Sesungguhnya
kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi, dan kami telah memberikannya
jalan untuk mencapai sesuatu.
Dialah
Raja Muslim yang sangat berkuasa namun saleh. Daerah taklukannya membentang
dari bumi bagian barat sampai timur. Ia mendapat julukan Iskandar
“Zulkarnain”. “Zul”, artinya “memiliki”, Qarnain,
artinya “Dua Tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang memiliki
kekuasaan antara timur dan barat.
Dia
juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu,
diantara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari
besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pengunungan Kaukasus.
Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.
Secara
topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari laut
Hitam sampai ke laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada
bagian kecil sempit yang disebut celah Darial sepanjang 100 Meter
kurang lebih. Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang
dari Ya’juj dan Ma’juj.
Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar “Alexander The Great”, Alexander Yang Agung”. Belakangan cerita ini diadaptasi ke film layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone, dengan judul Alexander The Great.
Namun cerita dari orang-orang barat tersebut sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.
Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar “Alexander The Great”, Alexander Yang Agung”. Belakangan cerita ini diadaptasi ke film layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone, dengan judul Alexander The Great.
Namun cerita dari orang-orang barat tersebut sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.
Sejarawan
Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan
Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama,
yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok
yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun.
“Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas
kedua orang itu,” katanya.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya – Qarnun, yaitu rambut kepala yang di ikat – sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik duaTanduk, serta memberinya kekuasaan.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya – Qarnun, yaitu rambut kepala yang di ikat – sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik duaTanduk, serta memberinya kekuasaan.
Cerita
yang sama juga di jumpai dalam kitab Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, karangan
Syekh Al-Aiji Asy-Syafi’i. Dalam kitab tersebut disebutkan, Zulkarnain adalah
seorang hamba yang taat kepada Allah dan mengajak kaumnya menyembah Allah. Lalu
mereka memukul tanduknya yang kanan hingga mati. Kemudian Allah menghidupkannya
lagi, dan dia kembali mengajak kaumnya mengesakan Allah. Tetapi mereka malah
memukul tanduknya yang kiri hingga mati lagi. Lalu Allah menghidupkannya lagi
dan menganugrahinya kekuasaan yang tak tertandingi. Oleh karena itu ia dijuluki
Zulkarnain.
Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Imam
Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi,
menceritakan, sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak
mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga
menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya
kewibawaan.
Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman, “Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi. Mereka terbagi dalam beberapa golongan.”
Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman, “Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi. Mereka terbagi dalam beberapa golongan.”
Mendapat
amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah
menugasiku melakukan seuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali
engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan
kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan
mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula
aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan.”
Kemudian
Allah SWT berfirman”Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku
akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan
memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa
memahami segala sesuatu, meudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang
sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu,
melipatgandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun,
menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani
meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun,
menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan
pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga
tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan
menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu,
dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu
Alexander
Yang Agung, Penyatuan Timur dan Barat
Sejak
kecil, Iskandar sudah tidak senang melihat peperangan antara timur, yaitu
kerajaan Persia, dan Barat, Kerajaan Romawi. Perang itu tak ada hentinya dari
tahun ke tahun, malah dari abad ke abad. Ribuan manusia tewas, kerugian harta
benda tak terhitung lagi jumlahnya, apalagi kerusakan lingkungan hidup,
merugikan manusia itu sendiri.
Untuk
menghentikan permusuhan antara timur dan barat, Iskandar bercita-cita
mendirikan sebuah kerajaan yang dapat menyatukan wilayah timur dan barat. Iskandar
pun tumbuh menjadi manusia dewasa yang saleh, berakhlak dan berbudi tinggi.
Atas segala kesalehannya itu, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan
yang dimiliki oleh seorang pemimpin, lalu Allah memerintahkan untuk menyeru
manusia kepada agama tauhid.
Mula-mula
dengan tentaranya yang lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilaya Maroko,
tempat terbenamnya matahari. Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang
berlumpur, lautan Atlantik sekarang ini.
Di
situ ia bertemu dengan bangsa yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan.
Bukan saja merusak permukaan bumi dan mengacaukannya, tetapi juga sudah menjadi
tabiat mereka suka membunuh orang-orang yang tidak bersalah sekalipun. Bahkan
mereka tidak beragama.
Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam, apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan, atau akan dibiarkan begitu saja?
Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam, apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan, atau akan dibiarkan begitu saja?
Allah
lalu memberinya dua pilihan: digempur habis-habisan sebagai balasan atas
kekejaman mereka, atau di ajar dan didik agar mereka kembali kepada kebenaran
dan menyembah Allah serta meninggalkan segala kejahatan.
Iskandar
Zulkarnain memutuskan menggempur mereka yang durhaka dan jahat, sedangkan orang
yang baik akan dilindungi. Sebelumnya ia berkata kepada bangsa tersebut, “Siapa
yang aniaya, akan kami siksa dan dikembalikan kepada Tuhan, agar Tuhan
memberikan siksa yang lebih pedih lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik,
akan kami lindungi, dan kepadanya kami hanya akan memerintahkan kewajiban-kewajiban
yang ringan.”
Kemudian
tentaranya bergerak menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang
yang baik. Akhirnya negeri itu dapat diamankan dan di tentramkan serta di atur
sebaik-sebaiknya, penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur,
Setelah
selesai menunaikan kewajiban terhadap bangsa dan negeri itu, Iskandar dengan
tentaranya menuju ke arah timur, India. Dilihatnya matahari di atas bangsa yang
musyrik, yang menyembah banyak tuhan, yaitu bangsa Hindustan.
Bangsa
dan negeri itu pun dapat ditaklukkan, diamankan dan ditentramkannya, serta
diatur sebaik-baiknya sehingga setiap orang dapat merasakan hidup aman, tentram
dan bahagia. Bangsa itu juga dapat dikeluarkan dari lembah kesesatan.
Selesailah
sudah kewajibannya terhadap bangsa dan negeri itu. Ia lalu menuju ke utara,
negeri Armenia, melalui Persia dan Azarbaijan. Kemenangan demi kemenangan
dicapainya selama dalam perjalanan itu, akhirnya sampailah di suatu tempat, di
sana ia bertemu dengan suatu bangsa yang selalu dalam ketakutan dan ke
khawatiran, karena ternyata negeri itu berbatasan dengan bangsa Ya’juj
dan Ma’juj yang terkenal kuat dan kejam. Bukan sekali dua kali
saja, tetapi seringkali bangsa Ya’juj dan Ma;juj itu datang menyerang mereka,
menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh siapa saja yang
dijumpainya.
Kedatangan
Iskandar ini, mereka sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, karena
mereka tahu dari kabar yang beredar bahwa Iskandar adalah Raja yang kuat dan
paling adil di muka bumi ini. Lalu mereka meminta bantuan kepada Iskandar, agar
dilindungi dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka memohon supaya antara negeri
mereka dan negeri Ya’juj dan Ma’juj dibangun dinding raksasa yang tidak dapat
ditembus. Sebagai imbalannya mereka sanggup membayar mahal Iskandar.
Mendengar permohonan itu, Iskandar
Zulkarnain menjawab, “Saya tidak mengharapkan upah dari kalian, nikmat dan
pemberian Tuhanku lebih berharga daripada upah itu. Hanya kepada kalian saya
minta kaum pekerja dan alat-alatnya: besi, tembaga, arang batu dan kayu.”
|
Setelah
semuanya terkumpul, ia mulai bekerja dengan bantuan para pekerja. Mula-mula
menyalakan api dengan kayu dan arang batu, diambilnya besi, lalu dileburkannya
dengan api, setelah besi itu mencair, dituangkannya tembaga, dan diaduk menjadi
satu. Dengan bahan campuran inilah di dirikan dinding raksasa antara negeri itu
dan negeri Ya’juj dan Ma’juj. Dinding besi raksasa itu tidak dapat di tembus
dan di lubangi oleh siapapun dan oleh apapun.
“Dinding ini adalah rahmat dari Tuhan
kepada kalian, hanya tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, jika
dikehendakinya,” kata Iskandar. Maka aman dan tentramlah negeri tersebut.
|
Iskandar
Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri yang terbentang antara timur dan
barat. Dengan demikian cita-citanya untuk mempersatukan kerajaan di timur dan
barat tercapai. Negeri yang berada di bawah kekuasaannya, antara lain Maroko,
Romawi, Yunani, Mesir, Persia dan India.
Berkat
ilmu dan pengetahuannya yang luas, serta dasar ketuhanan yang selalu dipagang
teguh dalam mendirikan kerajaan yang besar itu. Penduduknya hidup dengan aman,
tentrem dan makmur. Kebesaran dan kejayaan itu tidak membuatnya buta dan lupa
akan nikmat yang diberikan Allah SWT.
Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Zulkarnain (Bagian Ketiga)
Menurut
Khair Ramdhan Yusuf, dalam bukunya Iskandar Zulkarnain, Panglima Perang,
penakluk dan pemerintah yang saleh, kajian terperinci menurut Al-Qur’an, Sunah
dan Sejarah, terbitan Malaysia, ada empat sosok yang berkaitan dengan nama
Iskandar Zulkarnain. Yaitu, Iskandar Macedonia, Zulkarnain Al-Hamiri, Raja
Himyar, seorang lelaki saleh pada zaman Nabi Ibrahim, dan Kursh Al-Akhmini
Al-Farisi.
Kendati
begitu kita dapat membaca dengan jelas kisah Iskandar Zulkarnain ini dalam
Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 83 sampai 98, yang artinya, “Mereka akan bertanya
kepadamu Muhammad, tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu
cerita tentangnya.”
“Sesungguhnya kami telah memberi
kekuasaan kepadanya di bumi, dan kami telah menberikan kepadanya jalan untuk
mencapai segala sesuatu, maka ia pun menempuh jalan tersebut. Hingga apabila
telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, ia melihat matahari terbenam di
dalam laut yang berlumpur hitam, dan ia mendapatinya di situ segolongan umat”.
Kami berkata, “Hai Zulkarnain kamu
boleh menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.”
|
Berkata
Zulkarnain, “Adapun orang yang aniaya, kami kelak akan mengazabnya, kemudian ia
kembali kepada Tuhannya, lalu tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya.
Adapun orang yang beriman dan beramal saleh, baginya pahala yang terbaik
sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya yang mudah dari
perintah-perintah kami.”
Kemudian ia menempuh jalan lagi, hingga apabila telah sampai ke tempat terbitnya matahari ia mendapati matahari yang menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari matahari itu.”
Kemudian ia menempuh jalan lagi, hingga apabila telah sampai ke tempat terbitnya matahari ia mendapati matahari yang menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari matahari itu.”
Demikianlah,
dan sesungguhnya ilmu kami meliputi segala apa yang ada padanya, Zulkarnain.
Kemudian ia menempuh suatu jalan lagi, sehingga apabila telah sampai diantara
dua buah gunung ia mendapati kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak
mengerti pembicaraan.
Mereka
berkata, “Hai, Zulkarnain sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Zulkarnain berkata, “apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku adalah
lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan agar aku membuatkan dinding
antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.”
Hingga ketika besi itu telah sama rata
dengan kedua gunung itu, berkatalah Zulkarnain, “Tiuplah, dan katika besi itu
sudah menjadi api, ia pun berkata, berilah aku tembaga untuk aku tuangkan ke
atas besi panas itu.”
|
Maka
mereka, Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa melubanginya.
Zulkarnain
berkata, “Ini adalah rahmat dari Tuhanku. Maka apabila sudah datang janji
tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah
benar.”
Zulkarnain, Nabi Ibrahim dan Nabi Khidir
Sungguhpun
kekuasaan dan keperkasaannya tak tertandingi, akhlak dan hatinya selembut
sutra, hingga karenanya ia mudah menyerap bukti kebenaran Ilahi. Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menceritakan, suatu ketika Iskandar
Zulkarnain mendatangi suatu kaum yang tidak memiliki harta benda apapun yang
bisa di nikmati. Lalu ia mengirim surat kepada Raja mereka dan berpesan agar
Raja bersedia membalas suratnya.
Namun Raja itu menolak permintaan Zulkarnain, malah sebaliknya, ia berkata, jika Zulkarnain merasa ada kepentingan dengannya, sebaiknya dialah yang datang menemuinya.
Namun Raja itu menolak permintaan Zulkarnain, malah sebaliknya, ia berkata, jika Zulkarnain merasa ada kepentingan dengannya, sebaiknya dialah yang datang menemuinya.
Maka Zulkarnain pun pergi menemui Raja
mareka, “Aku telah mengirimkan surat kepadamu dan memintamu datang kepadaku,
tetapi kamu menolak, maka aku datang kepadamu,” kata Zulkarnain setelah
sampai di istana Raja.
Sang Raja pun berkata, “Seandainya aku membutuhkanmu, aku pasti akan datang kepadamu.” |
Sebagaimana
jika aku melihatmu berada dalam suatu keadaan yang tak pernah dialami oleh
siapapun?” tanya Zulkarnain.
“Apa
itu?” sang Raja belik bertanya. “Kalian tidak memiliki harta dunia apapun.
Kenapa kalian tidak memiliki emas dan perak hingga kalian bisa menikmatinya?”
balas Zulkarnain.
“Tetapi
kami membenci dua hal tersebut, karena seorang tidak mendapat apapun dari emas
dan perak itu, kecuali hanya menginginkannya lebih dari itu,” jawab raja itu
dengan tangkas.
Zulkarnain melanjutkan pertanyaannya, “Apa maksud kalian menggali kuburan lalu setelah itu kalian menjaganya, membersihkannya, dan sembahyang di sana?”
Zulkarnain melanjutkan pertanyaannya, “Apa maksud kalian menggali kuburan lalu setelah itu kalian menjaganya, membersihkannya, dan sembahyang di sana?”
Raja
itu kembali menjawab, “Kami ingin, jika kami memandang kuburan-kuburan itu dan
mengharapkan dunia, kuburan-kuburan itu akan menghalangi kami dari harapan
itu.”
Zulkarnain bertanya lagi, “Aku melihat kalian tidak memiliki makanan kecuali sayur sayuran, kenapa kalian tidak memiliki hewan ternak, hingga kalian dapat memerah susunya, menungganginya dan menikmatinya?”
Zulkarnain bertanya lagi, “Aku melihat kalian tidak memiliki makanan kecuali sayur sayuran, kenapa kalian tidak memiliki hewan ternak, hingga kalian dapat memerah susunya, menungganginya dan menikmatinya?”
Mereka
menjawab, “Kami tidak suka menjadikan perut kami sebagai kuburan bagi binatang
itu. Dan kami melihat di dalam tumbuh-tumbuhan itu faedah yang besar. Cukuplah
anak adam memiliki kehidupan yang rendah karena makanan. Dan makanan apa saja
yang melewati rahang bawah kami rasanya sama saja seperti makanan yang pernah
kami makan sebelumnya.”
Setelah
Zulkarnain meninggalkan raja itu dengan kagum dan menjadikan penjelasannya
sebagai sebuah nasehat yang berharga.
Dalam
setiap perjalananya, Zulkarnain selalu memperlakukan bangsa dan suku yang
ditaklukkannya dengan amat baik dan santun. Tak mengherankan jika ia menuai
kesuksesan dan selalu mendapatkan dukungan dari daerah yang telah di kuasainya.
Selain itu, Zulkarnain juga didampingi seorang penasihat kerajaan yang baik dan sangat luas pengetahuannya, yang tiada lain adalah Nabi Khidir AS.
Selain itu, Zulkarnain juga didampingi seorang penasihat kerajaan yang baik dan sangat luas pengetahuannya, yang tiada lain adalah Nabi Khidir AS.
Sebagian
ulama menyebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Khidir AS, lalu
mengajarkan Wahyu tersebut kepada Zulkarnain.
Seorang
mufassir lain, Al-Alusi, dalam kitab tafsirnya Ruhul Ma’ani, berkata,
“Mungkin Khidir adalah salah satu pembesar kerajaan, seperti perdana
mentrinya, karena tidak tertutup kemungkinan bahwa Zulkarnain
bermusyawarah dengan orang lain saat menghadapi suatu masalah. Sebab pada saat
itu, istilah yang dikenal untuk menyebut orang pandai, termasuk Nabi, adalah “Ahli
Hikmah”. selain itu, pada masa-masa dahulu, para Nabi juga sering disebut
dengan istilah “Orang bijak,” atau “Hakim”.
Wahab
bin Munabbah dalam kitabnya At-Tijan mengisahkan, pada suatu ketika
Nabi Khidir AS berkata kepada Zulkarnain, Wahai Tuanku, tuan membawa suatu amanat
yang seandainya diberikan kepada langit, langit itu akan runtuh, jika diberikan
kepada Gunung, maka Gunung itu akan roboh, dan jika diberikan kepada Bumi, maka
bumi itu akan terbelah. Tuanku telah diberi kesabaran dan kemenangan. Tuanku
akan melihat suatu kaum yang menyembah sesama manusia dan mereka adalah
musuh-musuh Allah, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Allah adalah penuntut tidak akan
terkelabui oleh orang-orang yang melarikan diri, dan tidak akan dikalahkan oleh
orang yang “Menang”.
Kata Nabi Khidir lagi, “Wahai tuanku,
ambillah apa yang telah diberikan Allah SWT kepada tuan dengan keteguhan hati
dan sungguh-sungguh. Jadikanlah kesabaran sebagai pakaian, kebenaran sebagai
pegangan hidup, dan takut kepada Allah sebagai perlindungan yang menumbuhkan
amal pada tuan, dan tuan akan tenang dari ketakutan akan datangnya ajal.
Ambillah pedang Allah dengan tangan tuan, karena tidak ada orang yang dapat
menolong dan tidak ada orang yang dapat mencegah kemenangan. Cukuplah bagi
tuan, Allah sebagai penolong tuan.”
|
Dalam
Almuhadlarah al-Awali, kitab yang dikutip Ibnu Katsir, disebutkan,
suatu ketika Nabi Ibrahim AS bertemu dengan Zulkarnain di Mekah. Nabi Ibrahim
Memeluk dan menjabat tangan Zulkarnain serta memberinya bendera. Lalu ia
mengikuti syariat yang dibawa oleh Nabi itu dan menyeru kepada manusia agar
berpegang teguh pada syariat tersebut.
Hal ini dikuatkan kembali oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat Nabi SAW, Ubaid bin Umair dan anaknya, Abdullah, yang menyatakan, selama masa jayanya, Iskandar Zulkarnain pernah melaksanakan haji dengan berjalan kaki. Ketika Nabi Ibrahim mendengar berita tersebut, beliau menemuinya seraya menyeru kepada agama Tauhid dan memberikan beberapa nasehat. Nabi Ibrahim juga membawakan Zulkarnain seekor kuda agar dinaikinya. Akan tetapi Zulkarnain menolak, seraya berkata, “Saya tidak akan menaiki suatu kendaraan di suatu tempat yang di dalamnya ada Ibrahim Al-Khalil, yang dikasihi Allah.”
Hal ini dikuatkan kembali oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat Nabi SAW, Ubaid bin Umair dan anaknya, Abdullah, yang menyatakan, selama masa jayanya, Iskandar Zulkarnain pernah melaksanakan haji dengan berjalan kaki. Ketika Nabi Ibrahim mendengar berita tersebut, beliau menemuinya seraya menyeru kepada agama Tauhid dan memberikan beberapa nasehat. Nabi Ibrahim juga membawakan Zulkarnain seekor kuda agar dinaikinya. Akan tetapi Zulkarnain menolak, seraya berkata, “Saya tidak akan menaiki suatu kendaraan di suatu tempat yang di dalamnya ada Ibrahim Al-Khalil, yang dikasihi Allah.”
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon