Jumat, 28 Juni 2013

Islam tak lagi indah di Sampang

Kiai Ali Karrar dari Pamekasan saat acara istigasah di Alun-alun Wijaya Kusuma, Kota Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis (20/6).
Kau yang mulai kau yang mengakhiri
Kau yang berjanji kau yang mengingkari

Syair lagu berjudul Kegagalan Cinta ciptaan Rhoma Irama ini tidak keluar dari kaset atau keping cakram di acara pesta pengantin. Lirik itu meluncur dari mulut Wakil Bupati Sampang Fadhilah Budiono dari bawah tenda di halaman Gedung Olah Raga (GOR) Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis pagi pekan lalu.

Sambil tertawa seolah meledek, Fadhilah bernyanyi sambil memandang ke arah Iklil Almila, adik pemimpin komunitas Syiah Sampang, Tajul Muluk. "Saya bilang kalian yang berubah-ubah," kata Iklil saat dihubungi merdeka.com Jumat pekan lalu melalui telepon selulernya. Tidak kuat menahan emosi, dia segera masuk ke dalam GOR.

Di seberang jalan, istigasah di Alun-alun Wijaya Kusuma ternyata berjalan hanya seperempat jam. Acara berubah haluan menjadi semacam tablig. Sejumlah kiai, termasuk Ali Karrar dari Pamekasan, berpidato di hadapan sekitar dua ribuan massa. Isinya menghujat pengikut Tajul Muluk dan menganggap mereka sesat. Mereka juga dituntut segera keluar dari Madura.

Bahkan, kata Agus Setiawan, pendamping pengungsi dari Yayasan lembaga Bantuan Hukum Universalia (YLBHU), ada juga seruan mereka untuk dibakar. Agus memantau situasi dari luar GOR karena sejak semalam dia tidak dibolehkan masuk.

Selepas zuhur, sekitar sepuluh kiai bersama sejumlah pejabat, termasuk Fadhilah masuk ke dalam GOR. Mereka kembali memaksa Iklil dan para pengungsi meninggalkan GOR. "Saat itu ada yang berteriak kafir, kafir. Padahal pengungsi sedang baca Alquran dan berdoa," ujar Direktur Eksekutif YLBHU Hertasning Ichlas.

Setelah para kiai keluar, truk dan bus segera masuk ke dalam halaman GOR. Iklil yang kondisinya kurang sehat pingsan. Aparat lantas mengangkut Iklil dengan tandu ke dalam mobil ambulans.

Selepas itu, anggota Satuan Polisi Pamong Praja mengobrak-abrik lokasi pengungsian. Konon sejumlah pengungsi diseret-seret, termasuk Umi Kulsum, istri Tajul Muluk. Sebanyak 168 pengungsi itu kini menetap di rumah susun sewa Agro Puspo, Sidoarjo, Jawa Timur. "Mereka menempati 80 rumah dalam keadaan kosong," tutur Agus Setiawan.

Pihak berwenang boleh jadi lega. Setidaknya itu terlihat pada Fadhilah Budiono. "Dia langsung bersujud syukur satu kali di halaman GOR," kata Agus.

"Semua ini sudah diatur Allah," ujar Fadhilah saat dihubungi secara terpisah. Dia mengaku sedang makan-makan selepas salat Jumat. Kemudian hubungan terputus dan hingga artikel ini dilansir, dia tidak bisa lagi diwawancarai. Panggilan telepon tidak dijawab, pesan pendek tak dibalas.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Kiai Said Aqil Siradj menilai pengusiran warga Syiah Sampang tidak sesuai ajarn nabi. "Hal itu bertentangan dengan Islam dan NU. Mari kita kembali ke ajaran-ajaran dikenal toleran."

Sesuai namanya, Islam berarti selamat dan damai. Namun kejadian berulang menimpa Iklil dan pengikut Syiah lainnya seolah membuktikan Islam tak lagi indah di Sampang.
 

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon