya harus menyaksikan ratusan orang yang meneriakkan protes terhadap masalah Yerusalem, mavet lAravim (pembantaian warga Arab). Namun saya merasa senang jika melihat ada rekonsiliasi dan kerukunan, saat-saat tersebut adalah saat-saat yang membanggakan. Saya ingin menyerukan kepada semua orang untuk saling hidup berdampingan, semoga seluruh manusia penghuni tanah suci dan bumi ini mendapatkan keadilan dan kedamaian."

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon