Sabtu, 29 Juni 2013

Al Jazeera Dapat Pesaing Baru di Arab

Burj Khalifa, bangunan tertinggi di dunia yang terletak di Uni Emirat Arab
Sejak Minggu 6 Mei kemarin, saluran televisi berita Sky News Arabia yang berbahasa Arab telah memancar dari dari ibukota Uni Emirat Arab, Abu Dhabi. Saluran televisi yang diprediksi menyaingi Al Jazeera ini adalah kerjasama antara bangsawan Abu Dhabi dengan BSkyB, perusahaan penyiaran dari Inggris yang memiliki kaitan dengan News Corp yang dimiliki taipan Rupert Murdoch.

Siaran awal saluran ini reportase dari perbatasan Suriah-Turki dan malam pemilihan Presiden di Prancis. Namun, pengamat melihat, tantangan sebenarnya bagi saluran ini bukan pada berita semacam ini, tapi berita terkait kawasan semenanjung sendiri, sebuah tantangan yang sedang berupaya diatasi Al Jazeera.

Sky News Arabia dimiliki 50-50 oleh Abu Dhabi Media Investment Corp (ADMIC), sebuah perusahaan swasta yang dimiliki Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahayan yang juga memiliki saham Manchester City, dan BSkyB. Saluran ini telah membentuk komite penasihat editorial yang diklaim didirikan untuk menjamin kebebasan redaksinya. Komite ini terdiri atas enam orang, di mana dua di antaranya adalah Redaktur Eksekutif Times, Roger Alton; dan Redaktur Eksekutif Sky News, Chris Birkett.

"Tak ada perwakilan pemerintah di struktur perusahaan kami," kata Kepala Sky News Arabia, Nart Bouran.

Menurut Reuters, kebebasan pers sendiri terbatas di tujuh negara anggota Uni Emirat Arab. Tahun 2009 lalu, sebuah koran milik News Corp, Britain's Sunday Times, malah dibredel karena melaporkan soal krisis utang Dubai.

Jelas saja, pengamat Uni Emirat Arab dari Universitas Durham, Christopher Davidson, meragukan kemandirian Komite Editorial tadi. "Bahkan jika organisasi telah menempuh langkah kemerdekaan redaksi yang penuh, masalah biasa yakni self-censorship akan muncul."

Bahkan, Al Jazeera yang berbasis di Qatar, yang telah merevolusi lanskap media di negeri Arab masih berjuang untuk kemerdekaan redaksi ini. Saluran ini intens meliput revolusi di Tunisia, Mesir dan Libya, namun dinilai sambil-lalu ketika membahas Bahrain.

Namun kondisi Al Jazeera ini tentu mendatangkan nilai tersendiri bagi Sky News Arabia. Jika Al Jazeera dinilai "menyiarkan dari satu sudut pandang" maka Sky News Arabia bisa menjual nilai lebih jika memposisikan diri netral.

"Kompetisi sekarang sangat intens karena penurunan dramatis Al Jazeera," kata As'ad Abu Khalil, profesor ilmu politik dari California State University.
 

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon