Setiap jelang Ramadan, harga kebutuhan pokok masyarakat cenderung naik. Bahkan kenaikan ini kadang di atas kewajaran.
Untuk mencegah harga kian melambung, pemerintah terpaksa membuka keran impor sehingga pasokan tidak terhambat. "Kadang proses mendatangkan dari luar negeri juga tidak seefisien dan seefektif seperti kita aspirasikan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan saat berbincang dengan merdeka.com dan tabloid Prioritas Senin lalu di ruang kerjanya, kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Berikut penuturan Gita Wirjawan kepada Alwan Ridha Ramdani, Ardyan Mohamad Erlangga, dan juru foto Muhamad Lufhi Rahman serta beberapa jurnalis dari Prioritas.
Bagaimana kesiapan Kementerian Perdagangan menghadapi gejolak harga saat Ramadan?
Secara keseluruhan, ketersedian pasok relatif bisa terjamin. Kalau pasokan cukup, apalagi lebih dari cukup buat kebutuhan nasional, tentu sangat bisa menjaga stabilitas harga.
Mungkin ada beberapa pengecualian: keterlambatan panen, sistem distribusi, psikologi, dan aji mumpung, dan asimetri informasi. Artinya informasi didapat konsumen kadang agak beda dengan informasi mestinya yang harus didapatkan konsumen. Dinamika masing masing faktor ini sangat bisa membuahkan gejolak. Kalau kita perhatikan secara umum relatif aman.
Ada beberapa (harga) komoditas naik, seperti daging sapi. Permintaannya semakin meningkat karena masyarakat negara ini semakin banyak mengkonsumsi daging sapi lebih banyak daripada sebelumnya. Kita akan mengarah agar konsumsi protein itu lebih meningkat. Kalau (pasokan) kurang, kita harus datangkan dari luar negeri. Kadang proses mendatangkan dari luar negeri juga tidak seefisien dan seefektif seperti kita aspirasikan.
Paling dikhawatirkan faktor aji mumpung tadi?
Kalau saya bilang tidak bisa dikatakan paling. Semuanya bisa dipalingin. Cukup terdistibusi unsur-unsur itu.
Apakah ada cara khusus untuk mengendalikan aji mumpung itu?
Ada. Cara khususnya, kita berdoa dan berkomunikasi dengan masing masing pemangku kepentingan agar mereka tidak mengajimumpungkan. Kita hanya bisa mengimbau kepada mereka, kita ada mekanisme kalau kalian begini terus paling apesnya bisa diberikan sanksi. Kalau tidak terlalu apes banget, kita bisa ambil sikap-sikap tertentu.
Tidak bisakah minta memotong pola tata niaga distribusi barang?
Tidak. Tidak semuanya bisa digeneralisir karena ini sudah puluhan atau ratusan tahun sistemnya seperti itu. Titik temu antara penjual dan pembeli tidak hanya di pasar saja. Ada rantai pasok, belum lagi truk, angkot, sepeda motor, becak mentransportasikan komoditas tersebut.
Apa hasil pantauan jelang Ramadan?
Saya rasa kalau lihat tabel, ada kenaikan beberapa harga. Yang naik tentunya cabe rawit dan daging sapi, naik sejak beberapa bulan lalu dan cukup stabil di atas. Cabe karena suplai dan permintaan, bukan aji mumpung, persoalan laten, atau karena kita tidak bisa berkoordinasi.
Cabe rawit setiap tahun semestinya sangat bisa dipenuhi kebutuhannya, tapi telah terjadi sedikit karena anomali cuaca, kemarau basah sehingga panen tidak bisa. Kejadian waktu tidak bisa diantisipasi tapi bukan berarti tidak ada pasok.
Langkahnya?
Kementerian Pertanian dan kita (Kementerian Perdagangan) mengambil sikap untuk mengimpor beberapa produk, termasuk cabe. Kentang sudah ditentukan sejak awal tahun dengan memperhitungkan durasi dan waktu panen. Kalau kita menginpor bawang merah bukan karena kita suka impor, bukan mau menghukum produsen nasional, tapi ada waktu-waktu tertentu di Brebes, Palu, dan tempat-tempat lain belum panen.
Ini karena aji mumpung harga naik?
Saya rasa saya tidak ngomong gitu, tapi ini satu dari lima unsur.
Kalau distribusinya lancar?
Nah ini harus kita ingatkan kawan-kawan pedagang. Saya rasa sistem distribusi untuk kepentingan beras dan komoditas lainnya cukup efisien, tinggal nanti psikologisnya saja.
Seperti biasa, tiap lebaran masalah kita adalah di Pelabuhan Merak. Apakah sudah ada antisipasi soal ini?
Dibicarakan dengan segala kelebihan dan keterbatasan. Saya rasa ada hal tidak segampang membalikkan tangan untuk menyelesaikan masalah logistik. Saya rasa untuk mempelancar kedatangan kawan-kawan di pulau Jawa dan Sumatera sudah dimaksimalkan upaya-upayanya oleh pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga. Tapi secara spesifik atau detail untuk memperpendek lagi, apa langkah-langkahnya, belum.
Apakah mungkin pasokan utama dulu masuk?
Sekarang gini, kita bisa bicara komoditas, kalau komoditas apa, sapi? Sapi ini gejolak harga lebih terjadi di Jabodetabek. Jadinya kalau bisa melakukan peningkatan distribusi di Jabodetabek, semestinya bisa menyejukkan suasana.
Kalau ayam, pasok secara nasional cukup sangat terdistribusi. Mungkin kalau cabe, sepengetahuan saya di Jawa. Kalau mudiknya lebih banyak ke Sumatera, orang-orang ke Sumatera suka cabe mungkin ada efek harga naik. Kita harus ambil sikap, mudah-mudahan tidak kejadian kemacetan lebih dari batas proporsional.
Biodata
Nama:
Gita Irawan Wirjawan
Tempat dan Tangal Lahir:
Jakarta, 21 September 1965
Jabatan:
Menteri Perdagangan (2011-sekarang)
Ketua Umum PBSI (2012- sekarang)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (2009-2012)
Direktur Utama Ancora Capital (2008)
Presiden Direktur JP Morgan Indonesia (2006-2008)
Pendidikan:
S1-University of Texas
S2-Administrasi Bisnis Baylor University
S2-Administrasi Publik Harvard University
Untuk mencegah harga kian melambung, pemerintah terpaksa membuka keran impor sehingga pasokan tidak terhambat. "Kadang proses mendatangkan dari luar negeri juga tidak seefisien dan seefektif seperti kita aspirasikan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan saat berbincang dengan merdeka.com dan tabloid Prioritas Senin lalu di ruang kerjanya, kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Berikut penuturan Gita Wirjawan kepada Alwan Ridha Ramdani, Ardyan Mohamad Erlangga, dan juru foto Muhamad Lufhi Rahman serta beberapa jurnalis dari Prioritas.
Bagaimana kesiapan Kementerian Perdagangan menghadapi gejolak harga saat Ramadan?
Secara keseluruhan, ketersedian pasok relatif bisa terjamin. Kalau pasokan cukup, apalagi lebih dari cukup buat kebutuhan nasional, tentu sangat bisa menjaga stabilitas harga.
Mungkin ada beberapa pengecualian: keterlambatan panen, sistem distribusi, psikologi, dan aji mumpung, dan asimetri informasi. Artinya informasi didapat konsumen kadang agak beda dengan informasi mestinya yang harus didapatkan konsumen. Dinamika masing masing faktor ini sangat bisa membuahkan gejolak. Kalau kita perhatikan secara umum relatif aman.
Ada beberapa (harga) komoditas naik, seperti daging sapi. Permintaannya semakin meningkat karena masyarakat negara ini semakin banyak mengkonsumsi daging sapi lebih banyak daripada sebelumnya. Kita akan mengarah agar konsumsi protein itu lebih meningkat. Kalau (pasokan) kurang, kita harus datangkan dari luar negeri. Kadang proses mendatangkan dari luar negeri juga tidak seefisien dan seefektif seperti kita aspirasikan.
Paling dikhawatirkan faktor aji mumpung tadi?
Kalau saya bilang tidak bisa dikatakan paling. Semuanya bisa dipalingin. Cukup terdistibusi unsur-unsur itu.
Apakah ada cara khusus untuk mengendalikan aji mumpung itu?
Ada. Cara khususnya, kita berdoa dan berkomunikasi dengan masing masing pemangku kepentingan agar mereka tidak mengajimumpungkan. Kita hanya bisa mengimbau kepada mereka, kita ada mekanisme kalau kalian begini terus paling apesnya bisa diberikan sanksi. Kalau tidak terlalu apes banget, kita bisa ambil sikap-sikap tertentu.
Tidak bisakah minta memotong pola tata niaga distribusi barang?
Tidak. Tidak semuanya bisa digeneralisir karena ini sudah puluhan atau ratusan tahun sistemnya seperti itu. Titik temu antara penjual dan pembeli tidak hanya di pasar saja. Ada rantai pasok, belum lagi truk, angkot, sepeda motor, becak mentransportasikan komoditas tersebut.
Apa hasil pantauan jelang Ramadan?
Saya rasa kalau lihat tabel, ada kenaikan beberapa harga. Yang naik tentunya cabe rawit dan daging sapi, naik sejak beberapa bulan lalu dan cukup stabil di atas. Cabe karena suplai dan permintaan, bukan aji mumpung, persoalan laten, atau karena kita tidak bisa berkoordinasi.
Cabe rawit setiap tahun semestinya sangat bisa dipenuhi kebutuhannya, tapi telah terjadi sedikit karena anomali cuaca, kemarau basah sehingga panen tidak bisa. Kejadian waktu tidak bisa diantisipasi tapi bukan berarti tidak ada pasok.
Langkahnya?
Kementerian Pertanian dan kita (Kementerian Perdagangan) mengambil sikap untuk mengimpor beberapa produk, termasuk cabe. Kentang sudah ditentukan sejak awal tahun dengan memperhitungkan durasi dan waktu panen. Kalau kita menginpor bawang merah bukan karena kita suka impor, bukan mau menghukum produsen nasional, tapi ada waktu-waktu tertentu di Brebes, Palu, dan tempat-tempat lain belum panen.
Ini karena aji mumpung harga naik?
Saya rasa saya tidak ngomong gitu, tapi ini satu dari lima unsur.
Kalau distribusinya lancar?
Nah ini harus kita ingatkan kawan-kawan pedagang. Saya rasa sistem distribusi untuk kepentingan beras dan komoditas lainnya cukup efisien, tinggal nanti psikologisnya saja.
Seperti biasa, tiap lebaran masalah kita adalah di Pelabuhan Merak. Apakah sudah ada antisipasi soal ini?
Dibicarakan dengan segala kelebihan dan keterbatasan. Saya rasa ada hal tidak segampang membalikkan tangan untuk menyelesaikan masalah logistik. Saya rasa untuk mempelancar kedatangan kawan-kawan di pulau Jawa dan Sumatera sudah dimaksimalkan upaya-upayanya oleh pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga. Tapi secara spesifik atau detail untuk memperpendek lagi, apa langkah-langkahnya, belum.
Apakah mungkin pasokan utama dulu masuk?
Sekarang gini, kita bisa bicara komoditas, kalau komoditas apa, sapi? Sapi ini gejolak harga lebih terjadi di Jabodetabek. Jadinya kalau bisa melakukan peningkatan distribusi di Jabodetabek, semestinya bisa menyejukkan suasana.
Kalau ayam, pasok secara nasional cukup sangat terdistribusi. Mungkin kalau cabe, sepengetahuan saya di Jawa. Kalau mudiknya lebih banyak ke Sumatera, orang-orang ke Sumatera suka cabe mungkin ada efek harga naik. Kita harus ambil sikap, mudah-mudahan tidak kejadian kemacetan lebih dari batas proporsional.
Biodata
Nama:
Gita Irawan Wirjawan
Tempat dan Tangal Lahir:
Jakarta, 21 September 1965
Jabatan:
Menteri Perdagangan (2011-sekarang)
Ketua Umum PBSI (2012- sekarang)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (2009-2012)
Direktur Utama Ancora Capital (2008)
Presiden Direktur JP Morgan Indonesia (2006-2008)
Pendidikan:
S1-University of Texas
S2-Administrasi Bisnis Baylor University
S2-Administrasi Publik Harvard University
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon