Rabu, 11 September 2013

Perlukah Kopassus turun tangan tangkap penembak polisi?

Provos yang tewas ditembak di depan KPK.
Penembakan terhadap personel polisi belakangan marak terjadi. Terbaru, seorang provos Mabes Polri bernama Bripka Sukardi tewas ditembak orang tak dikenal saat tengah mengendarai sepeda motor di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (10/9) malam.

Sebelumnya, penembakan juga terjadi pada 16 Agustus lalu di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Saat itu Aiptu Kus Hendratna dan Bripka Maulana tewas ditembak orang tak dikenal.

Selain itu, pada 7 Agustus lalu seorang personel polisi bernama Aiptu Dwiyana (50) tewas ditembak di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, saat hendak menuju masjid untuk salat subuh. Aksi penembakan juga terjadi di Cirendeu dengan korban Aipda Patah Saktiyono pada akhir Juli. Beruntung, Aipda Patah selamat.

Meski sudah empat personel polisi tewas ditembak, Polri hingga kini belum juga berhasil menangkap para pelaku. Polri baru berhasil mengungkap identitas pelaku penembakan di Tangerang Selatan saja.

Polri mengklaim sudah mengetahui lokasi persembunyian pelaku bernama Nurul Haq dan Hendi Albar itu. Namun anehnya, hingga kini polisi belum juga menangkap keduanya.

"Sebenarnya penyidik sudah tahu di mana mereka disembunyikan. Penyidik lebih banyak mengimbau agar kelompok yang menyembunyikan kedua tersangka yang sudah kami bagikan datanya, serahkan saja," papar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Ronny Frengky Sompie, di Mabes Polri, Rabu (11/9).

Tawaran bantuan pun datang dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Tri Budiman. Jenderal TNI bintang empat itu siap mengerahkan anggota Kopassus untuk menyelesaikan kasus penembakan terhadap personel polisi, jika pihak Kepolisian memintanya.

"Sebetulnya kita tidak termasuk dalam pengaturan di Ring 1 tetapi apabila kita diminta bantuan kita siap," ujar dia usai acara penyematan brevet kehormatan di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (11/9).

Menurut dia, bantuan yang dapat diberikan Kopassus berupa kekuatan ringan dan kekuatan penuh untuk menyelesaikan kasus penembakan tersebut.

"Bantuan dalam bentuk soft power dan hard power kita siap," tegas dia.

Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin beberapa waktu lalu mendukung jika personel Kopassus diterjunkan untuk menangkap teroris. Menurutnya, personel Kopassus memiliki kemampuan di atas rata-rata pasukan biasa salah satunya untuk melacak target.

Menurutnya, personel Kopassus harus diberi penugasan. Sebab, latihan tanpa penugasan akan membuat prajurit jenuh. Tenaga dan kemampuan prajurit harus disalurkan untuk operasi sehingga tak menjadi hal-hal negatif.

"Kenapa tak dilibatkan saja dalam operasi counter teroris. Menurut saya mereka punya kemampuan untuk melakukan operasi penyergapan. Untuk melacak pun mereka punya sandi yudha. Ini bisa digunakan agar prajurit tak hanya jenuh latihan," katanya.

Lantas apa iya harus menerjunkan Kopassus untuk mengungkap dan menangkap para pelaku penembakan polisi? Apa iya polisi tidak mampu menangkap mereka? Tentunya kinerja Kepolisian dalam kasus tersebut yang dapat menjawabnya.

Artikel Terkait

1 comments so far

Kalau dilihat fakta pihak kepolisian terlalu lambat dlm mengungkap kasus ini,kalau memang ingin kasus ini cepat selesai ya harus kerja cepat,dalam hal ini sy lebih percaya kepada kopasus..

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon