Selasa, 25 Juni 2013

Kais bensin di putaran Plumpang

Peniris BBM.
Kamis pagi pekan lalu, hari begitu cerah di pertigaan Jalan Yos Sudarso, Plumpang, Jakarta Utara. Sejak pukul tujuh, Imam, 24 tahun, dan Black, 27 tahun duduk di bawah pohon angsana di trotoar dekat putaran arah, tak jauh dari Depo Pertamina.

Imam bertubuh kekar dan berambut cepak dengan tinggi sekitar 1,8 meter berkulit putih, namun kulitnya tangannya terlihat kecoklatan karena sering terbakar sinar matahari. Sedangkan Black berbadan ceking, kerap bertopi, tingginya kira-kira 1,6 meter, dan berkulit sawo matang.

Dua pemuda tinggal di kawasan Plumpang ini tidak duduk berduaan. Mereka ditemani dua jeriken berwarna kuning pudar ukuran 28 liter dan lima liter, dua botol bekas air kemasan sudah dipotong ujungnya, dan kantong plastik transparan berukuran sekitar 0,5 x 0,5 meter. Sorot mata dua pemuda itu terus melihat ke kejauhan, seperti memastikan kendaraan apa akan berputar melalui jalan itu.

Hampir semua tukang ojek mangkal dekat kantor pos tidak jauh dari putaran arah mengenal kedua pemuda itu. "Oh itu bocah tiris. Mereka mengambil tirisan minyak dari mobil Pertamina lewat dengan membuka boks dan keran minyak saat mobil berputar arah," kata tukang ojek mengaku bernama Rohman, 35 tahun. Dia biasa mangkal dari pukul enam pagi hingga enam sore bersama belasan tukang ojek lainnya.

Di putaran arah itu, seperti tak pernah sepi kendaraan. Dalam sepuluh menit saja ada tiga truk tangki penyalur BBM (bahan bakar minyak) Pertamina berputar. Belum lagi angkutan barang, mobil pribadi, dan sepeda motor.

Meski duduk bersebelahan, Imam dan Black tak banyak bicara. Mereka terus memperhatikan kendaraan melintasi putaran arah. Pagi itu, sepuluh meter dari lokasi duduk mereka, truk memuat 20 ribu liter BBM mengambil lajur kanan hendak memutar. Tanpa ada percakapan, dua pemuda itu langsung beranjak seolah sudah tahu tugas masing-masing.

Imam mengenakan kaus dan celana pendek jins segera menyambar kantong plastik transparan. Dia menuju tengah jalan, tanpa topi dan alas kaki. Sedangkan Black menuju ujung jalan putaran arah. Dia berdiri di tengah jalan dengan gaya seperti Pak Ogah kebanyakan di Jakarta.

Saat truk penyalur BBM Pertamina masuk lintasan putaran arah, kecepatannya menurun menjadi sekitar 20 kilometer per jam. Sambil mengikuti irama kecepatan mobil, dengan cekatan Imam langsung membuka boks dan keran BBM. Cairan berwarna kuning cerah (bensin premium) berpindah ke plastik transparan dipasang di ujung keran.

Imam terus berlari seraya memegang erat kantong plastik sedang dikucuri bensin. Ketika truk hampir selesai memutar, dia bergegas menutup keran dan boks, kemudian menjauh. Truk BBM itu menambah kecepatan meninggalkan lokasi putaran arah.

Imam berhasil mengumpulkan bensin setinggi satu ruas jari atau sekitar seliter. Dengan langkah santai, dia berjalan ke arah trotoar tempat jeriken ditinggalkan. Dia lantas memindahkan bensin dalam plastik ke dalam jeriken dibantu botol bekas air kemasan sebagai corong.

Black juga sudah kembali. Belum sampai lima menit, sasaran baru datang. Keduanya meneruskan lagi kegiatan meniris bensin dari truk pengangkut BBM. Lewat pukul sembilan pagi, lalu lintas kian padat truk BBM dari dan ke depo Pertamina makin banyak melintasi putaran arah.
 

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon