Martin
Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10
November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18
Februari 1546 pada umur 62 tahun) adalah seorang pastur Jerman dan ahli teologi
Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik
Roma. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak
hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran
serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada
ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan
pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik
Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap
peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya
telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah
prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami
perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525
dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan
banyak tradisi Kristen.
Masa Kecil Luther
Martin Luther (10 November 1483
- 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya,
Margarethe. Karena berhasil berkembang
dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai
negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans
mengirimkan Martin yang masih kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach.
Pada usia 17 tahun, di tahun 1501,
Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar
sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti harapan
ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu.
Semuanya itu berubah ketika pada
suatu hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi serangan badai. Petir
menyambar di dekatnya ketika ia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dalam
ketakutan, ia berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Saya akan menjadi
biarawan!". Karena nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya
dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya
kepada Martin, karena ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya.
Pergumulan Luther untuk mendapatkan kedamaian bersama allah
Biarawan muda Martin Luther
sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berusaha melakukan segala
perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui doa-doa
untuk jiwa-jiwa mereka. Ia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa
selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan terus-menerus melakukan pengakuan dosa.
Semakin ia berusaha untuk Allah tampaknya ia semakin sadar akan keberadaannya
yang penuh dengan dosa.
Johann von Staupitz, atasan
Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan lebih banyak pekerjaan
untuk mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berlebihan. Ia memerintahkan
biarawan itu untuk mengembangkan kariernya sebagai akademisi. Pada 1507 Luther
ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas
Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9
Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus
(buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9
Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21
Oktober 1521, ia "diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan
diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci.
Teologi Luther tentang anugerah
Disiplin yang sangat ketat untuk
mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong
Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Karena terpengaruh
oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"),
Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana.
Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan
makna yang baru bagi Luther. Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam
beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci --
yang terpenting di antaranya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman
semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian
dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman.
Belakangan, Luther
mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang
semestinya antara Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang
anugerah. Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini
merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat
kegagalan untuk membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sebagai
sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada masanya, yang pada gilirannya
menyebabkan munculnya berbagai kesalahan teologis yang dasariah.
Pertikaian Indulgesia
Selain tugas-tugasnya sebagai
seorang profesor, Martin Luther melayani sebagai pengkhotbah dan penerima
pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak,
Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Semua orang Suci" karena di
sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sebagai biara
Augustinian dan universitas. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu
diperhadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang biasa harus
mendapatkan indulgensia.
Indulgensia adalah penghapusan
(sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang masih ada bagi
dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi (pernyataan
oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi
penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia
dapat dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang
sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam
Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Agung Albert
dari Mainz untuk mempromosikan dan menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika
St. Petrus di Roma. Tetzel sangat berhasil dalam hal ini. Ia menganjurkan:
"Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti
di api penyucian pun akan terlepas".
Luther menganggap penjualan
indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga
mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa
dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia
ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95
dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan terbuka untuk
memperdebatkannya. Luther sebetulnya tidak menempatkan ke-95 dalil itu di pintu
Gereja Wittenberg yang sebagaimana dikatakan legenda, tetapi menerbitkan
salinannya.
Dalil-dalilnya ini mengutuk
keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sebagai penyimpangan.
Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh
indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus untuk mengeluarkan
indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan
ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua
minggu, dalil-dalilnya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua
bulan ke seluruh Eropa. Ini adalah salah satu peristiwa pertama dalam sejarah
yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi
dokumen lebih mudah dan meluas.
Jawaban Paus
Setelah meremehkan Luther
sebagai "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang
"bila ia kembali sadar, ia akan berubah pikiran," Paus Leo X
memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang
juga dinamai Prierias (atau Prieras), sesuai dengan nama tempat kelahirannya Priero,
pada 1518, untuk menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther
yang tersirat terhadap kewibawaan paus karena berbeda pendapat dengan bula
kepausan. Karena itu ia menyatakan Luther sebagai penyesat, dan menulis
bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan
paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap
sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga
berkembanglah suatu pertikaian.
Sementara itu, Luther ikut serta
dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia
menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang
anugerah ilahi. Dalam pertikaian mengenai indulgensia, muncullah pertanyaan
tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, karena doktrin tentang
"Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin
dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus
Clemens VI. Karena perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan
paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke
Roma.
Namun karena mengalah kepada Frederick
sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan menjadi Kaisar Romawi Suci
berikutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan
masalahnya lebih jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima janji
ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518).
Luther, meskipun secara tersirat
mengaku taat kepada Gereja, kini dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan
naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang pengetahuan kepada Paus
yang mestinya lebih tahu" dan kemudian (28 November) kepada konsili umum.
Luther kini menyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah bagian dari hakikat
Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah.
Karena ingin tetap memelihara
hubungan baik dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir untuk menyelesaikan
konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi
kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada Januari 1519 membuat Luther
sepakat untuk berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah
surat yang rendah hati kepada Paus, dan menyusun sebuah risalat yang
membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak
pernah dikirim, karena tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik
ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakangan,
Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan kepada
orang-orang kudus, menolak seluruh manfaat indulgensia terhadap api penyucian.
Ketika Johann Eck menantang
rekan Luther, Carlstadt, untuk berdebat di Leipzig, Luther bergabung di situ (27
Juni–18 Juli 1519). Sementara debat berlangsung Luther menyangkal hak ilahi
jabatan dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas
kunci-kunci itu" telah diserahkan kepada Gereja (yaitu, jemaat yang
setia). Ia menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah
Paus merupakan prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja
(Ortodoks) Yunani. Setelah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa ia telah
memaksa Luther untuk mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang
telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini membuktikan
klaimnya sendiri bahwa Luther adalah "si Hus dari Saxon" dan gembong
penyesat.
Luther memberi judul (dalam bahasa
Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy
of Indulgences, dan mengkritik dalamnya ajaran Gereja barat mengenai asas
menghapuskan dosa, kuasa Paus dan lain sebagainya.
Kajian mengenai Surat Paulus,
terutamanya surat kepada jemaat di Roma memberikan kesan kepada Luther akan
asas sola fide (hanya karena iman). Hanya imanlah yang dapat
menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola
gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola
scriptura). Luther sangat menentang ajaran gereja pada saat itu yang
dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan cara menjual surat-surat
penghapusan dosa (indulgensia).
Pada mulanya Luther percaya
bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya
tetapi Paus menganggap pendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari
Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520.
Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan
kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut
kata-katanya.
Kaisar Charles V meresmikan
persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan
peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah
salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet,
Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet.
Dengan bantuan rekannya, Luther
bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota
tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa
Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.
Luther mengasaskan ajarannya
sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546.
Keluarga
Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang
mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak,
tiga laki-laki dan tiga perempuan:
- Hans, lahir pada 7 Juni 1526, belajar hukum, menjadi pejabat hukum dan meninggal pada 1575.
- Elizabeth, lahir pada 10 Desember 1527 dan meninggal pada usia sangat muda pada 3 Agustus 1528.
- Magdalena, lahir 5 Mei 1529, meninggal di dalam pelukan ayahnya pada 20 September 1542. Kematiannya merupakan pukulan yang sangat hebat bagi Luther dan Katharina.
- Martin, Jr., lahir 9 November 1531, belajar teologi tetapi tidak pernah dipanggil menjadi pendeta hingga ia meninggal pada 1565.
- Paul, lahir 28 Januari 1533, menjadi dokter. Ia mempunyai enam orang anak hingga ia meninggal pada 1593. Garis keturunan laki-laki keluarga Luther berlanjut melalui dia kepada John Ernest, yang berakhir pada 1759.
- Margaretha, lahir 17 Desember 1534, menikah dengan George von Kunheim, keturunan keluarga bangsawan Persia yang kaya, tetapi meninggal pada 1570 pada usia 36 tahun. Keturunannya berlanjut hingga sekarang.
Penerjemah Kitab
Pada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Perjanjian
Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534 ia dan rekan-rekannya menyelesaikan
terjemahan Perjanjian Lama yang kemudian secara keseluruhan Alkitab
diterbitkan. Dia terus bekerja memperbaiki terjemahan sampai akhir hidupnya.
Terjemahan Luther menggunakan varian dari bahasa
Jerman sehari-hari, yang dimengerti baik di Jerman Utara maupun Selatan.
Tujuannya adalah supaya Alkitab dengan mudah diakses di Jerman, "kita
menghilangkan hambatan dan kesulitan sehingga orang lain dapat membacanya tanpa
hambatan."
Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab berbahasa
Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini
telah terjual hingga 5000 kopi.
Perjamuan Kudus
Salah
satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya
pada gereja Katolik adalah ajaran gereja tentang Perjamuan Malam yang
mengatakan bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata
penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti
dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Peristiwa
perubahan ini disebut transsubstansiasi. Bagi Luther, yang penting
adalah Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi. Jadi, bukan ajaran
transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar
hadir dalam ekaristi.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon