Budidaya
kelinci memang menggiurkan. Apalagi kelinci hias, harganya bisa 10 kali lipat
harga kelinci konsumsi. Urine dan fecesnya pun bisa dijadikan fulus.
Apabila
hobi Anda berwisata kuliner pasti sependapat bahwa restoran dengan menu daging
kelinci kian menjamur. Teksturnya yang lembut dan gurih makin digemari karena
kandungan kolesterol daging kelinci jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi
atau kambing sehingga lebih sehat bila dikonsumsi. Sejatinya budidaya kelinci
telah lama pula dilakukan orang. Sebab keuntungan beternak kelinci lumayan
menggiurkan. Binatang ini sudah siap kawin ketika memasuki usia enam bulan dan
masa buntingnya relatif pendek, yakni 29-31 hari. Sekali reproduksi kelinci
beranak 4-12 ekor anak, artinya tidak butuh waktu lama untuk mencapai titik
impas usaha.
Namun
tidak hanya itu, seiring berkembangnya kelompok masyarakat penyuka binatang
hias, hewan imut-imut bertubuh mungil dengan bulunya yang lembut itu telah
masuk hitungan sebagai incaran para pehobi. Maka dari sisi nilai ekonomi jelas
semakin menguntungkan.
Rudy
Hustamin yang telah lebih dari tujuh tahun menggeluti usaha ternak kelinci,
khususnya kelinci hias, mengatakan hal serupa. “Lebih menguntungkan kelinci
hias karena bermain di dunia hobi. Kalau berhubungan dengan hobi orang tidak
pernah melihat uang, berapa saja berani. Jenis New Zealand untuk konsumsi
dilepas di pasaran dengan harga Rp 10.000. Sedangkan kelinci hias jenis hotot
dijual Rp 100.000,” ujarnya.
Lebih
rinci, kelinci hias mulai memiliki nilai jual setelah 2,5 bulan. Dalam setahun
seekor indukan mengalami tiga kali masa kawin atau tiga kali bunting. Taruh
kata, rata-rata sekali beranak melahirkan 5 ekor, berarti dalam setahun
menghasilkan 15 anakan. Dengan harga jual Rp Rudi Hustamin75.000,00-Rp
100.000,00, maka setahun per ekor bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp
1.500.000,00, dengan kelangsungan hidup mencapai umur 4 tahun. Indukan yang
sudah tidak produktif tersebut masih memiliki nilai ekonomis, yakni sebagai
hewan potong di resto atau warung sate kelinci.
Memang
benar, untuk memenuhi selera konsumen, Rudy tidak hanya mengandalkan satu jenis
kelinci lokal, melainkan juga mendatangkan beberapa jenis kelinci hias dari
luar negeri, seperti lop, angora, rex, hotot, dutch, dwarf, lion, maupun
flemish giant. Perbedaannya, apabila kelinci lokal secara fisik bagian mulut
dan telinganya lebih panjang, tubuhnya relatif lebih besar dengan bobotnya 2-3
kg dan biasanya terdapat pola-pola di atas bulu, kelinci jenis impor lebih
variatif. Ada kelinci berjenis kuping turun, kuping kecil, dan sebagainya.
Kelinci jenis hotot yang paling besar bobot tubuhnya hanya 1,5 kg. Tetapi
terdapat pula kelinci impor, yakni flemish giant, per ekor beratnya bisa mencapai
10 kg.
Untuk
segi pemeliharaan, secara umum antara kelinci hias dengan kelinci lokal, yang
sebagian besar hanya untuk keperluan konsumsi, tidak berbeda jauh. “Tetapi
karena asalnya dari luar negeri maka perlu sedikit adaptasi. Kelinci hias lebih
gampang mati, kelinci lokal tidak,” Rudy menjelaskan. Yang paling pokok, setiap
hari kebersihan kandang harus dijaga. Sebab kalau tidak, binatang-binatang ini
rentan penyakit, terutama diare, scabies, dan radang paru-paru.
Sementara
itu mengenai biaya operasional, khususnya pakan kelinci hias, peternak tidak
boleh hanya bergantung pada rumput atau kangkung saja melainkan harus disertai
makanan tambahan. Tapi jangan khawatir, dalam hitungan akhir, jatuhnya biaya
malah lebih murah. Rudy mengaku biasa memberikan pellet buatan dari bahan
dedak, bungkil kedelai, dan ampas kelapa. Dalam sebulan ia bahkan memproduksi
sendiri tidak kurang dari 20 ton pellet untuk dipasarkan dengan berbagai nama
merek. “Kita punya induk sekitar 1.300 ekor, hanya membutuhkan sekitar 6 karung
rumput setiap hari, ditambah pakan konsentrat 70 kg. Efisien sekali, kalau
hanya pakai rumput, sehari harus satu truk,” akunya.
Di
Bandung, Jawa Barat, Rudy telah memiliki kandang berbaterai berisi sekitar
1.300-2.000 indukan, dan mempekerjakan kurang lebih 50 orang. Setiap minggunya
ia biasa mengirim kelinci hias ke seluruh pet shop di Jakarta dan sekitarnya
sebanyak 600-700 ekor. Namun bukan hanya kelinci hias atau penjualan pellet
saja, Rudy bertutur, terdapat beberapa penghasilan tambahan lain pula. Pasalnya
baik urine (air kencing) atau feces (kotoran) kelinci memiliki nilai jual
tinggi. Urine yang ditampung lalu dikemas dalam botol dan diberi label, dijual
sebagai pupuk organik Rp 10.000,00/liter. Dalam sebulan paling tidak ia bisa
mengumpulkan 1.500 botol. Sementara itu feces dicampur dengan abu sekam sisa
bahan bakar pabrik tahu miliknya, di Jakarta laku Rp 6.000 per sak sebagai
pupuk tanaman. “Setiap minggu kita bisa kirim sekitar 800 karung. Lebih gede
sampingannya,” imbuhnya sambil tersenyum.
Menurutnya,
beberapa waktu terakhir prospek cerah kelinci hias semakin bertambah setelah
merebak kasus flu burung. Sedikit demi sedikit binatang unggas mulai
ditinggalkan, kemudian orang ganti melirik kelinci. Maka sebagai antisipasi
akan permintaan pasokan yang terus meningkat ia mengembangkan plasma di daerah
Ciwidey dan menyiapkan sebuah lokasi berkapasitas lebih besar di Cipanas. “Ke
depan akan ramai sampai ke luar kota. Kita sudah masuk sampai ke Samarinda, dan
Papua,” ujar pengusaha yang kini sudah merambah budidaya hamster, sapi perah,
pabrik tahu, hingga jual-beli perusahaan tersebut.
Bisnis
penangkaran hamster pria kelahiran Jambi 1972 ini pun boleh dibilang berhasil.
Tiap minggu Rudy dapat menjual 2.000-3.000 ekor binatang pengerat mirip tikus tersebut
ke seluruh Jabodetabek, ditambah ekspor sebulan sekali sebanyak 3.000 ekor ke
Arab Saudi. Bersamaan dengan itu ia juga mengirim kelinci hias sekitar 300-400
ekor tiap satu atau dua bulan sekali.
Menyinggung
pengembangan budidaya kelinci hias dengan sistem plasma, Rudy berujar, jikalau
hal itu relatif lebih mudah dijalankan, dikarenakan beternak kelinci lebih
bagus apabila tidak dipelihara dalam satu kelompok berjumlah besar. Alasan
utama pengelolaan akan lebih mudah dilakukan, seperti merawat kebersihan
kandang dan mengawinkan indukan setiap hari.
“Saya
punya planning di masa depan akan mengajak kerja sama pemerintah, kalau nanti
sudah siap, saya akan menyiapkan bibit yang bagus sekitar 5.000 ekor untuk
proyek masyarakat di daerah tertinggal. Kelinci itu berkembang biaknya cepat,
sehingga minimal membantu penyediaan protein hewani,” katanya seraya mengaku,
pada awalnya pun ia hanya berpikir untuk berbisnis kelinci potong, bukan untuk
binatang hias. “Karena di Jakarta ternyata lebih respek untuk hias,” imbuhnya
beralasan.
Sejarahnya,
selepas terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, mantan karyawan di perusahaan
IT tersebut mulai mencari kesempatan membuka usaha sendiri. Setelah sekian
waktu menimbang-nimbang, tahun 2000 ia tertarik pada budidaya kelinci yang
menurutnya waktu itu belum banyak pesaing. Saat itu dia mempercayakan modal Rp
12 juta kepada salah seorang kenalan untuk mengelola usaha tersebut di Cianjur,
Jawa Barat. Tetapi sayang tidak berjalan mulus, hanya berjalan 3 bulan akhirnya
berantakan.
Tidak
patah semangat, tahun 2001 ia mulai usaha kelinci hias tersebut di daerah
Bandung dan tidak lagi mengandalkan orang lain, melainkan ditangani sendiri.
Rudy juga gigih dalam hal pemasaran, seminggu sekali, atau tiap ada kesempatan,
ia sambangi setiap pet shop di Jakarta satu per satu, sehingga akhirnya
membuahkan hasil. Meskipun pada awalnya banyak yang kurang yakin kelinci bisa
hidup dengan hanya diberi makanan pellet, namun setelah terbukti, seterusnya
pemasaran pun berjalan lancar. Bahkan khusus untuk pakan, dalam sebulan ia bisa
menjual sampai 20 ton dengan harga Rp 4 ribu - Rp 6 ribu per kilogram.
“Saya
mulai, benar-benar dari nol. Dari semula berupa kandang kayu, sekarang sudah
punya kandang kawat. Syukurlah, sekarang kita juga akan segera memperluas usaha
di Cipanas, lahan sudah disediakan. Rencananya berkapasitas muat 5000 ekor
indukan,” tuturnya. Omsetnya, sebulan jelas mencapai ratusan juta. Kurang
percaya? Silahkan dibuktikan sendiri!
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon